Marah

524 66 5
                                    

Denji kini merasa salah mengambil tindakan. Entah bagaimana dirinya bisa duduk di ranjang milik kakak tingkatnya. Ruangan yg rapi dan bernuansa hitam itu membuatnya agak sungkan berlama lama disana.

Si pemilik kamar sudah 10 menit lalu meninggalkannya untuk mencuci Hoodie milik denji. Yoshida memang bersikeras mencucinya, alibi agar denji bisa lebih lama menunggu.

Denji yg sudah terlanjur kesal pun melangkah menuju pintu kamar untuk keluar. Mencari Yoshida di rumahnya yg amat megah. Melihat dirinya menjejakkan kaki disini, seperti tidak pantas.

Salah satu pelayan menyapanya ketika Denji terlihat mencari seseorang.

" Maaf,mas. Nyari siapa ya?" Tanya pelayan itu sopan meskipun dia bingung mengapa ada pemuda yg keluar dari kamar sang tuan muda.

" Ehm kak Yoshi dimana ya mba?"

Pelayan itu nampak mengerutkan kening sebentar sebelum menjawab," Tuan muda ada di lantai bawah mas. Mau saya antarkan?"

Denji mengangguk saja. Mengikuti pelayan itu di belakang. Sesekali ia kembali mengamati interior dan desain rumah yoshida.

Sampai di lantai bawah, si pelayan mengantarkannya ke sebuah ruangan yg lebih seperti tempat laundry.

" Buset, mau buka jasa laundry apa gimana?" Gumamnya tanpa sadar.

Mendengar suara denji yg khas membuat Yoshida reflek menoleh. Meninggalkan mesin yg sedang berusaha mengeringkan hoodie itu.

Yoshida jalan mendekat ke arah mereka berdua. Setelah pelayan itu pamit undur diri. Yoshida langsung bertanya," kenapa? Lama ya?"

" Iya. Makanya tadi mending langsung gue bawa balik aja. Kak Yoshi kenapa ngeyel sih. Sengaja ya mau bikin gue kesel?"

" Balik ke kamar yuk"

" Ogah. Hoodie nya buruan, gue mau pulang"

Yoshida tak mendengarkan. Dia memegang lengan denji dan membawanya kembali ke kamar. Tidak peduli dengan rontaan dan teriakan yg menggema ke seluruh rumah.

Beberapa pelayan sampai melihatnya, denji berusaha meminta pertolongan mereka namun mereka sama sekali tak berkutik. Denji tidak tau saja kalau di belakangnya ada mata tajam milik yoshida yg mengancam.

" Anjing Lo! Sakit monyet"

Segera setelah umpatan barusan. Tubuh Denji terhimpit tubuh tinggi yoshida dan pintu kamar. Lelaki tinggi itu mengukungnya, mengamati denji dengan jarak yg amat dekat.

" Bisa sopan ga?" Ucapnya dengan nada menekan.

Denji sama sekali tidak terintimidasi. Apa lagi di otaknya yoshida lah disini yg tidak sopan. Matanya memerah menahan marah. Melepaskan tangannya dari genggaman yoshida kasar.

Kemudian menunjuk ke arah yoshida, " ngaca anjir. Mana sopan santun lo jadi tuan rumah. Emang ada tamu diperlakukan kayak anjing. Diseret seret tangannya. Sakit tolol!" 

Yoshida tidak merasa bersalah sama sekali. Meskipun memang dia melihat bekas tangan di lengan putih milik denji. Apalagi denji kini mengenakan kaos berlengan pendek.

Raut wajahnya biasa saja,tapi kini sedang khawatir jika esok hari bekasnya akan membiru.

Melihat yoshida yg diam saja. Denji segera keluar dari sana. Menuruni tangga dengan berlari. Kembali ke ruangan tadi untuk mengambil hoodienya.

Denji total mengabaikan panggilan yg yoshida lontarkan selama mengikuti langkahnya. Yoshida pun hanya bisa menghela napas. Cukup frustasi karena susah sekali menjadikan denji miliknya.

Selama menyukai denji dalam diam, yoshida tak pernah tau kalau denji memiliki sifat yg sekeras batu. Salahnya pula karena mengambil tindakan yg tergesa dalam mendekati pujaan hati. Namun yoshida bukanlah orang yg sabar ketika ia yakin bahwa itu miliknya.

Dia tak rela terlalu lama membiarkan denji berinteraksi dengan orang2 yg mungkin menyukainya. Yoshida sadar, tidak hanya dia yg menginginkan pemuda pirang itu.

Banyak dari mereka yg mendekati denji, yoshida bersyukur denji mempunyai sisi introvert. Jadi banyak dari mereka yg mundur, tidak bisa mengimbangi sisi denji yg beberapa kali ingin sendiri.

Yoshida pun tau kehadirannya sangat menganggu dan membuat denji kesal. Tapi dia tidak bisa menahan diri lebih lama untuk mulai mendekatinya.

Ketika ia berlari menyusul denji, ia bersyukur karena dia masih berada di depan gerbang. Mungkin menunggu ojek online atau semacamnya.

" Maaf. Ayo gue anter pulang" ucap yoshida yg terkesan datar. Tanpa perasaan.

Itu membuat denji semakin kesal," kalo ga niat minta maaf gausah deh. Gue bisa balik sendiri"

" Mau gue seret lagi?"

Ancaman itu membuat denji menatapnya nyalang," seret aja kalo berani"

Ucapannya adalah langkah yg salah, karena setelah itu yoshida benar2 menyeretnya kembali ke dalam, menuju garasi.

Membuka pintu mobil kasar, dan memasukkan denji ke samping kemudi. Belum sempat Denji melayangkan protes, yoshida sudah memasangkan seatbelt dan menutup pintu mobil kencang.

Jantung denji berdetak tak semestinya. Mengamati yoshida yg kini memutari mobil dan duduk di sampingnya.

" Kak Lo punya kepribadian ganda?" Tanya Denji menganga.

Yoshida yg mendengarnya menatap Denji heran. Raut datar nya diganti dengan raut kebingungan.

" Hah?"

" Kemaren2 lo freak tiba tiba nongol. Trus ngajakin ngedate ngetreat gue baik banget. Hari ini liat, lo kasar banget anjing. Lo ada kelainan otak?"

" Gue bukan orang yg sabar, denji. Gue sadar,cara gue deketin lo itu salah karena tiba tiba. Lo bilang gue ganggu. Gue berusaha jauhin lo beberapa hari dan lo datengin gue. Seakan pertahanan gue runtuh gitu aja.Gue punya rasa kepemilikan yg tinggi terhadap lo"

" Rasanya lo cuma milik gue, Nji. Emosi gue ga stabil, dan itu tergantung cara lo bersikap ke gue"

" Kak, sejak kapan Lo kayak gini. Lo nguntit gue sejak kapan hah? Lo bilang apa? Tergantung sikap gue? Kak, Lo sadar ga sih kita baru kenal berapa hari. Hari kak. Selebihnya gue cuma tau,Lo anak band kampus" denji tak habis pikir tentang perkataan yoshida barusan.

" Maafin gue Nji. Tapi plis biarin gue deketin lo. Gue janji bakal jaga sikap. Mungkin lo ga tau selain gue anak band, karena lo ga pernah nganggep adanya gue Nji. Sebenernya kita sering interaksi, tapi lo ga ambil pusing sama intensitas gue di mata lo"

Denji enggan menjawab. Pun tidak tau harus merespon bagaimana. Yg ia lakukan hanya diam sembari mengatur mood di benaknya.

Yoshida yg paham akhirnya membiarkan suasana di dalam mobil hening. Meninggalkan garasi rumahnya, dan melaju ke jalan raya.

Bahkan ketika mobil berhenti karena lampu merah, mereka sama sekali tidak membuka percakapan.

Yg satu sibuk menatap kendaraan dan jalanan di depan. Yg satunya lagi sibuk menggulir wallpaper hp yg bersih tanpa notifikasi.

Yoshida mati matian ingin mengajak bicara. Takut membayangkan pupusnya hubungan yg berusaha ia bangun. Bahkan ini baru di tahap pendekatan sepihak.

" Denji, gue minta maaf atas apa yg terjadi hari ini dan kemaren2 itu kalo lo ngerasa ga nyaman. Gue cuma ga tau gimana nyikapin perasaan gue yg maunya deket sama lo terus. I just want you to notice me"

Kata kata itu akhirnya keluar setelah berdiam lama di otak yoshida. Kini laju mobil mulai melambat. Kemudian terparkir rapi di depan kosan yg denji tempati.

" Makasih udah nganterin. And if you just want attention, you have a lot of fans"

TBC.

030523

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang