Hmm! Kasih komentar gak sih.
Jangan lupa juga untuk kasih vote. Agar aku semangat.
Dan yang paling penting follow akun aku agar dapat info cepet. Eh!
Follow tulisandina...
Sudah dua hari Anara izin tidak masuk sekolah. Hari ini, cewek itu terpincang-pincang menyeret kaki kanannya, berjalan masuk ke area gerbang sekolah. Sedikit terburu-buru, ketika suara klakson motor dan mobil terus berbunyi di belakangnya.
"Sabar dong, lo semua gak liat apa? Jalan gue pincang-pincang gini!" dumel Anara, bibirnya maju kedepan.
Pak Tarto, satpam sekolah yang sudah hapal akan muka Anara menegur. "Kenapa neng kakinya?"
Anara mengangkat kepalanya. "Jatuh dari gunung pak," jawabnya menyengir, lalu ekspresi wajahnya kembali berubah seperti semula.
"Anjing anjing!! Duit gak ada mau beli kruk. Tau gini gua kayak korban gempa anjir," gerutunya lagi.
"Emang paling bener gue jadi ani ani aja."
"Habis sembuh, gua harus besarin dada biar ada yang ngelirik nanti."
Anara terperanjat kaget, ketika klakson mobil berbunyi nyaring di belakangnya. Bukan hanya dia yang terkejut, hampir seluruh orang yang ada di parkiran menoleh. Mobil berwarna putih berhenti di sampingnya, kaca mobil di turunkan, terpampang lah wajah Cici yang menyembul dari sana.
"Bjir!! Nape kaki lo cok?" seru Cici.
Anara tak berniat menjawab, cewek itu kembali melangkahkan kakinya. Mobil tersebut pun ikut mengiring lambat.
"Woi! Gue nanya nih ya btw," teriak Cici lagi.
"Anara, kaki lo kenapa?" Kali ini Thea yang bertanya, rasanya Anara ingin tenggelam saja dari bumi, mereka bertanya dengan suara sebesar toa. Sehingga orang di sekitar mereka ikut memperhatikan.
"Di tabrak meteor, lo semua malu-maluin gue aja," balas Anara ketus, cewek itu menatap marah kearah mobil putih tersebut. Thea terkekeh, ia melajukan lagi mobilnya, menuju parkiran mobil.
Anara tak memperdulikan lagi, mengusap keningnya yang telah banjir oleh keringat. Merasa di tatap, cewek itu mengangkat kepalanya, matanya melebar melihat Geo yang berdiri di ujung sebelah kiri parkiran motor. Cowok itu tidak sendirian, ia bersama sahabat-sahabatnya yang lain. Bahkan Kezel dan Genta berjalan kearahnya dengan bersiul-siul menggoda.
Kedua cowok itu melilingi tubuh Anara, seakan mengukur berapa diameter lingkaran yang mereka kelilingi. "Gue gak tau rumus lingkaran, lo berdua percuma aja keliling begitu."
"Kenapa kaki lo, Nar?" Akhirnya Kezel membuka suaranya. Laki-laki itu berhenti berkeliling, tangannya berada di dagu seakan sedang berpikir keras.
"Udah dibilang di tabrak meteor, masih aja gak percaya." Mata Anara berpaling melihat Geo yang sekarang duduk di atas motor cowok itu dan matanya yang berfokus pada layar hp.
"Minggir!! Mau ketemu suami dulu," usir Anara, kali ini wajah gadis itu tersenyum sumringah. Walaupun cara jalannya terlihat lucu di mata Kezel dan Genta.
"Laki gue kangen gak ya sama gue? Mau gua kasih kiss kiss dulu, boleh kali ya?" ujar Anara terkekeh geli.
"Anjir cegil, gue takut lo kena tendang cok," sela Genta.
"Sebelumnya juga udah biasa di tendang," imbuh Anara.
"Dalam kamus hidup gue, tendang menendang itu udah biasa. Beruntung aja masih dikasih nafas sama Tuhan," lanjut Anara, dengan nada lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEONARA
Teen FictionLevel tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷𝓭𝓲𝓷𝓪, Geonara. ••• Dalam dunia yang tampak sempurna, Geovaro Gerald Kalzero memegang kendali. Geo...