❄10

26.5K 2.6K 163
                                    

"....Saat itu, nama Hindia-nama wilayah kita saat itu-sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri.

Earl mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia.

Ia lebih suka istilah Malayunesia karena istilah itu lebih memberikan penghargaan pada orang-orang Melayu yang telah menjelajah seluruh kepualauan sebelum orang-orang Eropa.

Sementara Logan lebih memilih atau lebih suka dengan istilah Indonesia yang lebih praktis. Dia lebih memilih "Indonesia" sebuah istilah geografi untuk membedakan dengan wilayah kepulauan ini dengan wilayah lain. Praktis, menurutnya karena lebih singkat ketimbang istilah panjangnya "Indian Archipelago".

Di halaman 254 jurnal itu, Logan memilih Indonesia sebagai nama wilayah kepulauan, dan penduduknya menjadi orang-orang Indonesia.

Nama Indonesia itu kemudian dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian melalui bukunya, Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels dan Die Volkev des Ostl Asien (1884).

Setelah itu nama Indonesia mulai populer digunakan sebagai identitas perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Puncaknya adalah pada 17 Agustus 1945 ketika Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia....."

Alunada menguap lebar kala guru sejarah di depan sana menjelaskan. Tak terhitung dirinya menguap, bahkan matanya ia pelototkan agar tidak khilaf tertutup.

"Alunada Geyzer, Ibu mau tanya, tahun berapa nama Indonesia diciptakan?"

Alunada yang disebut namanya seketika gelagapan. Melihat catatan kecilnya di buku, Alunada menipiskan bibir.

Bagaimana caranya agar tidak mengantuk dalam kelas.

Huee, lapar!!!

Memusnahkan Kazael dalam satu kedipan mata.

Calon suami gue kemana, ya?

Susah jadi cowok!

Sedari tadi dia tidak mencatat poin penting yang dijelaskan di depan dan malah mencurahkan isi hatinya di buka sejarahnya. Menutup bukunya, Alunada mengaruk punggung tangannya.

"Emm, lupa Bu..." akunya sambil meringis ditambah guru sejarah tersebut menggelengkan kepalanya.

"Geyzer, dibanding kamu tidak memperhatikan mata pelajaran saya, mending kamu keluar." ujarnya tanpa melihat Alunada dan menfokuskan materi yang ada dibuku paket.

Sambil memasang wajah penuh bersalah, Alunada bangkit lalu berjalan keluar. Tibanya di luar, Alunada mendapati suasana sekolah yang sepi. Wajar saja, karena ini adalah jam pertama.

Pada akhirnya, Alunada berjalan menuju rooftop. Dia ingin tidur.

Namun harapannya beberapa saat lalu harus pupus lantaran eksistensi Kalingga yang mengambil seluruh perhatiannya.

Ini tidak salahkan?

Kalingga?

Dan rokok?!

Seakan menyadari kehadiran orang lain, Kalingga menoleh. Dia mengulas senyum lalu memberi kode untuk Alunada mendekat.

"Lo bolos?" tanyanya begitu mengambil tempat di samping Kalingga. Oke, agaknya penilaian Alunada tentang murid teladan untuk Kalingga harus dipikirkan.

Mana ada calon anggota OSIS merokok di sekolah.

"Kagak. Jam kelas gue kosong." suara berat Kalingga menarik Alunada dari pikirannya. Alunada mengamatinya, bagaimana bibir itu aktif menghisap ujung rokok lalu menghembuskan asapnya di udara.

"Gue kira lo gak rokok." sahut Alunada pada Kalingga yang kini menatapnya.

"Manusia itu gak ada yang sempurna, Gey," balasnya menginjak puntung rokoknya kala benda itu nyaris habis. Kalingga berganti menatap Alunada intens.

"Kenapa di luar, hm?" gantian Kalingga melempar pertanyaan yang mengundang Alunada mengaruk tengkuknya.

"Diusir, hehehe...." Alunada cengengesan. Perhatiannya beralih pada bungkusan roti di bawah kaki Kalingga. "Gue minta, ya." katanya meraih satu bungkus lalu membukanya. Tak membutuhkan waktu lama bagi makanan ringan tersebut masuk ke dalam mulut Alunada.

Dan entah mengapa, mengamati Alunada makan adalah hal yang Kalingga lakukan belakangan ini. Netra hitamnya tidak mau terlepas pada bibir yang senantiasa bergerak tersebut.

"Suerr, ya. Tadi tuh udah gue usahain fokus. Tapi kagak bisa,"

Ocehan Alunada hanya Kalingga tanggapi anggukan ringan. Sebelah tangannya terangkat guna membersihkan sisa slei coklat yang ada di sudut bibir Alunada. Hal yang membuat Alunada berjenggit kecil.

"Semalam juga gue udah bilang. Gak usah begadang, lo ama Hazera mana ada denger." ujar Kalingga sambil menjilat jempol yang ia pergunakan sebelumnya untuk menghapus kotoran di bibir Alunada. Dan Alunada tak menyadari itu saat fokusnya kembali ke depan memperhatikan langit sambil mengunyah.

"Lo cepet amat tidurnya. Padahal tadi malam baru jam 11 loh." balasnya tidak mau kalah. Usai roti di tangannya tandas, Alunada merebahkan tubuhnya. Matahari pagi yang menimpa seluruh wajahnya tak membuat Alunada beranjak.

Dia semakin memejamkan matanya dan pelan-pelan mulai terbuai. Kalingga yang sedari tadi mulai memberikan fokus pada komiknya, menoleh lantaran sudah tidak mendengar suara sahabatnya. Detik berikutnya kepalanya menggeleng.

Pantas saja diusir.

Kalingga kembali fokus pada komik di tangannya, tetapi hanya sebentar saat telinganya mendengar suara cicitan. Matanya bergerak ke sumber suara, seekor tikus berukuran sedang nampak tengah berjalan menuju ke arahnya.

Kedua mata kecil hewan tersebut tertuju pada sisa snack milik Kalingga. Sedang sang empunya hanya membiarkan. Hingga tikus itu berada di bawah kaki Kalingga. Dengan gerakan halus, Kalingga menginjak tubuh kecil tikus tersebut menyebabkan suara lirih keluar dari hewan yang konon katanya bermusuhan dengan kucing itu.

Tidak lama, darah muncrat di sekitar sepatu hitam Kalingga. Mengangkat kakinya, tikusnya ternyata sudah mati.

Kalingga menghela napas lalu beralih menatap Alunada yang semakin pulas dalam dunia mimpinya. Tatapannya tanpa sengaja turun di antara kedua sela paha sahabatnya. Seketika ingatan percakapan mereka di tempat ini melintas perihal itu Alunada yang kecil.

"Sekecil itu, kah?" tanyanya pada diri sendiri. Maniknya berganti menatap wajah lelap Alunada. Dan sekali lagi, Kalingga malah mengamati bibir merah muda milik sahabatnya.

Menggelengkan kepalanya, Kalingga memijit pelipisnya.

Bisa-bisanya dia memikirkan hal aneh.

"Gue masih normal kan?" monolognya sambil meraup wajahnya penuh frustasi.

Agaknya Kalingga harus beristirahat total. Pikirannya belakangan ini mulai ngawur alias tidak bisa dicerna oleh akal sehat.

❄❄❄

Tolongin Kalingga dong.

Dia butuh pencerahan.

Agaknya bakal Kalingga yang jadi ML. Aku butuh suasana baru. Kebanyakan ML Arrinda gila-gila semua.

Gimana kabar kalian?

TRAP! Udah masuk 10 part. Sejauh ini, makasih banget bagi kalian yang udah dukung.

Next cepat?

Beri votmen serta share cerita ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Sayang ReLuvi banyak2😘😘

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang