❄37

16.8K 2K 334
                                    

4 hari, sudah 4 hari Alunada mencaritau keberadaan Kalingga. Namun tidak ada jejak sama sekali, seharusnya Alunada tidak mempercayai Kazael begitu saja mengingat hubungan mereka tidak seakur layaknya saudara.

Pada akhirnya, wanita hamil itu memutuskan menunggu Kalingga di rumah mereka, berharap sang suami pulang segera. Rumah yang menurut Alunada aman sebab Kalingga selalu memastikan keamanannya.

Pembantu yang selalu stay di sana juga tak jauh gelisah. Pasalnya, sebelum keduanya meninggalkan rumah, semua terlihat baik-baik saja. Tetapi setelah melihat Alunada 3 hari lalu pulang seorang diri, menjadi pertanyaan tersendiri di benaknya.

"Nyonya, gak makan dulu?"

Alunada yang sedang melamun tersentak lantaran kehadiran sang bibi di kamarnya. Melirik jam kecil yang ada di atas nakas, Alunada tak mampu menyembunyikan helaan napasnya. Ternyata dia sudah melewati jam makan malam. Hatinya diliputi perasaan bersalah sebab melupakan kondisinya yang sedang hamil.

Memutuskan bangkit dari posisinya, Alunada berjalan mengikuti pembantu yang mengingatkannya tadi. Mau setidak selera bagaimanapun, Alunada harus makan.

Tibanya di meja makan, Alunada langsung mengambil tempat yang sudah menjadi singgasananya. Biasanya dia tidak pernah makan sendiri, sesibuk apapun Kalingga pasti pria itu akan menyempatkan menemaninya makan. Mengingat hal tersebut, pandangan Alunada meredup.

Entah sampai kapan Kalingga menghilang bagai ditelan bumi seperti ini.

Suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya, hingga beberapa saat kemudian piring putih itu kosong menyisakan sisa-sisa makanan. Di sela meneguk air putihnya, telinga Alunada mendengar kehebohan di luar. Alisnya menyerngit, karena terlanjur kepo dia segera menyudahi kegiatannya dan bangkit berjalan menuju pintu utama.

Tangannya baru saja terangkat hendak membuka pintu sebelum niatnya didahului oleh seseorang dibalik pintu. Alunada mengerjap pun sosok-sosok yang telah membuka pintu tidak menyangka bahwa mereka akan langsung bertatap muka sekarang.

"Ala."

Si empunya nama sama sekali tidak menghiraukan panggilan itu di saat perhatiannya sudah diambil penuh oleh pria yang berada di sisi seorang wanita.

"Lingga," gumam Alunada. Tanpa diundang, kedua matanya berkaca-kaca. Perasaan yang beberapa hari ini mengganggunya akhirnya terbalas. Pria itu baik-baik saja meski masih ada bekas luka di beberapa bagian wajahnya.

Segera saja Alunada menghambur diri memeluk Kalingga, pelukan eratnya seakan menggambarkan bagaimana Alunada setiap saat menunggu kepulangannya. Beberapa saat kemudian, Alunada melepaskan pelukan tak terbalas tersebut. Hatinya cukup ngilu lantaran ini adalah kali pertama Kalingga tidak memeluknya. Biasanya pria itu yang melakukannya meski tidak ada balasan yang Alunada berikan.

"Syukurlah kamu baik-baik saja." akunya menatap Kalingga yang menjulang di hadapannya. Sejak tadi  bibir Kalingga terkatup rapat, hanya manik hitamnya saja yang sesekali menatap wajah wanita yang memilih melepaskan genggamannya dan memilih menggenggam tangan pria lain.

Kali ini Alunada beralih pada sosok yang pertama kali menyapanya tadi. Meski bingung, Alunada tetap menyapanya terlepas bagaimana pertemuan terakhir mereka yang kurang menyenangkan beberapa bulan lalu.

"Apa kabar Kak Reana?" sapanya mengulas senyum tipis yang juga dibalas oleh Reana.

"Baik," jawabnya dengan manik melirik Kalingga juga Alunada bergantian. Reana mulai mengerti bahwa sesuatu terjadi di antara mereka, praduganya semakin di perkuat saat Kalingga melengos masuk, tanpa menegur Alunada seperti biasanya.

"Kakak gak sengaja ketemu Lingga di sebuah butik, dia kayaknya lagi temenin temennya fitting baju pengantin. Kalo gak salah dia juga teman kamu waktu sekolah,"

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang