❄06

24K 2.2K 130
                                    

Menatap bangunan minimalis di depannya, Valina atau bisa kita panggil sekarang Alunada itu memainkan tali ranselnya.

Rumah yang dia sambangi adalah rumah kedua orang tua pemilik raga yang dirinya masuki.

Sebenarnya ada keraguan Alunada untuk masuk. Terlebih melihat rumahnya sedang ramai, pasti banyak orang di sana padahal ini hari sabtu, lebih cepat sehari dari yang Utami bilang.

Menghembuskan napas panjang, Alunada melangkahkan tungkai kakinya. Dengan mandiri dia membuka gerbang dan baru saja menampakkan diri, sahutan beberapa orang menyebut namanya terdengar.

Alunada diam-diam meringis.

"Fey, si bontot udah datang!"

"Anak gadis gimana kabarnya?"

"Duh, sayang banget rambut kamu pendek gini. Tante pakein wig mau?"

"Di sekolah siapa-siapa aja yang naksir kamu?"

"Kemarin anak tante dapat peringkat satu paralel. Duh, bangga banget."

Alunada mengulas senyum, dia jadi bingung ingin menjawab yang mana dulu. Semuanya sekali lagi terlalu mendadak.

Keesokan paginya, Alunada baru tiba di rumah setelah dari pasar sebab katanya bahan di dapur tidak cukup.

Pertunangan sepupunya bakal terjadi jam 3 sore. Jadilah, pagi buta Alunada sudah di bangun paksa oleh sang mama pergi ke pasar.

"Nih, Ma." Alunada menaruh kresek belanjaannya, baru saja mau beranjak meninggalkan dapur, ibu dari pemilik raga menahan lengannya.

"Teman-teman kamu ada yang datang. Mama udah siapin dan Kasih kode pada keluarga dekat untuk tidak melakukan hal yang mencurigakan." katanya.

Alunada tentu saja terkejut, teman-temannya datang tetapi tidak ada yang memberinya kabar.

"Ingat pesan Mama. Jadilah seperti laki-laki." itulah pesan terakhir wanita tersebut sebelum Alunada memutuskan pergi ke kamarnya.

Dengan langkah lebar, Alunada menuju kamarnya. Tiba di sana, dia langsung membuka pintu membuat penghuni yang ada di dalam sana menaruh atensi padanya.

Alunada yang semula ingin mengomel, terhenti saat melihat Hazera memegang sesuatu.

"Lo ngapain nyimpan beha, njir."

"Hooh, kecil bro. Barangnya punya nyokap lo?"

"Tapi kagak mungkin milik nyokapnya, body-nya berisi begitu," sahut Hazera dengan nada menggantung. "Lo, abis main?"

Atas tudingan Hazera, Alunada segera memberi respon sebuah gelengan kuat.

"Lo, fetish?"

Apalagi itu?!

"Kagak! Itu bukan punya gue." sanggahnya bergerak cepat mengambil barang berenda itu dari tangan Hazera.

"Lo lo pada jangan sembarang sentuh barang orang dong." sewotnya sambil melirik Kalingga yang hanya menatap interaksi ketiganya dengan sorot geli. Wajah Alunada semakin memerah dibuatnya, pasti Kalingga juga berpikiran aneh.

"Lah, kita kan cuman nanya. Lo panik amat. Eh, btw, itu punya cewek lo?" tanya Odison penasaran.

Alunada menggelengkan kepalanya kuat, dia sudah kepalang panik."Bukan. Ini punya Utami."

"Lo abis main sama Utami?!" seru keduanya berbarengan.

Shit!

Alunada salah berucap lagi.

❄❄❄

Alunada tersenyum gembira saat tubuhnya memasuki kamar asramanya. Menyimpan asal tasnya, Alunada merebahkan tubuhnya. Sehabis acara selesai, Alunada langsung kembali ke asrama mengingat senin besok akan memulai sekolah.

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang