Chapter 19: Dipecat

18 2 0
                                    


Senin pagi Alana masuk kantor seperti biasa, yang berbeda adalah pagi ini dia langsung menemui direktur bank itu untuk mengobrolkan sesuatu, Alana tidak merasa ada yang aneh dengan hal tersebut. Alana masuk kedalam ruangan direktur setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk.

"Duduk Maria" Alana duduk di kursi "Gimana masa skors kamu?"

"Lumayan gabut sih Bu, bingung juga gak ada yang bisa dikerjain"

"Kasus kamu di media sampai sekarang masih bergulir ya? Tapi hebatnya banyak dari netizen mendukung kamu"

"Jujur saya gak buka akun sosial media sih Bu, takut stress aja bacain komen haters"

"Ri, kamu tuh kan udah lumayan lama ya bekerja disini. Kamu juga udah kasih yang terbaik dengan perusahaan ini, tapi karna kasus kamu kemarin perusahaan kena juga Maria, banyak juga client-client yang nunda kredit mereka ke bank ini. Untuk itu perusahaan memilih untuk menthermin kamu dari perusahaan ini"

"Maksudnya saya dipecat Bu? Karna masalah ini?"

"Maria saya minta maaf tapi itu pilihan terbaik yang harus kita ambil" Alana menahan rasa kecewanya.

Keluar dari ruangan Alana berjalan dengan rasa sedih, setelah berada di mejanya Alana mengemasi barang-barangnya dengan box kardus yang dia ambil dari pantry kantor. Della dan Reno menghampirinya ketika Alana menangis.

"Ri, lue kenapa?" tanya Reno.

"Gue dipecat"

"Hah? Jadi gossip itu bener" kata Della lirih.

"Apa Del? Lue tau gue mau dipecat? Kenapa gak ngomong?"

"Sorry Ri, gue pikir itu Cuma gossip sekali lewat aja" Alana menatap Della sedih lalu melanjutkan aktivitasnya lagi.

"Gue bantu ngomong ke bokap deh ya"

"Gak usah Del, gue gak apa-apa kok. Mungkin ini waktunya gue buat ambil S2" Alana pergi membawa kardus itu keluar dari bilik.

*****

Alana keluar dari lift saat berjalan keluar dia berpapasan dengan Ge, wajahnya kebingungan dengan Alana yang membawa kotak kardus. Tanpa mau menatap lebih lama Alana langsung bertindak untuk pergi dari tempat itu, Ge masih memperhatikan Alana yang keluar dari gedung.

Alana memutuskan untuk pergi ke kantor Alan, dia memutuskan untuk mengambil tawaran Alan sebelumnya. Alana menunggu Alan yang masih melakukan meeting dengan salah satu buyer, Alana menunggu dengan agak gelisah.

Pintu kaca ruangan Alan dibuka, Lydia masuk dengan wajah bingung mendapati Alana yang ada disana juga. Lidya masuk semakin dalam mendekat ke Alana, menyerahkan amplop coklat ukuran besar berisi dokumen, dia memerintah Alana agar dia menyerahkan amplop itu ke Alan nantinya. Setelahnya Lydia pergi, namun diambang pintu, Lydia berbalik badan, meperhatikan Alana yang tengah membolak-balik amplop itu tanpa membukanya. Setelahnya Lydia pergi dari ruangan dengan mata yang berkaca-kaca.

Beberapa menit kemudia, Alan kembali keruanganya bersama Pak Tejo, dia terlihat cukup terkejut dengan ke hadiran Alana yang ada disana juga. Alan menyerahkan produk vanilla bean ke Pak Tejo tanpa melihatnya dan menyuruh Pak Tejo untuk menemuinya nanti setelah beliau selesai berbicara dengan Alana, Pak Tejo menurut lalu pergi dari ruangan.

Alan berjalan menuju mejanya, sebelum dia duduk dikursi Alana menyerahkan amplop coklat berisi dokumen yang tadi Lydia berikan kepadanya. Alan membolak-balik amplop itu lalu duduk di kursinya berhadapan dengan Alana.

"Aku terima tawaran Papa untuk lanjut S2, tapi aku nentuin sendiri jurusan dan univ"

"Pekerjaan kamu?" tanya Alan agak terkejut.

"I'm done. Aku dipecat karna skandal sialan itu"

"Oke. Persiapin proposalnya, Papa akan segera background check univnya. Satu lagi syarat dari Papa, kamu harus kembali kerumah Papa sampai persiapan S2 kamu selesai"

"Oke, Alana permisi pulang" lalu Alana pergi meninggalkan ruangan itu.

Alan membuka dokumen yang Lydia serahkan, disana terdapat document transkrip bank dari rekening Noah dan Alana, ditambah foto-foto Noah yang menghampiri Alana beberapa hari lalu. Alan menghembuskan napas kasar melihat Noah dan Alana yang diam-diam bertemu dalam apartemennya. 

Pink PeanutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang