"Wihh, cantik Gey. Cocok banget lo peranin Putri Salju." puji salah satu teman Alunada sembari mengambil potret Alunada lewat ponsel. Niatnya, akan ia sebarkan di grup angkatan mereka.
Berbanding terbalik dengan sang teman, Alunada malah menunjukkan ekspresi sebaliknya.Wajah tertekan sangat tergambar jelas.
Hari ini kelasnya mengadakan ulangan praktek. Berkelompok. Dan Alunada harus merelakan dirinya menjadi Putri Salju karena dinilai wajahnya akan cocok mengambil peran tersebut.
"Putri Salju gak boleh manyun. Senyum iih." seru ketua kelompok menarik dua ujung bibir Alunada agar tertarik membentuk senyum.
"Apelnya mana?" tanya Alunada mencari buah yang menjadi sebab utama sang putri tertidur.
"Apelnya ada kok. Nanti di aula." jawab temannya yang sedari tadi sibuk berkutat dengan ponselnya.
Ber oh ria, Alunada melihat pantulan dirinya dalam cermin.
Wajah asli Alunada.
Entah bagaimana Alunada mendeskripsikan perasaannya. Ini adalah kali pertama dirinya berpenampilan yang memang benar-benar menunjukkan jati dirinya sebagai perempuan di area sekolah.
Sentuhan make up, wig Putri Salju, serta gaun mengembang yang mana sesekali Alunada akan tersandung ketika tidak sengaja menginjaknya.
Ketiganya lalu keluar dari toilet sebab jam masuk guru bersangkutan akan tiba.
Sepanjang perjalanan, mereka tidak luput dari perhatian murid yang memiliki jam kosong.
"Kiw kiw, Putri Salju, pangeran datang."
"Putri Salju, jangan makan apel beracun itu."
"Apakah sudah waktunya pangeran ini menciummu Putri Salju?"
Alunada mengibas gaunnya pongah, memang siapa yang berani menolak pesonanya.
"Putri Salju tidak butuh itu wahai para beban orang tua. Putri Salju hanya butuh segepok uang." balas Alunada yang ditanggapi dengan sorakan murid di sana.
"Njir! Geyzer!"
"Putri Salju spek Putra ini mah!"
"Gue hampir sesat, Tuhan!"
"Untung batang gue masih selamat."
Kedua teman Alunada tertawa mendengar balasan-balasan dari pria yang menggoda Alunada tadi.
Mencebikkan bibirnya, Alunada melengos meninggalkan mereka menuju aula tempat yang katanya lebih leluasa untuk pelaksaanaan ulangan praktek.
Waktu terus berjalan, tak terasa kelompok Alunada sudah tampil dan sudah berada di klimaks cerita. Di mana Putri Salju tertidur akibat apel beracun yang diberikan oleh penyihir. Di atasnya juga sudah ada pria yang bertugas akan menciumnya-catatan, hanya pura-pura.
"Gey,"
Alunada yang sedang tidur, membuka satu mata lalu menatap teman sekelompoknya yang berperan sebagai pangeran penuh tanya.
"Andai lo bukan cowok, gue pengen cium beneran." bisiknya yang seketika membuat Alunada refleks menabok pipinya. Hal itu menjadi perhatian tersendiri bagi teman-temannya dan juga guru yang kini menggelengkan kepalanya.
"Alunada Geyzer. Putri Salju tidak menabok pangerannya. Sudahlah, Ibu akan memasukannya dalam nilai." putusnya dengan tangan bergerak menorehkan nilai.
Alunada bangkit dengan mimik kesal.
"Hih, apa katanya tadi? Mau nyipok gue, dasar edan." rutuknya di sela langkahnya menuju kamar guna melepaskan atribut yang menurutnya merepotkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP!
FantasyValinada Rahadis memilih mengakhiri hidup usai mahkota berharganya direbut paksa oleh mantan kekasihnya. Namun, siapa yang menyangka ketika membuka mata, Valina malah mendapati dirinya masuk ke dalam cerita pendek berjudul Naiza. Hal yang tidak bisa...