Perhatian: awal-awal banyak narasinya
Inget, ya! Awal-awal banyak narasinya
Kalo ada typo tandai, ya. udah ulang berapa kali ini 🥹
Follow akun tulisandina
Ig & tiktok: wp.tulisandina"Emang paling bener, gak usah berharap apapun sama seseorang. Apalagi gak punya hubungan apa-apa." Anara Qiandra
[Happy Reading]
...
Seperti biasa, yang Anara bisa hanya menangis. Gadis itu mengayuh sepeda milik toko tempat ia bekerja sembari menumpahkan air matanya. Terlihat bunga yang ada di dalam keranjang sepedanya telah hancur tak terbentuk.
Ya, itu semua karena kesalahannya. Dimana ia tadi ingin menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri, alhasil buah dari berbuat nya sendiri. Bunga milik costumer yang akan ia hantar, telah hancur lebur terlindas mobil.
Emang sial! Selain lututnya yang kembali berdarah. Dibentak-bentak pengendara mobil, dan dibentak pula oleh costumer toko. Dan sekarang, perasaan Anara kembali dilanda kekhawatiran. Gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang.
Seketika, sekujur tubuh Anara kembali bergetar hebat. Kedua telapak tangannya berkeringat menggenggam erat stang sepedanya. Orang itu lagi, pria berbaju serba hitam, mengikutinya dengan berjalan kaki di belakang sana.
Anara, dengan cepat mengayuh sepedanya, bahkan ia sampai berdiri agar laju sepedanya melaju kencang. Bibirnya terbuka lirih, menghirup udara malam yang tenang dan berangin. Ini sudah larut malam, dan tempat yang sekarang ia pijaki sangatlah sepi.
"Mau gak ngeluh gimana lagi, biar hidup gue bisa enak," keluh Anara dalam hati.
Kepala Anara kembali menoleh ke belakang. Lega, pria yang memakai baju serba hitam itu sudah tak terlihat lagi di belakangnya. Anara memelankan laju sepedanya, sibuk mengatur nafasnya yang memburu. Tanpa sadar laki-laki misterius itu telah berdiri di depannya dengan jarak sangat dekat.
Anara, mendadak menekan rem sepedanya. Lututnya lemas, tak ada pilihan lain, gadis itu menghempaskan sepedanya begitu saja. Lalu berbalik ke belakang, berlari dengan cepat. Suara langkah kaki di belakangnya terdengar jelas di kedua telinganya yang terasa memanas.
Degup jantung Anara terpacu dua kali lipat lebih cepat. Bener kata Ayahnya, hidupnya itu selalu dikelilingi lingkaran sial. Anara merasa dunianya seakan berhenti di depan mata, langkah pria serba hitam itu sangatlah cepat.
"Oke, aku pasrah mati. Cabut aja nyawaku sekarang!!!" batin Anara lirih. Selain lemah mental, Anara juga lemah dalam berlari. Padahal ia dulu pernah mengikuti ekskul basket di SMA Mandala. Itu dulu, sebelum melepaskan hobinya satu itu, sekarang Anara hanya fokus pada ekskul musiknya.
Tungkai itu mulai terasa lelah berlari. Anara bisa merasakan orang berpakaian serba hitam dan memakai topi hitam itu, menggapai rambutnya. Anara terpekik, rambutnya di tarik dari belakang dengan kuat.
Sakit sekali, Anara merasakan sakit yang begitu hebat, seolah-olah rambutnya ingin tercabut dari batok kepalanya. Tapi tak berselang lama, orang itu membawanya masuk ke dalam pelukannya sambil mengelus kepalanya. Membuat Anara terpaku sesaat, air matanya jatuh begitu saja, ia seperti mengenali aroma parfum yang menyelinap dari tubuh ini.
Anara, mendongakkan kepalanya ke atas. Matanya langsung berhadapan dengan rahang tegas milik pria ini. Dengan gesit, tangan Anara terangkat ingin menarik masker hitam itu, tapi sang empu lebih dulu menahannya. Lalu, seperti biasa. Pria itu mencium punggung tangan Anara dengan rakus di balik masker hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEONARA
Teen FictionLevel tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷𝓭𝓲𝓷𝓪, Geonara. ••• Dalam dunia yang tampak sempurna, Geovaro Gerald Kalzero memegang kendali. Geo...