Buntut kasus Utami yang melompat dari rooftop akhirnya menemui titik terang. Berdasarkan bukti video yang Alunada temukan di ponsel Utami, Izam akhirnya mendapat balasan.
Sorak sorai terdengar menggema saat polisi membawa Izam dengan kedua tangan sudah teborgol. Makian serta sumpah serapah tak luput didapatkan dari lelaki tersebut.
Izam melirik sekumpulan murid Jingga itu datar. Hingga tatapannya bertemu dengan salah satu siswa di sana. Maniknya membola, tak lama diapun menyeru.
"PENGECUT LO! LO GILA! PENIPU! MANIPULATIF! HARUSNYA LO YANG ADA DI POSISI GUE!" teriakan Izam nyatanya tak menyurutkan sorakan para murid yang malah kian bertambah.
"Parasit Jingga lo!"
"Enyah dari sekolah kita!"
"Dasar homo!"
"Pembunuh!"
"Pembunuh!"
"Pembunuh!"
Aksi murid Jingga tak luput dari pengamatan Alunada yang berdiri di koridor.
"Itu yang diteriaki si homo siapa?" Odison bertanya lantaran Izam seakan menyorot seseroang di tengah kehebohan yang terjadi.
"Dia, liat ke arah sini gak sih?" giliran Hazera yang bertanya. Hal yang membuat Alunada tanpa sadar menganggukkan kepalanya.
"Gue rasa, Izam udah gak bisa berpikiran normal. Padahal dia itu pintar loh." timpal Hazera mendapat anggukan persetujuan dari Odison.
"Lagi ngomongin apa?" Kalingga muncul dari belakang setelah pamit mengurusi Kazael yang lagi-lagi kambuh. Beruntung semuanya bisa diatasi segera.
"Tuh, si Izam. Teriak-teriak gak jelas. Gue rasa kewarasannya mulai terkikis." jawab Odison seraya bersedekap dada.
"Gila bener. Cuman karena perasaan tuh orang sampe nekat nge-bunuh. Dikira cewek di dunia ini udah abis kali." ujar Hazera sedikit sewot di setiap kalimatnya tanpa tau bahwa perkataannya barusan membuat Alunada termenung.
Seharusnya ini tidak terjadi.
Tetapi karena penyamaran sialan yang dilakoninya, Utami yang harus terkena imbasnya. Seketika perasaan bersalah menyelimutinya.
Semua terjadi bukan tanpa sebab.
"Gak usah mulai mikir yang aneh-aneh."
Seakan bisa membaca pikiran Alunada, Kalingga berbicara setelah sebelumnya menepuk bahunya ringan.
Mengulas senyum tipis, Alunada melenggang pergi. Dia hanya membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan kemelut hatinya.
Awalnya begitu, tapi tidak setelah si pemeran utama pria datang merecokinya.
"Lo galau, ya?"
Alunada mengabaikan pertanyaan unfaedah itu dengan memilih memejamkan matanya.
"Lagian, masih ada yaa cewek gak bisa nge-lawan? Ck, lemah banget sih." sindirnya ikut merebahkan tubuhnya di atas rumput bedanya, dagunya bertumpu pada kedua tangan dengan pandangan menyorot penuh Alunada.
Meski terkesan abai, nyatanya tangan mengepal gadis itu masih tertangkap jelas di mata Kazael. Senyumnya mengembang mengetahui itu.
"Gak kayak cowok yang jago berantem."
"Ada yang gak kok." sahut Alunada merasa jenuh dengan Kazael. Namun dia turut menanggapi obrolan receh orang gila tersebut.
"Siapa?" Kazael bertanya dengan kedua mata berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP!
FantasyValinada Rahadis memilih mengakhiri hidup usai mahkota berharganya direbut paksa oleh mantan kekasihnya. Namun, siapa yang menyangka ketika membuka mata, Valina malah mendapati dirinya masuk ke dalam cerita pendek berjudul Naiza. Hal yang tidak bisa...