Om Tajir

461 62 4
                                    

Yoshida mendengus kesal melihat dua sejoli didepannya. Ya siapa lagi kalo bukan sang pujaan hati dengan wanita simpanannya. Haruskah ia singkirkan wanita dengan rambut permen kapas ini?

Meski begitu ia tidak bisa protes jika Denji sudah berkata. Tadi aja bilang mau maksa, nyatanya yoshida tak sanggup menahan pesona si pirang.

Mereka berdua dengan sengaja saling menyuapi. Membuat yoshida semakin kesal. Keduanya menikmati pemandangan itu tentu saja. Kapan lagi bisa mengerjai anak band yg fansnya bejibun.

Bukan kalangan artis memang. Namun band yg bernama cumi itu beberapa kali manggung.  Bersama Aki sebagai vokalisnya. Iya ga salah denger. Kakak tingkat dengan rambut yg dikucir tinggi itu, memang memiliki suara enak didengar.

Yoshida mah bagian gitar aja. Meski begitu fansnya banyakan dia daripada Aki sendiri. Sebabnya adalah Aki sudah berpawang.

Padahal jamet begitu malah banyak yg suka.batin power.

Sirik nih anak.

Tingkah ajaib yoshida akhirnya muncul ketika kesabarannya habis. Ia menarik kursi lain untuk ia duduki di antara Denji dan Power.

Keduanya mengamati Yoshida tak percaya.

" Kak! Apaan sih lo. Sempit anjir"

" Gue juga mau disuapin" ucapnya sebelum membuka mulutnya alias mangap.

" Dih. Ogah"

Yoshida merengut kesal. Mendorong kursi Power menggunakan kakinya agar menjauh.

" HEHH JAMET" ujar power kaget. Reflek tangannya berpegangan dengan bahu yoshida.

Yoshida masih menggerutu kesal. Memohon disuapi dengan menarik narik ujung kaos yg denji kenakan. Denji abaikan saja.

Sampai aksinya dihentikan oleh deringan ponsel miliknya di atas meja. Layarnya menampilkan nama Aki2. Ia seakan baru teringat sesuatu. Lantas mengangkat telpon tersebut.

Belum sempat sang lawan bicara bersuara, Yoshida sudah buru2 minta maaf.

" Maaaaaaffff. Gue lupaa. Gue otw ga akan lama. Udah dijalan" setelah mengatakan rentetan penjelasan itu. Yoshida berdiri,bersiap pergi.

Dengan sigap tangan denji menahannya. Yoshida baru saja akan terharu ketika kemudian dipatahkan oleh perkataan denji.

" Ini lo yg bayar kan? Jangan kabur"

Yoshida tersenyum kecut. Merogoh dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang biru. Denji tersenyum senang.

Ia mendongak mengamati Yoshida lagi," makasihh kak"

Hati yoshida merasa hangat sepersekian detik. Betapa manis miliknya ini. Ingin sekali ia karungi sekarang juga. Gemes anjing.

" Gue pergi dulu ya. Hati hati pulangnya. Jangan kenapa napa" petuahnya lembut sembari mengelus surai fluffy milik Denji.

Posisi kepala Denji yg kini menunduk membuat Yoshida tak menyadari rona merah yg mulai merambati wajah Denji.

Tak lupa Yoshida melakukan hal sama terhadap power. Meskipun ditambah dengan toyoran kepala.

" Jagain punya gue"

" Tai. sok iye lu"

Ketika power kembali mengarahkan pandangannya pada denji. Ia tak bisa menahan tawa. Yg ditertawai langsung saja menyembunyikan wajah, di antara lipatan tangan.

Bahkan setelah disembunyikan pun. Telinganya ikutan memerah.

" Cieee. Asik banget sih. Katanya ga gampang dimainin. Ini baru dielus kepala aja udah lumer hati lu. Murahan amat"

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang