Ges! Mohon maaf atas ketidak nyamanan nya, di cerita Geonara ini. Aku udah sepakat, buat ganti kelas mereka jadi kelas 12. Yang awalnya kelas 11 jadi kelas 12.
Karena banyak hal, aku merasa mereka kayak kecil banget. Padahal aku bikin Gevan itu waktu aku kelas 10 semester 2. Sekarang udah mau lulus, jadi aku ngeliat mereka "Kok kecil banget".
Itu juga salah satu alasannya, dan ada alasan lain juga untuk kepentingan cerita kedepannya. Wkwkw bukan kepentingan penerbitan, tapi kepentingan cerita. Mungkin kalo aku nyaman, mereka pake kelas 12 di cerita Geonara aja, tapi rada gak nyambung.
Tapi beneran, aku udah memikirkan cerita Geonara untuk kedepannya, karena itu lah aku memilih untuk mengubah kelas mereka. Dan kalo rajin dan semangat, cerita Gevan juga akan di revisi kelasnya.
-HAPPY READING-
Anara berjalan dengan langkah cepat, walaupun kaki kanannya terasa amat sakit. Tapi gadis itu berusaha acuh, ia takut. Sedari tadi Anara merasa seperti ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Tadi ia keluar dari toko bunga jam delapan malam. Belum lagi mampir ke apotek untuk membeli obat lukanya. Anara menggenggam pegangan tas ranselnya kuat, menyalurkan rasa takut yang ia alami sekarang. Matanya tak henti-hentinya melirik kesana-kemari guna mencari bantuan ataupun tempat ramai.
Langkahnya makin cepet walau sedikit pincang, bayangan hitam itu semakin dekat. Tak ada pilihan lain, Anara berlari merelakan kakinya yang sakit. Tempat ini amat sepi, ia sangat takut.
Bayangan itu ikut berlari, bahkan suara ketukan sepatunya terdengar di telinga Anara. Rambut Anara di tarik dari belakang, sehingga perempuan itu memekik kesakitan. Badannya di balikan. Langsung saja matanya bertatap dengan orang yang penampilannya serba hitam, orang itu memakai masker medis hitam dan memakai topi.
Badan Anara bergetar ketakutan. Wajah lugu cewek itu terlihat memerah, ingin menangis.
Orang itu mencengkram kedua rahangnya. Dia menutup mata Anara dengan tangannya, Anara merasa sosok itu seperti menarik turun maskernya. Diluar dugaan, hal yang dilakukan orang serba hitam itu rasanya ingin membuat Anara berteriak kencang. Sosok itu mencium bibirnya brutal, seakan memakan bibirnya. Bahkan sosok misterius itu memeluk pinggangnya erat agar tak bergerak.
Anara menangis, tubuhnya melawan. Ia menginjak kaki orang itu dengan kuat dan berhasil. Anara berbalik, berlari sekuat tenaganya. Ia dilecehkan, matanya sesekali menoleh kebelakang. Sosok hitam itu hanya diam di tempat dan menatapnya di balik topi yang hampir menutupi separuh wajah.
Cewek itu menangis, saking tak fokus. Anara sampai terjatuh tersandung kakinya sendiri, tapi tak lama ia bangkit lagi. Matanya melihat keramaian di depannya, ia berlari ke sana. Ada segerombolan bapak-bapak yang sedang melakukan ronda.
"PAK TOLONG!!" jerit Anara sambil menangis, cewek itu langsung masuk ke dalam segerombolan bapak-bapak yang memakai sarung.
"Neng kenapa, neng?" tanya salah satu bapak-bapak itu. Segerombolan bapak-bapak tersebut berjongkok bersejajar dengan Anara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEONARA
Fiksi RemajaLevel tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷𝓭𝓲𝓷𝓪, Geonara. ••• Dalam dunia yang tampak sempurna, Geovaro Gerald Kalzero memegang kendali. Geo...