Jadi?Jadian

231 29 26
                                    

" Kak yoshida mau ngomong apa sampe ngajakin gue kesini?"

" ya kamu sendiri rasanya udah tau, apa yg mau gue ucapin nji. Nanti bosen dengernya" yoshida mendesah lesu dan menunduk.

Tak disangka itu bisa memancing tawa denji. Entah apa yg lucu dari pernyataannya barusan.

" Mau nembak lagi emang?"

Kepala bersurai hitam mengangguk membenarkan. Rasanya dia tak tau lagi harus menyatakan cinta dengan cara apalagi. Respon denji pun pasti akan sama pikirnya. Mengatakan padanya untuk berhenti bercanda.

" Emang apa sih kak yg lo liat di gue?"

Yoshida mengangkat bahu," gatau deh. Pokoknya mau lo aja gitu. Lo doang yg bikin gue bisa banting setir jadi alay begini. Sumpah nji, gue sampe di titik kalo bukan lo orangnya tetep harus lo orangnya. Gue ga peduli kita bukan jodoh. Selama lo masih biarin gue"

"Maksa amat"

Yoshida mengangguk, " iya tau. Maaf ya?"

" lo tau gue dari mana sih? Info dari siapa?" Tanya Denji heran sambil makan jagung.

Dengan helaan napas yg cukup berat yoshida mulai bercerita, bagaimana memikatnya Denji waktu dia ospek dulu. Biasanya kasus seperti ini maba yg naksir kating, tapi tidak untuk yoshida.

"Denji selalu memikat meski ga ngapa2 in. Even when you silent. Waktu itu gue megang anak jurusan mu. Rambut pirang mu yg paling menonjol, jadi ga heran banyak yg nunjukin atensinya ke kamu "

kerutan di kening seketika muncul, mengingat kembali masa masa awal kuliahnya. Meski tak begitu ingat Denji hanya mengangguk.

" kakak yg megang? Serius? Kok lupa ya?"

"Mungkin karena waktu itu kamu ikut ospek cuma sehari. Kamu demam dan ga hadir sampai ospek selesai"

Denji menoleh tak percaya. Meneguk ludah susah payah. Yoshida ini agak ngeri, pikirnya.

" lo merhatiin segitunya?"

Yoshida hanya mengangkat bahu," waktu itu kamu terlalu sayang buat ga diinget segitunya nji"

Hening merayap di antara semilir angin rendah yg menggelitik kulit. Jangkrik berderik, kayu terlahap api, dan riuh rendah obrolan orang di belakang mereka, menjadi latar malam itu.

Kedua sejoli itu kini menatap ombak yg saling tergulung berkejaran di bawah sana. Bermandikan cahaya rembulan nan menawan.

Jemari mulai berani menyentuh si paling ujung, jari kelingking. Kemudian merambat untuk saling bertaut.

Tanpa permisi, kini sang pujaan hati telah memberi ijin.Dielusnya punggung tangan seniman itu lembut. Sepelan mungkin agar merasa nyaman.

" I wish it could be like this forever "

" Gamau. Emang ga pegel pegangan tangan trus? Bisa masuk angin tau duduk di sini Mulu" ya sekali lagi, dia berhasil menggagalkan upaya yoshida bersikap romantis di hadapan denji yg realistis.

Denji terkekeh ketika melihat wajah suram dari kating nya itu.

" Trus kenapa baru deketin akhir2 ini? Katanya sejak gue maba tertariknya"

" Gue ga berani deketin cuma karena rasa penasaran nji. Waktu itu belum cinta"

" Kalo sekarang?"

" Cinta mampus"

" Lo tau ga kak kenapa gue selalu ga percaya sama pernyataan cinta yg seenak jidat lo keluarin setiap saat?"

" Apa?"

" Karena Lo gampang banget ngomong begitu ke gue. Seakan pernyataan cinta itu ga ada maknanya. Ga ada seriusnya. Ga ada sakralnya tau ga"

" Mau yg sakral? Gas nikah?"

Tautan itu terlepas, berganti dengan mendaratnya tampolan manja denji ke muka serius yoshida. Yg ditampol mah mau diapain juga pasrah.

" Itu mah abis kita lulus dulu" celetukan itu membuat yoshida tersedak ronde yg sedang di minumnya. Rasa pedas di tenggorokan tak mengalahkan rasa terkejutnya. Ini? Lampu hijau kah?

" Ka..kamu serius mau nikah sama aku?"

Denji melirik jahil dan tertawa," dih siapa juga yg bilang mau"

" Yaudah pacaran dulu deh" ucapnya santai bagai bualan biasa.

" Yaudah "

" HAHH? GIMANA GIMANA?"

" Yaudah iya"

" Nji. LO...LO YG BENER AJA LAH. MASA. NJI INI BENERAN?"

" Apaan?"

" DENJI SAYANG YG SERIUS NGAPA. KITA PACARAN?"

" Biasanya juga cara nembak Lo ga serius. Yaudah gue jawab kayak cara Lo" ucapnya sembari mengedikkan bahu acuh. Sekarang anak itu mulai asik makan kacang.

" YA..YA TAPI DEN. Jadi?"

" Jadian"

" IHH YG BENER AJA. RUGI DONG KALO BEGINI DOANG. NJII INI MAH LO NGE PRANK DOANG KAN NGAKU. GUE SERIUS NJI JANGAN BECANDAIN GUA"

" Mau Lo apa sih! Udah dijawab malah tantrum. Kalo gamau pacaran yaudah. Dari kemaren2 juga yg maksa kan Lo" gerutunya.

" Mau mau mauuuuuu kok. Jangan di tarik ucapannya ya pleaseee? Serius kan njii? Den? Sayang?" Melasnya sambil merengek, menarik narik pelan jaketnya yg ia pakaikan pada si pirang.

" Tau ah. Nyebelin lo ga percayaan!" Ambeknya lucu. Tubuhnya ia geser ke samping untuk membelakangi yoshida.

Yoshida panik. Berusaha menarik denji untuk kembali memberi atensinya. Bahu denji sudah berusaha ia balikkan. Tapi si pirang tetep kekeh sama acara ngambeknya.

" PERCAYA PERCAYA. DENJIKU SAYANG PERCAYA BANGEEET. kalopun kamu bilang bumi lebih gede dari matahari pun aku percaya. Jangan ngambek dooonggg" bujuknya agar si mungil kembali menghadapnya.

Denji berbalik dengan muka geli. Denji sebenarnya cuma main main aja. Pas dia liat muka melas itu makin mau ketawa denjinya.

Karena tak mau membuat katingnya itu kesal, ia hanya bisa menepuk pelan pipi tirus milik yoshida.

" Gitu dong"

" Jadi kita?"

" JADIAN KAK. YAELAH BENERAN GA PERCAYA LO SAMA GUE?"

" YA...YA LAGIAN KAMU TUH GA KELIATAN SUKANYA NJII..INI KESANNYA KAMU NYERAH KARENA KU KEJAR TRUS 😔"

" gengsilah. Tau gengsi ga?! Udah ah diem!" Ucapnya sambil ngacir dari sana melarikan diri dengan wajah memerah. Hatinya tak karuan untuk tetap duduk disana malam itu.

TBC? End aja apa ya? 17032420

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC? End aja apa ya?
170324
20.17

Jadiannya emang ga memenuhi ekspektasi deh. Gue aja yg males buat yg lebih wah. Karena otak gue buntu Fak.
Gue habis hbd btw

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang