"Woe!"
Alunada memekik saat kerah bajunya ditarik begitu saja dari belakang. Menoleh ke belakang untuk mengomel, Alunada malah mendapati wajah seram Kazael. Seketika itu juga Alunada menelan semua kata-kata mutiaranya.
"Eh, bro. Butuh bantuan?" tanyanya di sela usahanya melepaskan tangan Kazael dari kerah bajunya. Jujur saja, Alunada merasa tercekik.
Tanpa menjawab pertanyaan Alunada, Kazael menarik dan membawanya entah ke mana. Yang pasti, Alunada mulai khawatir.
"Bro, kalo ada masalah kita masih bicarain baik-baik. Gue— adoiihh!" Alunada memekik lantaran tanpa aba-aba Kazael si SGM itu mendorongnya hingga nyaris terjerembab. Beruntung Alunada dengan baik menguasai keseimbangan tubuhnya.
Dasar bocah edan!
Belum sempat ia mengeluarkan protes, Kazael melemparkannya sebuah buku tepat di wajahnya.
"Kerjain tugas gue atau gue patahin tangan lo."
Alunada mangap-mangap, sejurus kemudian perempuan itu cepat memungut pulpen di bawah kakinya yang sebelumnya dilempar Kazael bersamaan bukunya tadi.
Serius, ancaman Kazael tidak pernah main-main. Terlebih Alunada ingat, dia memiliki kesalahan—meski tidak sengaja terhadap kecelakaan yang menimpanya di rumah sakit jiwa.
"Hii~" Alunada bergidik menatap soal fisika di depannya.
Ini bagaimana cara isinya?!
Alunada menatap Kazael, nampak pria sedeng itu menatapnya tajam seolah melalui tatapannya mengatakan 'gue gak peduli.'
Menunjukkan cengirannya, Alunada pada akhirnya mengisi PR Kazael. Alunada tidak akan memusingkan benar salahnya. Siapa suruh lelaki itu memaksa mengerjakannya.
Sekitar sejam berkutat dengan buku Kazael, akhirnya Alunada menyelesaikannya juga. Dia tidak bisa memastikan apakah jawabannya benar atau tidak, terpenting dari itu Alunada berhasil menyelesaikannya.
Berbalik guna mengembalikan buku Kazael, Alunada malah dihadapakan oleh pria itu yang tertidur dengan kepala yang ditaruh dilipatan tangannya.
Berdecak ringan, Alunada menaruh buku Kazael di atas meja sambil melirik jam tangannya. Good, Alunada membolos di jam ketiga. Ini semua karena ulah si Kazael.
Menatap kepala pria itu tajam, Alunada mendesis. Ingin marah, tapi keberaniannya hanya sebesar tai kuku. Alhasil, gadis itu hanya mampu marah-marah tanpa suara dan berlalu meninggalkan Kazael di ruangan lab IPA.
Baru saja keluar, Alunada sudah dihadapkan sosok Utami yang kebetulan akan lewat. Sahabatnya itu berhenti sambil menyipitkan matanya.
"Lo bolos?" tudingnya menunjuk Alunada dan segera gadis itu menepis jarinya.
"Lo juga bolos." balas Alunada sewot. Utami cengar-cengir namun berhenti saat menyadari wajah masam Alunada.
"Kenapa? Ada problem?"
Alunada mendengus, bibirnya maju beberapa senti lalu meninju udara. Hal yanh membuat Utami kaget.
"Ikhh, gara-gara Kazael. Masa gue disuruh ngerjain PR dia. Mana fisika lagi." gerutunya tanpa menahan nada kesalnya. Beruntung lorong lab sepi.
"Terus Kazaelnya mana?"
"Tuh, di dalam. Enak banget cobak." ocehnya mengaruk dinding seakan sedang mengaruk wajah songong Kazael. Berbanding terbalik Utami yang menunjukkan wajah paniknya.
"Lah, kalo dia dengar suara cewek lo gimana?" tanyanya berbisik, sedikit memberikan cubitan di lengan Alunada sebagai pelampiasan rasa gemasnya. Tetapi Alunada malah mengibaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP!
FantasyValinada Rahadis memilih mengakhiri hidup usai mahkota berharganya direbut paksa oleh mantan kekasihnya. Namun, siapa yang menyangka ketika membuka mata, Valina malah mendapati dirinya masuk ke dalam cerita pendek berjudul Naiza. Hal yang tidak bisa...