❄40

18K 1.3K 238
                                    

Kalingga menatap jenuh gadis di depan sana yang masih asik mengobrol hingga melupakan Kalingga yang sejak setengah jam lalu mulai merasa bosan.

Tangannya bergerak melepaskan dasi kupu-kupu yang sejak tadi mencekik lehernya. Kalingga melengos saat pandangannya bertubrukan dengan Reana.

"Udah selesai, makasih ya udah bantu aku." ujar Reana setelah berada di hadapan Kalingga.

"Oke, gue boleh pergi kan?" tanyanya seraya menatap sekitarnya. Sebagian orang-orang mulai pulang, pun Kalingga karena masih ada kerjaan yang menunggunya.

Tadi, dalam perjalanan menuju restorannya, Kalingga mendapat telpon dari Reana.

"Lingga, kali ini saja. Seseorang sedang mengincarku karena aku memegang bukti kejahatannya. Untuk menangkapnya, aku harus memberikan umpan. Aku minta bantuan kamu karena dia pasti gak ngenalin kamu."

Kalingga mau tak mau ikut terlibat dalam rencana Reana, anggap saja sebagai penebusan karena dulu pernah mempermainkan kakak dari istrinya tersebut.

Dan usahanya membawakan hasil,
"Udah boleh kok, sekali lagi makasih."

Kalingga hanya mengangguk kemudian berjalan meninggalkan gedung sewa yang beberapa saat lalu menjadikannya pengantin jadi-jadian.

Namun, belum saja Kalingga berhasil menggapai pintu mobil, netranya menangkap sosok Alunada yang menatapnya disertai airmata yang mengalir di kedua pipinya. Tentu Kalingga terkejut, terlebih penampilannya belum berubah alias masih mengenakan tuxedo.

"Melody!" seru Kalingga saat Alunada berbalik pergi bersama motor yang beberapa saat lalu mengantarnya kemari.

"Shit!" umpat Kalingga ketika tidak berhasil menyusul Alunada. Pasti istrinya telah salah paham kepadanya.

Kalingga segera berbalik menuju mobilnya, dia harus segera menjelaskan sebelum Alunada makin salah paham.

Sementara itu, Alunada tak henti-hentinya menangis di atas motor. Dia pikir foto itu hanyalah editan, tetapi setelah melihat Kalingga keluar dari gedung lengkap dengan tuxedo-nya yang sama dalam foto, Alunada tak mampu menahan luapan kekecewaannya.

"Emang paling bener kita cerai aja." gumamnya mengusap sedih perutnya.

Segalanya akan Alunada terima, tapi bila di madu Alunada memilih mundur. Dia tak sekuat itu menjadi perempuan yang siap berbagi dengan suami, apalagi perempuan yang tak lain kakaknya.

"Kita mau kemana, Mas?" Alunada bertanya setelah menyadari rute yang ia lewati begitu asing.

"Ke tempat yang bisa buat Mba tenang. Saya yakin Mba belum ingin pulang." jawab tetangganya itu ramah.

Alunada tak lagi menanggapi, dia serahkan pada tetangga baik hatinya itu. Bila tidak ada pria ini, maka Alunada tidak akan tau pengkhianatan Kalingga.

Di belakang sana, mobil Kalingga masih mengikuti kendaraan roda dua yang memboncengi istrinya itu. Tiba ingin menyalip, mobil lain malah menghalangi niatnya. Kalingga berdecak keras, tak lama keningnya berkerut lantaran mulai menyadari sesuatu.

"Sial! Kazael." desisnya setelah tau bahwa mereka adalah bawahan Elber. Tidak mau kalah, Kalingga tanpa sungkan menabrak sisi mobil yang mencoba menghalanginya itu kuat hingga berputar di tengah jalan.

Di lain sisi, Alunada yang merasa ada sesuatu di belakangnya menoleh. Sejurus kemudian wanita itu melotot setelah menyaksikan sendiri bagaimana mobil Kalingga menggulingkan dua mobil hitam yang mencoba menyalipnya. Tak peduli body mobilnya yang ringsek, Kalingga berusaha menyusulnya. Hal itu membuat Alunada menepuk pundak pria yang sedang memboncengnya.

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang