Kerasukan

315 33 10
                                    

Si Mio kali ini beneran ga ditinggal. Yoshida yg ngajak jalan malah enak nangkring di jok belakang sambil peluk tubuh ramping denji. Denji tentu saja misuh sepanjang jalan, tapi apa daya dia tak mau kecelakaan hanya karena meladeni yoshida.

Sesekali bahu nya menyentak kasar agar dagu yoshida tak lagi bertumpu disana. Namun, denji lupa kating nya itu keras kepala. 

" Minggiran kak! Pundak gue pegel anjir" teriak denji agar suara nya terdengar. Sumpah nih lakik lengket banget, ga bisa lepas.

" Demi keselamatan,denjiii. Nanti kalo gue kejengkang gimana?"

Denji jengah, mau kejengkang bagaimana? Orang laju motor Mio denji saja tak sampai 60 km/jam. Ini amatlah lambat.

" Lo mau ngajak gue kemana sih? Daritadi lurus mulu. Gue gatau daerah sini kak. Kalo kita nyasar lo tanggung jawab" gerutu denji di balik helm kebesarannya.

" Udah mau sampe kok"

" Congormu mau sampe mau sampe. Udah sejam ya lo ngomong gitu! Kenapa juga gue yg nyetir!"

" Yg penting kan Mio ga ditinggal"

Salah memang mengajak bicara pria berindik seabrek ini. Kini matahari mulai melarikan diri. Menyisakan sedikit cahaya jingga untuk salam perpisahan.

" Kak, udah mau gelap. Ini masih lama ga sih?" Ujarnya parno, bukannya takut gelap atau apa. Denji udah biasa malem2 motoran sendiri. Tapi kan itu di jalanan Jogja yg ramai, bukannya di jalan yg kanan kirinya hutan.

" Engga. Kamu takut?" Yoshida semakin merapatkan pelukan. Berusaha mengurangi rasa tak nyaman pujaan hati.

" Ck. Ini beneran lurus aja gitu?" Denji memastikan.

Kepala Yoshida nemplok di pundak denji lagi. Ndusel disana, sebelum di geplak keras pake tangan denji. Yoshida meringis, tapi dalam sekejap terkekeh. Membuat denji bergidik ngeri. Jangan bilang nih kating kerasukan lelembut yg nangkring di pohon.

" Kak! Gausah aneh2 deh. Serius perasaan gue ga enak"

Yoshida tak menghiraukan," abis ini ada pertigaan. Ambil yg nanjak"

" Oke"

Setelah mengikuti arahan yoshida, denji mulai bernapas lega ketika jalanan mulai lenggang, meninggalkan area hutan. Beberapa penerangan semakin membuat denji tenang.

" Kak jangan diem aja dong. Ayo ngobrol" denji takut aja yoshida tiba tiba berubah jadi Kunti. Gara gara kebanyakan baca cerita ojek online yg nganterin demit.

" Kak?" Pundaknya terasa berat. Membuat dirinya panik. Denji beneran takut kalo yoshida kerasukan.

" Kak yoshii" panggilnya lirih dan memelas. Tangan kiri denji menyentuh lengan yoshida yg masih melingkar erat di perutnya.

Agak terkejut saat merasakan tangan yoshida mendingin.

" Kak! Jangan bikin denji takut dong! Kalo lo kerasukan gue tinggal disini. Bodo amat!" Ucapnya bersungut-sungut.

" Gue cuma ngantuk. Di atas ada angkringan. Kita mau kesitu"

" Asu. Jauh jauh kesini. Lewat hutan, sungai sampe monyet aja lewat. Cuman mau ke angkringan?? Dari seluruh destinasi wisata yg kita lewatin tadi kakak milih angkringan?" Denji kehabisan pikiran.

Yoshida nongol di kaca spion, menampilkan wajah denji yg menatapnya sengit.

" Tumben cerewet?"

" kak yoshi juga tumben diem?" meskipun dari tadi tetep nyaut. Tapi ga biasanya yoshida mati topik. Dari tadi yoshida cuma ngarahin doang, itupun karena denji yg nanya.

Yoshida diam lagi. Denji mengurungkan niat untuk protes setelah melihat angkringan telah dekat. Mio melambat. Kemudian diparkirkan dengan nyaman oleh pemiliknya.

Sore itu angkringan hanya ada beberapa orang. Enak buat ngobrol tanpa takut kedenger pembeli lain.

Setelah melihat sekitar barulah denji sadar bahwa angkringan ini berada di atas bukit. Yg lebih menakjubkan, pemandangan di bawah bukit menyajikan hamparan pasir putih pantai dan gelombang ombak yg saling berkejaran.

Decak kagum denji membuat senyum yoshida merekah. Melihat tingkah pemuda pendek itu berlari kecil, mempertajam penglihatan menikmati pantai di bawah sana.

Sementara itu, yoshida memesan kopi, wedang ronde, jagung, sate, serta gorengan. Kemudian menarik ponselnya untuk mengabadikan si pirang di bawah naungan rembulan.

Cahaya flash dari ponsel yoshida membuat denji menoleh. Si pemilik ponsel merutuki aksinya yg ketauan.

" Kak sini. Pantai nya bagus banget malem malem begini. Rembulannya juga cantik" ujarnya dengan binar mata yg antusias, melupakan fakta bahwa fotonya barusan dicuri.

" Kenapa kita ga ke pantainya sekalian?" Dengan memiringkan kepala dia bertanya, membuat kesan lucu di mata yoshida.

" Anginnya kenceng nji. Nanti masuk angin" jawab yoshida tenang sembari mengusap pipi denji yg dingin.

Rasanya ada yg tak beres. Denji rasakan perubahan sikap yoshida sejak ia mengajak pulang bersama siang tadi. Jelas2 pas di kampus tadi dia masih bersama yoshida si jamet. Lantas yg berdiri sekarang ini siapa?

Yg kini menggeretnya duduk di samping bara api. Yg diam diam telah membawakan Hoodie di jok motor Mio. Yg sekarang tak banyak merengek dan selalu bilang," denji aku suka kamu. Cinta mati malah. Beneran gamau nih? Aku personil band cumi loh? Femes pula. Kamu rugi kalo ga dapet aku"

Fix yoshida kerasukan!

Melihat antusias denji yg sudah surut membuat yoshida menatapnya. Ternyata si manis sudah lebih dulu mengamatinya dengan intens. Seakan dengan begitu dia bisa membaca pikiran yoshida.

Yoshida tak bisa menatap terlalu lama wajah yg nampak dibuat serius itu. Dia tertawa, kalah. Hatinya lemah.

" Kenapa?" Tanyanya sambil memalingkan wajah. Sungguh panas.

" Kak yoshi yg kenapa? Kamu sakit ya kak?" 

" Hah? Enggaa"

" Masa sih?" Entah kerasukan Kunti genit mana tiba tiba denji berani melakukan inisiatif pertama. Yaitu menyentuh dahi yoshida dengan tangan dingin itu.

Yoshida terkejut ketika rasa dingin merayap di dahi, poninya tersingkap. Matanya terpaku pada raut denji yg sedang mengira ngira.

" Anget kak. Pasti demam kan?"

" Tangan kamu yg dingin denji. Siniin" ia meraih tangan denji untuk ia bawa mendekat ke bara api.

Setelah makanan mereka jadi dan lagi asik minum ronde, mereka hening beberapa saat. Menikmati hangatnya ronde dan pemandangan yg memanjakan mata.

" Kok kak yoshi tau tempat beginian? Bukannya nongkrongnya di caffe2 gitu? Trus di restoran bintang 5 atau ke club mewah" gatau denji tiba tiba sore itu jadi kepo sama yoshida.

Yoshida menyeruput kopinya yg masih mengepul," dari sukuna. Dia kan anak Jogja dan suka hang out. Jadi tau lah tempat2 sepi tapi nyaman begini"

" Oh"

Mereka cukup lama dilanda sunyi. Hanya debur ombak yg sayup sayup terdengar. Suara kayu yg terlahap api di depan mereka. Juga suara mas mas yg asik bermain gitar tak jauh dari sana.

" Jadi? Kak yoshida mau ngomong apa sampe ngajakin gue kesini?"

TBC.

270124
20.00

Janji gue tahun baruan update kok malah akhir Januari baru bisa nulis 😀 derita asal buat dari awal 😔 hope you guys enjoy yak.

Oh iya bjir gue ikutan kpps tahun ini kan tanpa tau resiko meninggalnya kok agak tinggi. Bikin ketar ketir anjir lah. Doakan keselamatan gue pren.

jam 9 baru bisa ke publish emang SINYAL KEK KONTOL! 🖕

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang