18. Menyerah

15.1K 825 599
                                    

Hi! Follow aku tulisandina
Ig & tiktok @wp.tulisandina

[Happy Reading]

....

"Ikutin saya," pinta Diva, membuat kaki jenjang Anara segera mengikuti wanita itu dari belakang.

"Perbaiki postur tubuh kamu!" sambung Diva lagi, Anara menegakkan tubuhnya. Kepalanya lurus ke depan, tapi tidak dengan lirikan matanya yang terus berputar mengelilingi tempat ini.

Diva terus melangkahkan kakinya ke depan, menoleh sekilas ke arah Anara yang terlihat masih ketakutan di matanya. Wanita itu memainkan lidah di dalam mulutnya berulang kali. Tersenyum girang di dalam hatinya, melihat penampilan gadis remaja yang ia bawa kali ini sangatlah menarik untuk dipandang.

Meskipun hanya mengenakan kemeja putih dengan dasi kupu-kupu yang melingkari lehernya, Anara tampak anggun dengan paduan rok span hitam pendek. Kaki jenjangnya dipercantik dengan sepasang sepatu hak tinggi hitam. Diva merasa prihatin, bahwa gadis itu lebih pantas menjadi sekretaris direktur utama seperti dalam novel-novel daripada berada di tempat seperti ini.

Tapi Diva sangat-sangat bersyukur karena menemukan Anara lebih cepat. Tanpa gadis itu sadari, bahwa dirinya membawa pundi-pundi rupiah dalam kehidupan Diva nanti. Diam-diam wanita itu terkekeh kecil mengingatnya.

Sedangkan perhatian Anara hanya fokus melihat pintu-pintu kamar yang ditempeli angka di pintu kayu itu. Sepertinya kamar penginapan karyawan di tempat ini. Langkah mereka makin dekat menuju tangga, Anara mengernyit bingung, kenapa justru melewati tangga? Padahal ada lift di dekat mereka sekarang.

Baru sampai di pertengahan tangga, gadis itu langsung paham. Mengapa Diva lebih mengajaknya mengenakan tangga daripada lift. Ya! Itu untuk menarik perhatian para tamu, di depannya ini terdapat segerombolan laki-laki tua yang Anara yakin pasti orang-orang penting di negara ini. Tatapan mata beberapa laki-laki tua itu langsung terpaku ke arahnya dengan tatapan mesum mereka.

Hal tersebut berhasil membuat kepala Anara tertunduk, kakinya melangkah lebih cepat agar sejajar dengan Diva. Sambil meremas rok spannya, Anara mengatur nafasnya yang memburu. Baru saja Anara merasa sedikit lega, Diva kembali mengajaknya menuruni anak tangga.

Melangkah pelan menuruni anak tangga. Telinga Anara langsung berdenging mendengar suara dentuman musik yang sangat memekakkan telinga. Anara mengigit bibir bawahnya ketika matanya melihat segerombolan manusia yang asyik berjoget di dalam ruangan. Di ujung ruangan, terdapat seorang penari tiang yang memakai pakaian sangat minim sedang melilitkan tubuhnya pada tiang. Orang-orang di sekitar penari tiang itu bersorak ketika sang penari terus melakukan aksinya.

Ruangan di depannya ini minim pencahayaan, hanya bantuan sorot lampu dari panggung untuk sedikit menerangkan. Sehingga orang-orang di sekitar tidak menyadari kehadiran mereka seperti di tempat sebelumnya.

"Anara," panggil Diva sedikit keras.

"Iya, Mbak?" Anara mendekatkan wajahnya pada Diva. Cewek itu menyelipkan anak rambutnya pada telinga, agar suara Diva terdengar jelas.

"Langsung saja ya, Nar." Diva berdecak lidah melihat raut bingung dari gadis di sisinya ini. "Kamu ini lemot sekali, heran."

"Maksud saya tuh, langsung saja malam ini kamu ambil tugas kamu."

"Oh—iya Mbak, boleh," sahut Anara.

Mendengar itu Diva bersorak senang, menarik tangan Anara menuju meja bartender. Saat mereka sampai, mata Anara langsung berhadapan dengan dua orang gadis yang terlibat sangat mabuk di depan meja bartender. Salah satu dari kedua gadis itu tampak masih tersisa sedikit kesadarannya.

GEONARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang