Kalingga keluar dari bangunan tua itu dengan mimik wajah rumit. Berjalan kaki seraya mengamati sekitarnya, mendadak dia menghentikan langkah kakinya.
Hidungnya mencoba mengendus bau yang teramat tidak asing baginya. Aroma Alunada.
Pandangannya kemudian mengedar namun sosok pemilik aroma tubuh itu tidak tertangkap di matanya. Langkah kakinya berjalan lebar menyusuri pohon pinus menuju villa mewah yang sudah Kalingga lihat dari posisinya.
"Di mana istriku?" tanyanya pada bodyguard yang berjaga.
"Nyonya ada di dalam, Tuan. Beliau baru saja kembali cari angin." jawabnya disertai kepala menunduk.
"Apa kalian tidak mengawasinya sejauh mana ia pergi?"
"Maaf, Tuan. Tadi kami sempat teledor. Tidak memperhatikan kemana nyonya pergi. Nyonya kembali setelah setengah jam."
Kalingga memicingkan mata sedikit jengkel mendengar pengakuan bawahannya. "Yang bertugas hari ini, pergi ke tempat biasa."
Usai mengatakan hal tersebut, Kalingga berlalu masuk ke dalam villa. Tidak sulit baginya untuk mencari Alunada, sebab wanita itu sudah ia dapati tengah berdiri menatap jendela dengan pandangan kosong.
"Melody."
Mendengar namanya disebut, Alunada kontan menoleh. Ditatapnya Kalingga lamat sebelum memberikan seulas senyum seperti biasanya.
"Aku udah nunggu dari tadi. Kamu ke mana aja?" tanyanya mengamati Kalingga berjalan menghampirinya. Alunada mendongak lantaran tingginya dan Kalingga memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
"Aku ada urusan di luar. Kata mereka kamu keluar cukup lama dari villa." katanya mengapit dagu Alunada dan membawanya mendekat pada wajahnya. Keduanya saling bertatapan selama beberapa detik sebelum kemudian Alunada tersenyum kalem.
"Iya, aku cukup bosan. Sekalian jalan-jalan di sekitar bangunan tua yang ada di belakang villa. Gak lama kok, soalnya gak berani lama-lama." ungkapnya melepas tangan Kalingga dari dagunya dan beralih memeluk pria itu. Kalingga balas memeluknya erat sembari menghirup aroma shampo yang menguar dari rambut Alunada.
"Lain kali bilang kalo bosan. Aku kan bisa temenin atau sama pelayan juga boleh." ujar Kalingga tanpa menyadari adanya perubahan dari wajah sang istri.
"Iya, lain kali aku bakalan bilang." balasnya.
Kali ini Alunada akan mengikuti permainan Kalingga, mencari celah agar dirinya terlepas dari Kalingga. Sudah cukup dirinya selama ini dibodohi. Seharusnya Alunada sudah curiga sedari awal, sejak keluarganya yang mendadak hilang.
Terlebih Kalingga selalu menghalanginya untuk berhubungan dengan dunia luar. Alunada terlalu naif, juga teramat mempercayai Kalingga dan segala cerita bualannya.
Alunada janji, akan berusaha keluar dari sini. Sebab dia menyadari bahwa segala tingkah lakunya sudah diawasi penuh. Dia akan tetap melakoni sebagaimana Alunada menjadi istri Kalingga sebelumnya.
Sebagaimana Kalingga menipunya, maka Alunada pun akan demikian.
"Boleh aku bertanya?" di sela pelukan mereka yang belum terurai, Alunada melemparkan pertanyaan. Kalingga mengangguk, membuat Alunada melanjutkan untuk bicara.
"Sejauh ini, bagaimana perasaanmu kepada kakakku?"
Kali ini Kalingga meleraikan pelukannya dan menunduk menatap Alunada yang sedang menatapnya lugu. Kalingga tersenyum kecil.
"Tidak bisa dipungkiri, sampai saat ini aku masih memikirkan Reana. Namun di sisi lain, aku juga sangat nyaman menjalani hubungan kita yang sekarang. Perasaan tidak mudah pudar begitu saja, tapi bukan berarti aku akan terus menerus terhanyut dalam kenangan yang memang sudah menjadi masa lalu. Bagiku, sebulan ini dan lima bulan ke depan adalah hal yang patut aku syukuri. Karena dibalik musibah, ada anugerah yang Tuhan kirim untukku."

KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP!
FantasyValinada Rahadis memilih mengakhiri hidup usai mahkota berharganya direbut paksa oleh mantan kekasihnya. Namun, siapa yang menyangka ketika membuka mata, Valina malah mendapati dirinya masuk ke dalam cerita pendek berjudul Naiza. Hal yang tidak bisa...