Club

634 73 2
                                    


Batang rokok yg ketiga kembali pemuda itu dekatkan ke belah bibirnya. Menghisap perlahan penuh nikmat, asap memasuki rongga tenggorokan lalu kembali dihembuskan melalui mulut.

Duduk bersila dengan sarung yg membalut setengah tubuh, teras memang tempat yg cocok untuk merenung bersama malam.

Rokok yg mulai memendek di gesekkan ke asbak oleh si empu. Dia merogoh saku celana pendeknya. Meraba sana sini tapi tak menemukan gulungan tembakau yg tersisa.

Beralih ia meminum kopinya yg sudah dingin. Netranya sekilas melihat layar ponsel yg menyala, pertanda notifikasi masuk. Tangan terulur untuk memeriksa.

" Kenapa nih kunyuk nelpon?" Tanya Denji melihat panggilan tak terjawab dari Power. Detik berikutnya nomor itu kembali memanggil. Membuat ponselnya bergetar.

" Apa?"

" Sorry Denji, gue Asa. Bisa jemput power ga? Dia mabuk, sekarang pingsan. Gue gatau kosan dia dimana" suara lembut menyapanya, memperkenalkan diri sebagai asa. Yg tak lain gebetan Power. Suara bising terdengar di antara suara dari lawan bicara.

" Lo dimana?" Denji bergegas masuk ke dalam kamarnya. Mencari celana panjang di lemari selagi berbicara pada asa. Namun tak kunjung ia temukan.

" Di club CM, tau kan?"

" Gue otw, Lo bawa dia keluar"

" Ga bisa, kita cewe2 ga kuat gendong dia. Lo langsung naik aja ke lantai 2, VVIP atas nama gue" jelasnya menambahkan.

Denji menghembuskan napas, mematikan ponsel sepihak. Meraih hoodie kesayangannya lalu meraih kunci motor. Melupakan fakta bahwa dia hanya mengenakan celana pendek di atas lutut.

Club CM merupakan club' yg baru2 ini digandrungi banyak mahasiswa. Club' yg bernuansa coffe shop itu lumayan dekat dari kosnya. Maka denji tak mau repot memakai helm. Dengan sandal jepit dan motor maticnya ia sampai di depan hingar bingar bangunan club.

Setelah memarkirkan motor dan mengantongi kuncinya, denji dengan santai memasuki bangunan itu. Mengabaikan beberapa pasang mata yg langsung menyorot kehadirannya.

Dia tak peduli mereka bicara apa, yg penting power pulang. Anak itu bahaya kalau mabuk. Denji celingukan mencari tangga ataupun lift menuju lantai 2. Akhirnya dia menemukan tangga di sebelah kamar mandi.

Sayangnya dia harus berdesakan di dance floor untuk menuju kesana. Tubuh Denji tergeser,terdesak, tertekan dan tergencet. Sumpah serapah merapal di antara kerasnya musik yg diputar.

Ketika sampai di tangga yg akan ia tapaki, dia kembali mendapat masalah. 2 pria berotot menghalanginya. Wajah garang mereka menatap curiga terhadap anak kecil yg mereka kira kesasar.

" Mau apa dek?" Ucap salah satu dari mereka.

Denji harus sedikit mendongak untuk menatap wajahnya karena perbedaan tinggi badan," mau ke atas"

" Kamu sama siapa kesini? Orang tua mu mana?"

" Pak saya kesini sendiri, mau jemput temen saya diatas" ucapnya ngegas tak terima, emang keliatan banget kalo masih anak2?

" Kamu bawa akses masuk buat ke atas ga?"

" Emang harus? Pak temen saya diatas pesen tempat. Atas nama Asa. Coba periksa"

Kedua orang itu tak bergeming karena mengira anak pendek di depan mereka mengarang cerita. Ya siapa yg bakalan percaya denji, penampilan dia aja kayak gembel.

" Pak cepetan ngapa, power kalo udah mabuk ini club bisa ancur pak. Pak plis demi keselamatan bersama" mohon denji memelas.

" Ada apa?" Suara lain menginterupsi mereka bertiga. Tanpa menoleh denji kenal suaranya. Begitu juga si pemilik suara.

" Anak ini mau masuk ke atas tuan, katanya menjemput temannya"

" Bener?" Tanya pemuda berambut hitam itu memastikan. Melirik denji yg entah kenapa sudah menunduk. Gatau ngeri aja denji lihat aura mencengkam dari yoshida.

Denji mengangguk saja tanpa mau menatap lawan bicara. Namun ia terkesiap ketika yoshida mengikatkan jasnya di pinggang denji.

Tanpa banyak bicara, tangan yoshida ikut beraksi. Menarik pergelangan tangannya setelah mengatakan, "anggap aja dia, gue yg bawa" pada dua orang tadi.

Denji tentu saja tak membantah. Lebih tepatnya karena ia merasa canggung setelah kejadian beberapa minggu lalu. Pikirannya kemana mana memikirkan gimana biar lepas dari yoshida.

Langkah yoshida terhenti,membuat dirinya ikut2 an berhenti. Denji mengamati sekeliling, lantas melihat gerombolan cewe di ujung ruangan. Mereka tertawa tawa, masih asik minum dan menggoda pria.

Mengabaikan power yg tergeletak di sofa tanpa daya. Denji menatap tajam asa yg membiarkan sahabatnya begitu saja.

Denji berjalan cepat tanpa peduli yoshida yg mengikutinya. Tanpa bicara dia berusaha menggendong power yg kini setengah sadar.

" Ehh denji ya ampun akhirnya udah sampe. Bisakan bawa dia sendiri?"

" Iya" jawabnya singkat.

Perhatian Asa teralih ke sosok di belakang denji. Mata nya berbinar menggoda," Yoshiii!! Kamu akhirnya Dateng juga. Sini ayoo. Kamu kenapa lama banget sih"

Asa tanpa ragu mengaitkan tangganya ke lengan milik yoshida. Bergelayut manja di sana tanpa peduli sekitar.

" Minggir" ujaran dingin itu yoshida tujukan untuk Asa dan Denji. Menyingkirkan Asa dari tubuhnya, dan mengambil alih tugas menggendong Power.

Setelah gadis bersurai pink itu berhasil mendarat di punggungnya. Tangan kiri yoshida menopang bobot tubuh Power,sedangkan yg kanan segera meraih kembali tangan denji.

" Lohh? Yoshidaaa!!" Pekik Asa ketika anak band itu meninggalkannya tanpa kata.

.
.
.

" Ya power doang yg ikut mobil kak Yoshi. Kalo gue ikut nasib motor gue gimana bego" Ucap denji ngegas. Nih anak kalo ga ngegas ga afdol.

" Tinggal aja, besok diambil"

" Lambemu!" Denji tak peduli, ia sudah siap di motor Mio nya ketika tiba tiba kuncinya diambil paksa oleh yoshida.

" Nurut ga? Ini jam 1 pagi, Lo mau dicegat begal? Lo mau kepala Lo ilang? Kenapa ga pake helm,hm?"

" Anjing kenapa serem banget sih omongan Lo"

" Masuk mobil."

" Motor gue gima

" Biar dianter sopir gue nanti. Sekarang masuk, gue gamau Lo sakit" ucapnya telak.

Denji mengalah. Kini ia sudah terduduk di kursi samping kemudi. Tempat terakhir mereka berinteraksi dengan penuh emosi.

Yoshida sudah daritadi menjalankan mobil, namun sepatah kata pun belum terucap. Denji melirik sekilas, lalu buru2 mengalihkan pandangan ketika yoshida balas menatapnya.

" Lain kali pake celana yg bener. Sengaja mau jual diri?"

" Iyaa,siapa tau dapet gadun"

Yoshida reflek menginjak rem keras. Membuat power di jok belakang menggelinding ke bawah. Dahi denji terbentur dasbor.

Power sempat mengerang dan menyumpah namun setelahnya kembali terlelap.

" Anjing Lo kak"

Sebelum denji kembali melayangkan protes, yoshida dengan cepat menabrakkan bibirnya sendiri. Mencium kasar bibir denji yg selama ini membuatnya penasaran.

Pergulatan mulut itu barulah terhenti ketika setetes air mata keluar dari mata denji. Tamparan keras mendarat pada pipi pucat yoshida.

" Brengsek"

" Katanya mau jual diri? Dicium dikit aja kok nangis? Kenapa? Takut?"

Denji bungkam, wajahnya merah. Antara malu dan marah. Yoshida tersenyum saja, mengusak Surai pirang itu pelan.

" watch your mouth, baby"

TBC.

Minggu,28 Mei 2023
22.40

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang