Keraton

519 63 34
                                    

Hari Sabtu itu pukul 8 pagi Denji sudah siap menjemput Power di kosnya. berbekal beberapa canvas dan sketchbook, tak lupa alat eksekusi berupa pensil,pulpen,tinta cina dll.

Mereka berdua benar benar akan mengunjungi salah satu keraton di Jogja. Yg beruntungnya hari itu merupakan peringatan hari menari dunia. Tentu saja akan ada banyak objek menarik untuk di gambar.

Denji memainkan hpnya di atas motor Mio itu. Menunggu Power yg katanya mau turun dari 5 menit yg lalu. Akhirnya gadis Surai pink itu tergesa gesa keluar dari gerbang kosan. Penampilannya kacau.

" Lama" dengus Denji. Yg di protes cuma nyengir trus ngasih barangnya biar di taro bagian depan si Mio.

" Sorry. Lagian masih jam 8 juga. Emang udah mulai?"

" Matamu cok. 24 jam menari. Ya udah dari subuh tadi tuh mereka nari"

" Santai dong gue mana tau"

Dengan perlengkapan yg sudah lengkap serta isi dompet yg pas2 an mereka tiba di pelataran keraton. Setelah minta ijin dan basa basi akhirnya mereka bisa survei untuk eksekusi.

Banyak orang sudah hadir lebih dulu daripada mereka. Keramaian ini tidak mereka pikirkan sebelumnya, membuat mereka berdua terdampar di salah satu bangunan keraton yg sedikit sepi.

" Kalo begini kita butuh kamera juga ya. Ini ga bisa langsung eksekusi di tempat kalo banyak penonton gitu"

" Yaudah gambar apa yg ada aja. Kita amati dari sini. Gambar aja suasana penari sekaligus penonton nya ribet amat" jelas denji tak ambil pusing dengan keadaan. Panas nya Jogja hari ini lumayan membuat mereka enggan beranjak dari tempat itu.

Mereka mulai mencoret canvas. Langsung menggunakan tinta cina. Mata mereka fokus bergantian mengamati objek dan canvas. Tangannya luwes menggoreskan setiap warna hitam itu tanpa ragu.

Ditengah keheningan denji menyeletuk," nanti jadi apa ya?"

" Apanya?" Si lemot power bertanya.

" Kalo udah lulus jadi apa ya?"

" Seniman dong" katanya ceria.

" Capek ga sih pow, merjuangin impian tapi didesak sama tuntutan orang tua?"

" Lo kira gue jadi rusak begini bukan bentuk dari capek?"

" Gue gamau punya anak"

" Kenapa? mau ngehomo?"

" Anjir kok kesana. Lagi diajakin deeptalk nyet" power menanggapinya dengan kekehan.

" Kenapa? Mama lo telfon lagi?" Tanya power yg sudah hafal dengan gelagat aneh denji.

" Masih sama. Ngungkit lagi soal adek gue"

" Yaudah sih blokir aja. Lo udah tenang disini. Gausah merasa bertanggung jawab sama keluarga yg ga nganggep Lo. Lo bisa pulang ke gue kapanpun Nji"

Mereka berbicara sembari meneruskan lukisan. Tak terasa mereka sudah memperoleh beberapa sketsa dan lukisan. Namun ada beberapa sudut pandang yg belum mereka dapatkan.

Akhirnya keduanya mengamankan peralatan mereka. Kemudian mereka berjalan mendekat ke tempat pertunjukan menari. Mereka duduk berhimpitan dengan penonton lainnya. Meski begitu, mereka puas karena mendapat pemandangan yg mereka inginkan.

Di tengah asiknya menggores tinta, saat denji kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Matanya tak sengaja menyorot sepasang mata yg mengawasinya di antara kerumunan penonton.

" Hah anjing!"

Power seketika menoleh, mendapati wajah denji yg panik," den? Kenapa?"

Denji grusak grusuk pengen ngumpetin diri. Gatau kenapa reflek badannya pengen sembunyi atau kalau bisa lari dari sana.

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang