09. Desires

18.4K 927 123
                                    

[Happy Reading]
09. Desires
...

Geo hanya diam, ketika ada seseorang yang duduk di sampingnya. Gevan mengulurkan sebatang rokok padanya. Ia menoleh, merasa tertarik. Tangannya mengambil rokok tersebut, lalu menghidupkan ujungnya. Gevan terkekeh melihat Geo yang menghembuskan asap rokok itu ke udara.

"Udah lama gak liat lo ngerokok," ucap Gevan, membuat Geo menoleh sekilas.

Saat ini mereka sedang berada di rooftop sekolah, duduk di paling ujung pembatas gedung. Membiarkan kaki mereka menjuntai ke udara. Terpaan angin kencang, tak membuat rasa takut di diri kedua cowok itu.

"Tanpa lo sadar, lo nyakitin dua orang. Pertama, lo nyakitin Anara dan yang kedua, diri lo sendiri," tutur Gevan, membuat Geo berhenti menghisap rokoknya. Ia menoleh, tak suka mendengar penuturan tersebut.

"Gue gak berhak dicintai dan gak berharap dicintai. Gue gak berharap lebih, gue ikhlas nolongin dia. Gua gak expect kalo dia datang lagi dengan bawa perasaan."

"Gua baik kesemua orang—"

"Iya! Lo emang baik ke kita. Ke cewek, selama ini baru Anara." Suara Gevan lebih dulu memotong.

"Itu gengsi lo, Ge. Lo gak akan iklhas kalo lihat dia pergi nanti."

Geo tak berniat menjawab, darahnya berdesir. Demi Tuhan, ia tak menyukai perempuan itu. Tapi seluruh temen-temennya setuju jika dia dengan perempuan itu. Lama terdiam menikmati hembusan angin. Begitupula dengan Gevan yang masih asik menghisap nikotinnya, di telinga kanan cowok itu terdapat earphone yang tersumpal apik.

"Seberapa cinta lo sama Alesha?" tanya Geo, akhirnya memecahkan keheningan.

"Sangat cinta, mungkin terdengar alay. Tapi gue rasanya gak bisa hidup, kalo gak dengerin suara dia." Gevan mengambil earphone yang tersumpal ditelinga kanannya.

"Suara dia!! Walaupun suaranya, omongannya tetep sama selama tiga tahunan ini, gue gak akan pernah bosen dengerin ini. Apa yang gua dapet dari Alesha, gak akan bisa gue dapet dari orang lain. Dia bisa gantiin posisi mama. Coba lo cari, apa kelemahan lo tapi Anara punya obatnya," kata Gevan terkekeh, melihat Geo yang hanya diam menatap wajah nya.

"Kelemahan lo? Siapa yang emosi liat Anara di godain Genta? Emosi siapa yang bisa redah waktu denger suara Anara?" gurau Gevan, kembali menyumpal kan earphone di tangannya.

"Siapa?" tanya Geo dengan polos.

"Lo lah! Siapa lagi?!" decak Gevan tertawa geli, cowok itu beranjak dari duduknya sambil bersiul-siul.

Geo termenung mendengarnya. Hatinya terus berusaha menyangkal itu. Sangat, ia tak menyukai Anara. Geo terus mencari cara agar gadis itu bisa berpaling bahkan lenyap dari depan matanya. Ia beranjak turun dari rooftop sekolah. Berjalan di koridor sekolah yang sepi, karena sekarang sudah masuk jam pelajaran kelima.

Langkah kaki Geo terhenti, ketika melihat seorang perempuan yang baru saja keluar dari ruangan UKS sekolah, tepat didepannya dengan kaki terpincang-pincang.

Perempuan itu Anara, dia hanya sendirian. Lutut cewek itu terlihat di perban, roknya sudah berganti lebih pendek. Entahlah, langkah kaki Geo mengajaknya untuk berjalan menyusul Anara. Tangan Geo dengan sendirinya merangkul pinggang ramping itu, membuat sang empu tersentak.

Mata Anara mengerjap bingung, melihat Geo yang juga mengamati matanya dengan tatapan tajam cowok itu. Anara berusaha melepaskan rangkulan tangan Geo, tubuhnya mundur menabrak dinding, saking kuatnya cengkeraman tangan Geo.

"Gapapa, gak usah, aku bisa sendiri Ge."

Tangan mungil Anara masih berusaha mendorong tubuh Geo yang ingin menghimpitnya di dinding. "Kenapa?" tanya Geo, mata Anara berkedip bingung.

GEONARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang