Chapter 3: Back to Life and New Problem

60 2 0
                                    

Pagi pukul 06:30 tepat 4 hari setelah liburan pernikahan orangtuanya, Alana sudah rapih dan bersiap untuk ke kantor, saat melewati meja makan Alana dipanggil Papa-nya untuk sarapan. Alana menolak namun Papanya memaksa dengan dali ingin membicarakan suatu hal penting. Alana dengan malas akhirnya ikut duduk di area meja makan itu. Alan memberikan Alana iPad berisi data laporan keuangan salah satu perusahaan start up, beliau meminta Alana untuk mengutarakan pendapatnya mengenai perusahaan itu.

"Papa mau invest disini?"

"menurut kamu perlu gak Papa invest disitu?"

"Hem... untuk kedepanya sih orang pasti butuhin banget, apalagi logisitik, cuma kalo diliat dari labanya emang gak naik pesat banget sih dari waktu ke waktu"

"Jadi take it or leave it?"

"Take it, beberapa bulan kedepan bakal ada musim panen dari beberapa komoditi, dan mereka biasanya nyebar ke berbagai pulau"

"Oke"

Noah datang dengan pakaian santai.

"Lue gak kerja?" tanya Alana ke Noah.

"Mobile. Kantor gue di Bandung"

"Kenapa gak pindahin ke sini aja?"

"Ada rencana kesitu sih Om, tapi­-"

"Papa!" cela Alan.

"Hmm.. Pa, ada rencana kesitu sih cuman mau dicoba untuk beberapa bulan ini kerjanya jarak jauh"

"Kalo kamu lagi cari tempat Papa ada punya satu lantai di gedung tempat Alana kerja, kamu bisa sewa itu kalo kamu mau"

"Iya boleh nanti aku liat-liat dulu"

"Ikut Alana aja kesana liat-liat" Alana menatap tajam Noah dihadapanya.

Mereka berdua sudah sampai di depan gedung, Alana terpaksa berangkat lebih pagi untuk mengantar Noah melihat-lihat area lantai 7.

"Bagus juga lantainya. Ini Papa yang punya?"

"Iya baru dibeli kemaren"

"Berapa ratus juta ya kalo sewa ini?"

"Ratus? Miliar kali pak! Ini satu tahun 2-5 miliar sewanya"

"Anjir mahal bengat, baru sewa tuh belum sama utilities"

"Ya udah cari tempat lain aja kalo mahal" Alana pergi meninggalkan Noah di lantai itu. Noah mengikuti Alana, dalam lift Noah mengeluh akan rekomendasi yang di berikan Papa barunya, dia bercerita mengenai projek-projek yang dia tangani di Bandung, Alana tidak terlalu memperhatikan sampai pintu lift terbuka di area parkir. Alana dan Noah berjalan kearah mobil Alana diparkir.

"Gue pinjemin mobil gue buat lue cari ruko. Anggep aja gue ini bales budi dari gue. Tapi lue jangan ampe macem-macemin mobil gue. Awas aja lue kalo nabrak!!"

Alana langsung berputar balik menuju lift, dan dari area mobil Noah mengucapkan terimakasih. Noah memakai mobil Alana keluar dari gedung, saat itu mobilnya berpapasan dengan mobil Reno. Dia terlihat sedikit heran mengapa Noah bisa memakai mobil Alana, selama mereka berkenalan Alana tidak pernah mengizinkan orang baru mengendarai mobilnya. Reno sampai di kubikel milik Alana, dia mendekatkan kursinya ke Alana. Dia bertanya mengenai mobil Alana yang dipakai Noah.

"Yakan sekarang dia Kakak gue" jawab Alana simple.

Sore harinya Reno mengajak Alana dan Della nongkrong di club, mereka bertiga naik mobil Reno untuk menuju club itu. Disana sudah ada Noah, Sheila dan satu pria tidak Alana kenali. Reno menghampiri Sheila, bercipika cipiki denganya, mereka duduk satu table, Noah memperkenalkan Galih kepada Reno, Della dan Alana dia adalah sahabat sekaligus partenernya dalam berbisnis. Dia datang ke Jakarta membawakan beberapa pekerjaan Noah yang harus diselesaikan. Katanya masih ada beberapa proyek mereka yang belum selesai di Bandung.

"Liatin adek gue jangan gitu banget!!" kata Noah sedikit emosi ke Galih.

"Lebay lue!" kata Alana.

"Tau nih Noah, lue posesif banget deh ke Maria" timpal Della.

Tidak hanya Reno, Sheila juga menyadari perubahan sikap Noah, dia tidak berperilaku demikan pada Sheila saat Galih pertama kali bertemu dan menjabat tangannya.

"Bukanya posesif, asal kalian tahu aja dia itu playboy Bandung"

"Anjing jangan dibuka dong kartu gue"

"Wah parah sih parah. Kalo beneran sih gue dukung Noah." timpal Della kemudian berlanjut pada perbincangan lainya. Alana masih menatap Noah penasaran, namun sikapnya itu justru disalah artikan oleh Sheila.

Dia mulai tidak nyaman dengan situasi ini, dia beberapa kali meneguk minumanya sambil melirik kearah lain, Reno juga menyadari kejanggalan diantara Noah dan Alana. Alana yang Reno kenal tidak semudah itu untuk akrab dengan orang baru. Malam berlalu begitu cepat, 4 orang disana sudah terlihat mabuk, kecuali Alana dan Reno mereka memutuskan tidak menyentuh alcohol malam itu. Saat di parkiran mobil Galih membantu Alana memapah Noah masuk ke dalam mobil, Alana pulang dengan mobilnya dan Reno mengantar pulang teman-temanya satu persatu, Galih memutuskan untuk pulang ke hotel dengan taksi.

Sesampainya dirumah sudah gelap, kamar Noah berada di lantai 1 berbeda denganya yang berada di lantai 2. Dengan sisa tenaga Alana membaringkan tubuh Noah diatas kasur, dia sempat kehilangan keseimbangan hingga terjatuh diatas tubuh Noah. Alana sontak langsung menjauh dari tubuh Noah. Namun saat akan pergi Noah kembali menarik tanganya dan membuat badan Alana terjatuh diatas tubuhnya lagi, mereka saling bertatapan, dibawah lampu tidur malam itu Noah mengecup bibir Alana.

Alana merasaka ketakutan dengan keadaan seperti ini reflek dia memukul pipi Noah, namun perasaan setelahnya berubah, persaan hangat yang hadir di dalam dada Alana. Noah memegangi pipinya sementara Alana masih diam mematung, dia memegang bibir bawahnya dengan segera Alana keluar dari kamar Noah.

Paginya Alana sedang membuat kopi di dapur, Noah keluar dari kamar membuat Alana panik dan canggung. Dia berharap agar Noah tidak mengingat kejadian semalam, Alana menuangkan kopi di cangkirnya, Noah berdiri dihadapan Alana.

"Kopi?" tawaran Alana.

"Thanks"

Alana menyeruput kopinya itu namun Noah membahas tentang ciuman tadi malam membuat Alana tersedak. Alana tidak menyangka jika Noah mengingat kejadian itu. Alana menaruh cangkir kopinya diatas island dan menarik lengan Noah ke depan kolam.

"Lue inget?"

"Inget, gue minta maaf soal itu" kalimat penyesalan Noah.

"Ya kali ini gue maafin, tapi awas aja kalo lue sampe berani kayak gitu lagi. Bukan cuma pipi lue yang kena pukul. Inget ya! gue maafin bukan berarti gue kasih izin lue ngelakuin hal yang sama"

"Siapa juga yang mau ngelakuin hal yang sama" jengkel Noah kembali ke area dapur.

"Ya siapa tahu lue khilaf lagi"

"Ya amit-amit!"

"Apa yang amit-amit?" kalimat itu keluar dari Lydia.

Alana mengeles dengan mengatakan bahwa teman mereka ketahuan memiliki sugar daddy dan Noah bercana jika Alana bisa saja terbawa. Pagi itu Noah mendapat pukulan dipantat dari Lydia, beliau menyalahkan Noah karna tidak seharusnya berkata seperti itu.

Pink PeanutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang