•♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*.
.
Bintang selalu mendambakan langit malam menemani setiap hari nya. Mirip seperti namanya, bintang. Cahaya kecil yang menghiasi semesta malam ini. Ditemani angkasa dan rion duduk disampingnya menyaksikan gemerlap cahaya di langit malam diatas genteng rumah mereka. Terlihat gila memang, tapi mereka suka hal yang menantang seperti itu. Bila ada genteng yang retak maka nyawa taruhannya.
"Gue nggak perlu memandang yang ada dilangit sih, karena gue udah menemukan bintang sama angkasa yang sesungguhnya dihadapan gue ini" ujar rion sambil menoleh kearah dua kakaknya.
"Bisa ae lo, gue salting nih" angkasa menanggapi dengan malu-malu, menyenggol bahu rion sampai anak itu terjungkal.
Nyatanya setelah percakapan ia dan raga tadi siang, rion memutuskan untuk bersikap seperti biasa dengan angkasa. Sampai waktu nya tepat ia ingin bertanya hal sesungguhnya yang pernah menimpa cowok itu.
"Bang bintang, lo lagi kangen sama mama lo disana ya?" Rion sungguh terlalu peka akan perasaan abang nya itu. Bintang mengangguk.
"Gue juga lagi kangen sama bokap gue" rion dan bintang lantas menoleh kepada angkasa. Seperti yang sama-sama mereka tau ayah nya angkasa meninggal dengan tragis, namun dalam pemahaman rion angkasa yang telah membunuh ayahnya sendiri, berbeda dengan pemikiran bintang yang terus dihantui rasa bersalah karena sebenarnya ia penyebab kematian ayah nya angkasa.
" Ya udah lah nggak usah dibahas" angkasa mengalihkan topik pembicaraan seketika, ia sedang tidak ingin kambuh didepan mereka.
"Lo berdua ngerasa nggak sih, dari tadi kita bertiga begini udah kayak kucing lagi kasmaran diatas genteng. lama-lama dingin juga disini, gue jadi takut nanti ada kuntianak lewat, ihh serem" ucap angkasa sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangan nya karena kedinginan.
"Ya udah yok turun, gue ngantuk mau tidur" ajak rion, tapi kedua abang nya itu masih ingin berlama-lama diatas genting.
"Besok kerja, woy. Emang lo berdua mau makan apa kalo nggak kerja?" Lanjut nya.
Keduanya langsung tergesa untuk turun mendahului rion. Angkasa sedikit kesulitan karena kakinya, namun karena bantuan bintang ia bisa turun dari tangga dengan mulus.
"Heh! Kok malah gue yang lo berdua tinggal sih. Tungguin!" Rion lantas menuruni tangga mengikuti mereka berdua.
* * *
Pagi menyambut hari. Keempat penghuni kontrakan cowok itu tengah bersiap untuk memulai aktivitas.
"Bang ardan jangan sampe masak hari ini, bisa-bisa dapur meleduk nanti" itu mulut rion yang bicara. Padahal ardan sedang tepat didepannya.
"Oke kalo gitu, jangan belanja pakek duit gue lagi. Awas lo"
"Nggak papa kalo nggak mau ikut iyuran buat masak, lagi pula kita sama-sama punya penghasilan sendiri. Dan gue yang selalu nyiapin keperluan dapur, bukan lo"
Skakmat! Ardan kicep setelah mendapat kata-kata savage rion.
Pria berusia 20 tahun itu lantas hanya dapat menghela nafas sabar.
"Ya udah lo yang masak deh, gue bisa nanti makan diwarung deket tempat kerja. Gue harus berangkat sekarang, keburu bos gue ngomel nanti, bye" ardan sudah bersiap pergi ketempat kerja nya, disebuah toko bahan bangunan.
"Makan diwarung terus nggak sehat. Lo masih ingetkan kata-kata bang raga, jangan keseringan makan diluar nggak higienis"
"Higienis atau nggak. Kalo udah kepepet mau gimana lagi, udah ya gue berangkat" ardan berjalan kearah pintu rumah nya, dan menghilang dibaliknya. Sepeninggal ardan suasana ruangan mulai terasa hening. Rion tidak tau akan masak apa ia pagi ini, ia sebentar lagi juga akan berangkat bekerja.
![](https://img.wattpad.com/cover/325521792-288-k200497.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]
Fiksi Penggemar[lokal fiction] . Ada sosok pemuda yang begitu tegar melewati hari esok dalam lubang kegelapan usai kepergian sang ayah kepangkuan sang kuasa. Mana kala kesunyian tidak lebih buruk dari kebisingan, yang dia lakukan hanya mendengarkan isi hati nya s...