ADBO 🌠 - 14

202 21 3
                                        


•♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*

.

.

Pengadilan hukum menetapkan angkasa tidak bersalah. Polisi telah berhasil menangkap pelakunya, seorang pria berusia 30 tahunan. Anehnya yang angkasa ingat bukan orang itu yang sudah membunuh papanya, dia ingat ada dua orang dan yang satu seorang pria dewasa berwajah tegas, ia mungkin mengakui kalau ia tidak terlalu mengingat wajah si pelaku akibat minim nya pencahayaan dimalam itu yang hanya disinari oleh lampu kendaraan yang temaram, akan tetapi pria yang ia ingat dia berjalan agak sedikit pincang.

"Tunggu yang mulia!" Palu ketua hakim hampir saja diketuk. Seluruh hadirin termasuk para anggota dewan majelis menatap pada angkasa yang tiba-tiba mengambil perhatian seluruh ruangan.

"Saya ingin mengajukan pernyataan, izinkan anda berkenan yang mulia"

"Baiklah, silahkan"

Cowok dengan perawakan cukup tinggi  itu menghela nafas sebelum menyuarakan fakta kronologi sebenarnya yang ia lihat. Untuk kali ini ia harus mengatakan fakta, ia harus bisa melawan semua kegundahan yang tiada henti mengusik pikirannya saat ini.

"Yang mulia, saya berada ditempat kejadian saat itu dan saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, kalau sebenarnya papa saya memang sengaja dibunuh dan orang yang membunuh papa saya bukan lah dia!"

Semua orang ricuh berbisik, tentang mengapa angkasa baru mengatakan nya, dan kenapa dia menyembunyikan hal sebesar itu dari mereka semua.

"Jika begitu, kenapa anda tidak mencoba mengatakan nya dari awal? Apa yang mendasari anda bungkam selama ini saudara angkasa?"

Angkasa tak dapat berkata, ingatan itu kembali lagi⎯papanya meninggal tepat didepan mata kepalanya sendiri. Angkasa menggeleng pelan mencoba menyingkirkan segala hal yang mencoba mengusiknya untuk menguak fakta yang ada. Ia bersusah payah agar tidak mengingat nya, namun tetap saja kepala nya seolah punya tombol play nya sendiri sehingga dipicu sedikit saja sudah memutur rekaman yang tidak seharusnya dia ingat lagi.

"Yang mulia, semua orang juga tahu waktu itu dia ditemukan pingsan dilokasi kecelakaan itu, bukan?mungkin saja saat itu dia tidak mengingat saya dengan jelas sehingga dia menganggap kalau saya sebenarnya tidak pernah berada disana"

Dahi angkasa mengeryit bingung, apa maksud orang itu?

"Terdakwa, ini bukan saat nya anda bicara. Tolong diam selagi saya bertanya pada saksi"

"Baiklah, Maafkan saya, yang mulia" pria itu langsung diam setelah dibungkam oleh kepala hakim.

"Selanjutnya, bagaimana anda bisa tau kalau pak riyo sengaja dibunuh, dan apa motif pembunuhan itu terjadi? Tolong dijelaskan" kepala hakim mulai mengajukan pertanyaan pada angkasa. Menunggu dengan sabar anak itu untuk siap berbicara kembali

Mulut angkasa mendadak kelu, tubuhnya sudah bermandikan keringat sejak berada diruang persidangan, hawa panas dari ruangan ini bahkan mampu mengalahkan kipas pendingin yang selalu menyala di sampingnya.

"Saksi! anda mengatakan anda berada ditempat kejadian saat itu, jadi seharusnya anda yang paling tahu siapa pelakunya? bisa anda jelaskan seperti apa ciri-ciri orang tersebut?" Hakim mendesak selagi pertanyaan yang pertama tak mendapat jawaban.

Saat dihadapkan dengan kondisi yang membuatnya merasa terjebak dalam situasi tersulit, angkasa bergeming, ketua hakim tak henti melontarkan kalimat yang sama dan jaksa penuntut yang justru menganggap nya mencoba memanipulasi prakara karena tak kunjung memberikan keterangan atas pernyataan yang terlontar dengan mudah dari mulut nya.

Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang