❄15

22.6K 2.6K 333
                                    

"Hueee, Ala!"

Alunada yang sedang menikmati pangsitnya, nyaris tersedak mendengar suara cempreng Utami. Menaruh sumpitnya dengan tidak santai, Alunada menatap galak sang biang masalah.

Tetapi bukannya merasa takut, Utami malah gelenjotan di lengan tak seberapa sahabatnya.

"Huee—Hmppphh!" Utami tidak jadi melanjutkan rengekannya sebab Alunada keburu menyumpalnya dengan pangsit.

"Tami, suara lo tuh bisa menyebabkan polusi suara. Plis, kasihani telinga lucu gue ini," ujar Alunada kalem.

"Kenapa sih?" tanyanya sambil menunggu Utami selesai mengunyah. Setelah selesai nampak Utami menatapnya protes, namun tak urung dia mulai bercerita.

"Bokap gue pulang dari Australia, gak ngasih kabar. Gue tau setelah tiga hari. Itupun tetangga gue yang sekolah di sini yang bilang," ujarnya bercerita, di sela itu dia mencomot makanan Alunada sebagai pengalihan kegalauannya.

"Padahal gue juga anaknya. Kakak gue yang sekolah di luar negeri aja dikasih tau sehari sebelum pulang. Padahal kan gue rindu." Utami kembali kali ini ceritanya suskes menarik simpatik dari Alunada yang mendengarnya.

Ia tau, seberapa sesaknya kita bila hal seperti ini diabaikan. Seperti kisah asmaranya dulu. Semasa menjadi Valina, Alunada selalu mendapat pengabaian. Puluhan chat yang ia kirim sekadar untuk menanya kabar saja, Alunada hanya mendapat tanggapan singkat. Bahkan balasannya kadang satu huruf saja.

"Keknya sengaja deh, manalah tau bokap lo lagi ada sasaran istri baru." tuturnya menambah api yang belum reda di hati Utami. Sejauh berteman dengan Utami, Alunada jadi tau bahwa ibu Utami sudah berpulang.

"Kok doa lo jelek banget sih."

"Bukan jelek. Perkataan gue ini bisa membuka takbir yang ditutup rapat bokap lo." itulah Alunada, setelah membuat Utami kepikiran, gadis itu langsung tertawa.

"Becanda doang. Udahlah, positif thinking aja. Bokap lo mungkin mau ngasih kejutan. Eh, BTW gue belum cerita. Kakak gue bakal balik, mungkin kurang dari 3 minggu lagi." ungkapnya mengingat bahwa Alunada akan meninggalkan sekolah Jingga dalam waktu dekat.

"Reana bakal balik? Kenapa?" Utami bertanya, dirinya tau betul sosok yang dibicaran kini.

Di samping itu juga, Alunada jadi tau siapa nama pemilik raga ini.

"Hu'um, gue bakal pindah sekolah juga kalo dia udah balik."

"Kok gitu? Eh bentar bentar, ini berarti kakak lo resign dong?" pertanyaan itu segera mendapat anggukan singkat Alunada meski ingin bertanya, sejauh mana kedekatan Utami dan keluarganya hingga bisa mengetahui hal sekecil ini.

"Gue disuruh pindah ama bokap. Kalo gak, ya berhenti sekolah aja." akunya seraya menyapu pandangannya ke sekitar.

Ini kali pertama Alunada makan tanpa ada tiga sahabat pria-nya. Itu dikarenakan mereka memiliki kesibukan masing-masing. Alhasil, Alunada makan seorang diri.

"Kalo gitu gue ikut pindah juga deh. Gak ada lo, hambar." sahut Utami yang mana berhasil membuat atensi Alunada teralih padanya.

"Yee, ngapain malah ikut-ikutan. Kagak kagak. Mending di sini aja, seru. Banyak cogannya." bisik Alunada di kalimat terakhir berhasil membuat Utami terkikik.

"Tapi sayang, gak bisa dimiliki." balasnya kemudian, kini gantian Alunada yang tertawa.

Kedua gadis itu bercanda seakan tidak memiliki beban hidup.

Sedangkan di sisi lain, tiga pria yang menjadi teman dekat Alunada menatap interaksi mereka dengan bermacam-macam ekspresi.

"Kalian sadar gak sih, selama dekat dengan cewek itu, gue baru liat Gey bisa ketawa malu-malu meong gitu." seloroh Hazera berjalan menuju stan makanan disusul dua kawannya di belakang.

TRAP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang