13. Kalzero's & Keinginan Anara

18.3K 750 61
                                    

Geo menyugar rambutnya ke belakang, memperhatikan seorang gadis yang sedang bermain air di pinggir kolam. Ia sekarang berada di atas balkon tak jauh dari sana. Merasa hatinya kesal, ia masuk ke dalam kamarnya.

Geo melewati 4 orang sepupu laki-lakinya begitu saja. Louis yang lebih dulu sadar membuka suaranya.

"Ge, mau ke mana?" seru Louis, salah satu sepupu Geo yang dua tahun lebih tua darinya.

Sang pemilik nama tak menggubris, Geo terus berjalan memasuki lift menuju lantai bawah. Louis yang merasa ingin lebih dekat dengan Geo mengikuti, begitu juga dengan ketiga saudaranya yang lain.

Louis mengusap tengkuknya, suasana yang sunyi membuat bulu kuduknya meremang. Niat hati agar lebih akrab antar persepupuan, justru yang didekati spek kulkas sepuluh pintu. Geo menatap lurus kedepan, kedua tangan cowok itu di masukkan kedalam saku celananya. Terkadang Loius iri, kenapa sepupunya satu ini memiliki pahatan wajah dan badan yang hampir sempurna.

"Cewek itu siapa, Ge?" tanya Loius memecahkan keheningan. Ia berdesis, ketika Kenny menepuk bahunya kuat.

"Pake lo tanya lagi, hawanya magrib banget ini," keluh Kenny membuat Louis memberi kode lewat bibirnya untuk diam.

Geo menoleh sekilas. "Bukan siapa-siapa," jawab Geo, kembali datar lurus kedepan.

"Ah! Sayang banget, padahal cakep banget orangnya, ya?" Louis berbicara melirik ketiga saudaranya yang lain. Mereka mengangguk setuju dan itu bisa Geo lihat lewat kaca lift yang ada didepan mereka sekarang.

"Kalo gitu, boleh gak gue minta nomornya atau gak sosmed nya?" Louis kembali mengusap tengkuknya, melihat tatapan Geo menjadi lebih tajam lewat kaca di depan mereka.

"Gak usah tau!" balas Geo rendah. Pintu lift terbuka, ia keluar lebih dulu dengan rahang mengeras. Di dalam lubuk hatinya mengatakan dengan tegas. Ia tidak akan menyukai gadis itu, tapi entah kenapa setiap laki-laki yang ingin mengenal lebih dalam sosok Anara secara terang-terangan membuat darahnya mendidih.

Geo sampai di depan pintu menuju taman. Tempat didepannya ini sangat jauh dari kata sepi, bahkan seluruh keluarganya sekarang sedang bersenang-senang disana. Ada yang sedang bakar-bakar daging barbeque, ada yang asik bermain permainan yang memang disediakan oleh kakeknya dan ada juga yang bermain air di pinggir kolam termasuk gadis itu.

Kedatangan Geo menarik perhatian mereka semua. Pasalnya selama cowok itu datang ke acara keluarga besar, tidak sekalipun ia ingin bergabung jika ada acara seperti ini, baru kali ini dan itu? Kanaya sampai menyemburkan air minum dari mulutnya, sehingga sang suami dengan sigap membantunya.

Kanaya ingin berdiri, tetapi Javas lebih dulu menahannya. Pria dewasa itu menggelengkan kepalanya pada sang istri, Kanaya mengerti. Mereka duduk dengan manis mengawasi apa yang akan di lakukan oleh anak sulung mereka.

"Aa, mau ga..." ucapan Vena terhenti, mendapatkan tatapan dari Kanaya. Wanita yang menjabat sebagai tante nya Geo itu mengganguk paham, lalu terkekeh-kekeh kecil.

Mereka memperhatikan Geo yang hanya diam, berdiri di depan pintu. Geo berjalan mendekat ke arah Anara, menarik tangan gadis itu agar berdiri dan sedikit menjauh dari area kolam.

Anara mendongakkan kepalanya bingung. Ia melihat secara bergantian tangan Geo yang menggenggam pergelangan tangannya.

"Geo, kenapa?" tanya Anara gugup.

Sunyi, kedua sejoli tersebut sama-sama terdiam, hanya terdengar angin yang berhembus menerpa kulit wajah. Mata Geo menatap dalam mata Anara yang masih terlihat sembab, genggaman tangannya semakin erat. Anara mengerjapkan matanya berulang kali, melirik kesana-kemari dengan canggung melihat semua mata tertuju pada mereka.

GEONARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang