Valina menatap asramanya kagum, begitu tertata rapi dengan cat abu-abu. Satu asrama berisi 3 kamar dan kabar buruknya Valina harus terbiasa tidur dengan laki-laki.
"Woi!"
Valina tersentak lantaran punggungnya didorong menyebabkan dirinya yang sebelumnya berada di depan pintu terdorong masuk ke dalam kamar.
Valina berbalik lalu menatapnya jengkel, dan si pelaku hanya berlalu seenaknya saja.
"Kasar banget sih jadi cowok." gerutu Valina menyebabkan salah satu sahabatnya Alunada itu menatapnya sinis.
"Ya lo ngapain berdiri di pintu masuk. Apa lo liat-liat! Mau gue pepesin?!"
Cowok yang Valina ketahui bernama Hazera itu melotot galak menjadikan Valina buru-buru menuju salah satu ranjang. Tak lama sosok Kalingga masuk di mana seragamnya masih rapi untuk ukuran anak murid yang memiliki kegiatan padat di sekolah.
Seketika ingatan Valina terbawa oleh kejadian beberapa saat lalu, di mana pria tampan itu memberikan wejangan agar jangan keseringan menyakiti cewek.
Valina jadi bisa menyimpulkan, sepertinya Alunada Geyzer ini memiliki penyakit yang bernama serong, miring, atau apalah itu.Kalingga berdiri di sisi ranjang menjadikan Valina sibuk bermain dengan pikirannya mendongak menatapnya. "Kenapa? Lo ada perlu?" tanyanya mengamati bagaimana Lingga duduk di sampingnya.
"Harusnya gue yang nanya. Lo ada perlu sampe rebahan segala di ranjang gue."
Atas ungkapan itu, Valina berdiri tegak. Menyadari dia salah ranjang, Valina buru-buru bangkit sambil menunjukkan cengirannya.
"Hehhehe, numpang bentaran doang." elaknya dengan menghampiri ranjang satunya yang mana di sinyalir adalah punya Alunada.
Menghela napas kecil, Valina menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Tak lama dia kembali dibuat jantungan saat Hazera membuka bajunya. Sebenarnya Valina tidak masalah, namun haruskah Hazera membuka celanyanya di sini!
"Lo jangan buka di sini!"
Hazera menghentikan gerakan tangannya yang tengah membuka gesper celananya.
"Lo kenapa sih? Aneh banget. Biasanya gue ataupun Lingga telanjang lo anteng-anteng aja." tutur Hazera mengabaikan teguran Valina dan tetap membuka celananya tanpa sadar bahwa perbuatannya barusan telah membuat mental Valina terguncang hebat.
Valina buru-buru mengalihkan pandangan saat celana sekolah Hazera melorot.
"Kenapa pink-nya cerah banget sih?" gumamnya usai tak sengaja melihat warna bokser Hazera.
Ya Tuhan, ini baru sehari bagaimana satu tahun lebih ke depan? Valina takut bila dia tak bisa mengendalikan dirinya yang berstatus wanita tulen. Apalagi Alunada sudah biasa dengan pemandangan ini, ya Tuhan gadis pemilik raga ini sudah gila!
❄❄❄
"Hadeuh, Geyzer. Lo letoy banget sih. Bola basket loh itu." celetuk Odison setengah jengkel lantaran Valina terus menerus menghindari bola.
Napas sudah Valina terputus-putus, mengabaikan ocehan Odison di sebrang sana, dia lesehan di tanah.
"Bola basket itu sakit, Son. Gue terakhir kena mimisan plus pingsan satu hari." curhatnya di sela mengipasi lehernya yang berkeringat.
Valina berteriak dalam hati, menjabat kembali menjadi siswa bukanlah keinginan Valina. Dia sangat tidak ikhlas, tapi nasi sudah menjadi bubur. Andai dia tak mengikuti bisikan setan untuk mengakhiri hidup, mungkin Valina tak akan terjebak di salah satu raga figuran tak tertulis bernama Alunada ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP!
FantasyValinada Rahadis memilih mengakhiri hidup usai mahkota berharganya direbut paksa oleh mantan kekasihnya. Namun, siapa yang menyangka ketika membuka mata, Valina malah mendapati dirinya masuk ke dalam cerita pendek berjudul Naiza. Hal yang tidak bisa...