❄31

18.6K 2.2K 353
                                    

"Papi, Mami, aku mau ngomong."

Andari, selaku ayah dari Kazael menoleh pun Inaza. Keduanya menghentikan obrolan mereka dan berganti menatap anak sulung bertanya-tanya.

"Ngomong apa?"

Kazael mengambil posisi duduk di hadapan kedua orang tuanya. Sepertinya memang hal serius hingga Kazael menatap mereka lamat-lamat.

"Aku menginginkan Alunada Geyzer."

Baik Andari maupun Inaza kompak menunjukkan mimik muka terkejut. Andari yang lebih dulu menguasai diri, mencoba berbicara. "Ada apa dengan adik iparmu, Zael? Kamu sadar bicara apa tadi?"

Kazael mengangguk mantap, sekali lagi dia menatap orang tuanya itu serius.

"Sebenarnya, sebelum menikah dengan Kalingga, aku dan Alunada pernah menjalin hubungan, kami juga saling mencintai. Tetapi, dia mendadak menghilang, dan Lingga tiba-tiba saja ingin menikahinya. Padahal Lingga saat itu berpacaran dengan kakaknya Alunada." paparnya sambil tak lupa menggunakan intonasi suara penuh kegetiran. Sepanjang bercerita, kedua bahunya terkulai lemas, lengkap dengan wajah penuh derita.

"Zael, kamu serius?" Inaza bertanya penuh keraguan. Pasalnya, selama menuju proses pernikahan Kalingga tidak pernah lelah mengatakan bahwa Alunada adalah wanita dicintainya. Sebagai orang tua, tentu Inaza mendukung niat putranya.

Namun kabar mengenai Kalingga menjalin hubungan dengan kakak iparnya, baru keduanya tau hari ini.

"Mi, untuk apa aku karang cerita.  Adek udah banyak nipu orang, pertama istrinya, keluarga istrinya, dan kakaknya." sahut Kazael yang terdengar tegas.

Inaza saling lempar pandang dengan sang suami, sebelum Andari menghela napas panjang.

"Jika memang benar apa yang Zael katakan, berarti selama ini Kalingga sudah menipu kita semua. Anak itu." Andari menggeram, pria yang sering dijuluki tirani itu bangkit meraih ponselnya yang berada di atas meja. Tujuannya adalah untuk menghubungi Kalingga.

Tidak menunggu lama sambungannya diterima, Andari langsung to the point. "Ke rumah sekarang."

Bahkan tanpa memberi waktu bagi Kalingga menjawab, Andari segera mematikan panggilannya secara sepihak. Kini tatapannya bergulir pada Kazael yang juga menatapnya.

"Papi, akan benar-benar memberikannya perhitungan bila Lingga tidak menjawab jujur."

"Pi, tenang. Jangan asal emosi gitu, jangan berbuat hal yang kelewatan. Lingga bukan anak kecil lagi, dia udah dewasa dan pasti tau setiap tindakannya pasti bakal ada timbal balik. Tegur dia seadanya saja." nasihat Inaza lantas membuat Kazael mendengus kecil. Telinganya panas mendengar sang mami seolah melindungi Kalingga.

"Mami, kali ini Kalingga harus diberi ketegasan. Selama ini kalian terlalu membiarkannya bebas. Aku yang harus melakukan banyak pengorbanan. Dan sekarang sudah waktunya aku mengambil sesuatu yang memang adalah milikku sedari awal." seloroh Kazael.

"Bukan gitu, Nak. Tapi,"

"Sudahlah, Mi. Kali ini Papi yang akan bertindak. Toh, ini juga demi keluarga kita terutama Lingga." sela Andari berlalu dari sana meninggalkan Inaza yang diam menatap punggungnya sendu.

Sebagai seorang ibu, tentulah Inaza tau dan mengerti bagaimana watak masing-masing anaknya. Inaza bukannya tidak paham, dia sangat paham. Selama ini mereka terlalu mengucilkan Kalingga, anak bungsunya yang tetap tersenyum meski dirinya secara tidak sengaja diabaikan Andari dan dirinya sendiri.

Kalingga tidak pernah mengeluh tentang dirinya yang kebanyakan tidak diajak liburan oleh keluarganya. Bahkan sekelas pertemuan dengan kolega, sosok Kalingga nyaris tidak diketahui keberadaannya selain Kazael.

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang