Chapter 27: After The End

37 1 0
                                    


Alana masih mengunci diri dalam kamar sejak kemarin tidak ada yang dia lakukan selain menangis kecewa, penyesalanya jauh lebih sakit daripada yang dia bayangkan dulu, sekarang dirinya sudah tidak ada lagi ada muka di depan orangtuanya.

Pintu diketuk, Lydia masuk dengan makanan di tanganya, dari matanya Alana bisa melihat betapa berat dan kecewanya Lydia sejak kemarin. Alana memeluk Lydia lagi dan meminta maaf atas kesalahnya dan Noah. Tangisan mereka tidak terbendung lagi.

*****

Hari ini Alan mendatangkan dokter pribadinya kemurah, karna emosinya kemarin membuat luka Alan kembali membuka. Dari semalam dia mengalami demam karna infeksi luka itu, dokter mengatakan jika Alan harus bedrest selama beberapa hari. Noah masih harus meminta maaf kepada Alan, setelah dokter pergi Noah masuk ke kamar Alan.

"Pa" Alan acuh tak acuh pada Noah.

"Pa saya tau, papa sangat kecewa sama saya. Saya yang salah disini Pa, bukan Alana, saya mohon Papa maafin Alana, dia cuma punya Papa disini. Saya mohon sekali lagi Pa"

"Jauhin anak saya" Alan kini menatap Noah serius "Menikah dengan orang lain dan jauhi anak saya. Itu yang kamu harus lakukan sekarang".

"Saya akan jauhi Alana, tapi saya tidak bisa menikah dengan orang lain. Saya tulus sayang dengan Alana"

"Dengan track record kamu saya gak yakin kamu beneran tulus sama Alana. Yakin kamu sayang dengan Alana atau itu cuma obsesi?"

Belum sempat menjawab teriakan dari Mba Yani memanggil nama Alan membuat mereka berdua panik. Mba Yani mengatakan jika Alana pingsan membuat Noah segera berlari ke kamar Alana diikuti Alan yang ada di belakangnya. Alan menelpon Tejo menyuhnya menyiapkan mobil untuk Alana. Sampai di kamar Alana Noah segera menggendong Alana turun ke bawah.

"Mobil udah di depan" kata Alan pada Noah yang sudah sigap membopong Alana.

*****

Alana bangun dengan infus di tanganya, ada dokter Anna yang duduk di sebelah tempat ditidurnya, Alana menyadari jika sekarang dia berada di rumah sakit.

"Dok. Papa mana?" tanya Alana.

"Ada di luar. Sengaja tidak saya suruh masuk, kamu harus tenang dulu, kalo sudah siap kamu bisa ngobrol lagi dengan Papa"

"Aku bikin Papa kecewa dok"

"Pada akhirnya itu akan terbongkar sendiri Nak, kamu gak bisa sembunyikan itu selamanya dari Papa kamu. Kalo Papa kamu kecewa itu reaksi yang wajar, tapi saya yakin Papa kamu bisa terima apa adanya kamu".

"Kesalahan saya besar".

"Gak ada orang tua yang gak memaafkan kesalah anaknya. Butuh waktu tapi maaf itu akan selalu ada Alana. Kamu kuat Alana, kamu melalui ini semua dengan tegar" Dokter Anna memeluk Alana yang mulai menangis lagi.

*****

Noah melihat Alana dari celah kaca dipintu, melihat Alana sesedih itu membuat Noah berpikir kembali untuk memutuskan masa depanya. Alana tidak akan hidup penuh kekecewaan seperti itu selamanya, mungkin luka dari Ge udah berangsur pulih, namun saat ini Alana menerima luka baru dari Noah. Dia merasakan luka yang dia toreh didiri Alana lebih dalam daripada luka yang Ge berikan. Noah dikagetkan dengan ke datangan Alan yang menepuk pundaknya.

"Saya merasa gagal jadi Papa untuk Alana" Alan menggelengkan kepala "Harusnya saya bisa bertindak lebih cepat".

"Sekarang juga belum terlambat untuk melakukan sesuatu Pa" jawab Noah.

"Kamu benar, sekarang belum terlambat untuk melakukan sesuatu. Saya harap kamu juga belum terlambat untuk melakukan sesuatu"

"Maksud Papa? Saya harus melepas Alana?"

"No, kamu tidak bersatu dengan dia. Dia anak Papa, kamu anak Papa"

"Aku anak tiri Papa, secara hukum tidak meyalahi aturan kan?"

"Reputasi Alana sudah jelek dengan berita kalian, Papa gak mau Alana beban Alana semakin bertambah berat ke depanya. Kalo kamu mungkin bisa menanunggung semua cacian orang, tapi Alana? Papa gak yakin Alana bisa memikul beban berat lagi. Bertahun-tahun Alana menanggung ini sendirian, saya gak mau ada beban lagi yang dia tanggung No" jelas Alan sambil berkaca-kaca.

"Kamu anak yang kuat, tapi tidak dengan Alana" lanjutnya lalu pergi meninggalkan Noah yang masih mematung.

*****

Media masa mulai memadati kantor kepolisian, Ge mendapatkan tuntutan dari Alan atas pelecehan seksual dibawah umur. Alan mendapatkan bukti-bukti perbuatan Ge dahulu berdasarkan catatan pengobatan psikologi yang Alana jalani selama ini. Kabar itu menggemparkan dunia maya dan media televisi karna Alan sendiri yang melaporkan kasus itu ke polisi. Kabar itu semakin mencuat karna banyak inluenser dan selebrity yang ikut menyuarakan pendapatnya mengenai kasus Alana. Tiga hari setelah pelaporan Alan, Ge datang ke kantor polisi dengan gentle untuk memenuhi semua panggilan penyidik.

Alana masih belum keluar dari rumah sakit, saat berita itu mencuat ke media Alana tidak merasakan kebahagian apapun, bahkan dulu itu adalah hal yang Alana inginkan. Melihat Ge masuk penjara dan mendapat hukuman, anehnya saat waktu itu tiba dia malah merasa kasihan dengan Ge.

Lydia datang ke kamar rawat Alana yang tengah menonton berita tentang Ge, Lydia masuk dan menaruh tas tangan mahalnya di meja yang berada di bawah TV, lalu duduk di ranjang rawat Alana.

"Rambut kamu kok kusut gini? Belum sisiran ya?" tanya Lydia sambil mengelus rambut putrinya itu.

"Kok rasanya aneh ya Bu? Harusnya aku seneng liat dia gini, tapi kenapa aku merasa sebaliknya?"

"Itu artinya kamu sudah memaafkan dia" kata Lydia lalu berdiri lagi mengambil sisir dalam laci nakas.

Lydia membagi rambut Alana menjadi 2, dibaginya lagi menjadi beberapa bagian lalu dengan telaten Lydia menyisir rambut Alana.

"Ibu gini, artinya ibu udah maafin Alana?" pertanyaan itu membuat Lydia menghentikan aktivitas menyisirnya.

Alana menoleh memandang wajah Lydia, dalam penglihatanya Lydia melihat wajah masa kecil Alana, wajahnya yang polos dengan mata yang indah.

"Aku salah ngomong ya bu?" tanya Alana.

"Engak" jawab Lydia dengan mata berkaca-kaca.

"Maafin Alana ya bu" Lydia menganggukan kepala lalu memeluk Alana.

*****  

Pink PeanutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang