❄16

22.3K 2.6K 361
                                    

Komen tiap paragraf bisa gak nih😗

❄❄❄

Suasana duka nampak masih menyelimuti kediaman Utami yang mana pelayatnya dihadiri hampir seluruh murid Jingga.

Tidak ada riak berarti selain kesedihan serta suara raungan dari keluarga mendiang.

Alunada pun tak jauh berbeda. Kedua matanya sembab, menangisi kepergian Utami yang terlalu mendadak buatnya. Dia tidak menyangka, obrolan serta guyonan mereka di kantin kemarin adalah hal terakhir yang dia lakukan.

Sekali lagi airmatanya jatuh saat tidak sengaja menatap foto Utami yang terletak di atas peti.

"Gey, lo harus ikhlasin Utami. Yang dia butuhin bukan airmata lo, tapi doa lo." suara Kalingga menyahut dari sampingnya. Alunada sempatkan menoleh, tapi tak urung kepalanya mengangguk juga.

"Cengeng banget, ya?" tanyanya di sela menghapus ingus yang keluar dari lubang hidungnya.

"Sedih itu wajar kok. Kita pasti bakal kehilangan, namun jauh dari itu, yang dia butuhin hanyalah doa." jawab Kalingga menepuk bahu Alunada pelan. Bahkan tangannya ikut terulur menghapus airmata di pipi Alunada.

Kini Alunada mencoba mengikhlaskan kepergian sahabatnya, mencoba mengikuti saran Kalingga ternyata cukup bagus untuk suasana hatinya.

Setengah jam kemudian, jasad Utami di makamkan. Menurut hasil otopsi, Utami bunuh diri. Sebab tidak ditemukan adanya bekas kekerasan di tubuhnya.

Cukup janggal menurut Alunada.

Satu persatu para pelayat mulai pulang menyisakan keluarga inti termasuk kakak Utami dan ayahnya.

Alunada cukup tau diri untuk tidak ikut campur. Melihat riak wajah ayah Utami yang penuh penyesalan sudah cukup buatnya. Setidaknya pria itu tau, bahwa kepergian Utami membuatnya sadar bahwa selama ini dia telah mengabaikan kehadiran putrinya.

Selama perjalanan pulang ke asrama, Alunada hanya menatap pemandangan dari jendela mobil dengan tatapan kosong.

Mobil Odison berhenti di parkiran, Alunada segera turun, pun Kalingga serta Hazera.

"Kalian duluan aja. Gue mau nyari udara segar." kata Alunada menatap ketiga pria itu.

"Ya udah. Lo kalo ada apa-apa cerita aja ke kita-kita." sahut Hazera, cukup tau kondisi hati yang sedang dirasakan Alunada.

Mengangguk sekilas, Alunada melangkahkan kakinya. Menuju tempat di mana Utami yang katanya telah mengakhiri hidupnya dengan melompat dari sana.

Maka di sinilah dirinya berada. Menatap pemandangan dengan sejuta kenangannya bersama Utami. Gadis yang ia temui pertama kali sejak jiwanya masuk ke raga Alunada Geyzer.

Merebahkan tubuhnya begitu saja pada lantai, Alunada menatap langit mendung itu dengan pikiran berkecamuk. Lama dia habiskan waktunya berdiam diri di sana hingga rintik rinai hujan terasa di wajahnya.

Menghembuskan napas Alunada menolehkan kepalanya ke kiri, sebuah benda menyembul di bawah lemari tua berukuran kecil. Matanya menyipit lalu bangkit.

Tubuhnya lalu berjongkok dengan tangan meraba-raba. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Alunada mendapatkan benda yang membuatnya penasaran. Dan ternyata itu adalah ponsel.

"Hape Utami?" gumamnya sebab tidak merasa asing dengan stiker barbie di belakang casing.

Tapi kenapa bisa sampai di bawah lemari?

Ponsel itu masih dalam keadaan hidup. Dan ternyata sedang merekam.

Alunada duduk bersila, kemudian menekan tombol menyimpan. Bila dilihat dari durasinya, sudah cukup lama.

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang