•♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*.
.
Wira benar-benar mengunjungi rumah kontrakan yang ditinggali sang adik. Kesan wira saat mengunjungi rumah itu sungguh membuat ia amat sangat terkejut. Tempat itu tidak juga bisa dibilang layak huni, barang-barang masih banyak yang berserakan seperti kapal pecah. Sampah-sampah bercampur baju kotor ada diruang tamu. Lantai bahkan belum disapu, wastafel penuh dengan piring kotor yang belum dicuci. Wira benar-benar prihatin dengan kondisi hunian sang adik.
"Ini tempat tinggal lo? Mirip kandang ayam ya" ujarnya kelewat jujur.
Angkasa tak bisa mengelak akan hal itu. "Iya sih, karena kita juga sibuk kerja, bang. Nggak ada yang ngurus rumah, bintang yang kadang pulang buat bersih-bersih sama gue juga yang bantuin, terus dua temen gue masih kerja pulang nya mungkin agak sorean. Ada yang jadi buruh
angkut ditoko bangunan sama jadi pengamen jalanan. Ya walaupun pekerjaan nya dibilang bukan gaji yang banyak tapi seenggaknya halal buat kita makan sehari-hari" papar angkasa."Itu atap nya juga ada yang bocor, tapi untung aja kemarin malem udah gue benerin" angkasa sembari menunjuk kearah plafon bolong kontrakan nya. Wira melihat kearah langit-langit dan memang sudah parah.
"Gimana bisa kalian bertahan hidup disini. Gue makin nggak rela lo tinggal disini, Sa. Mending ayo ikut gue pulang"
Angkasa menggeleng pelan, "nggak bisa, bang. Gue sama temen-temen gue disini punya nasib yang sama, kami nggak punya orang tua. Gue rasa disini seharusnya gue tinggal bukan sama orang yang nggak ada hubungan darah sama gue selama ini. Gue nggak mau ngerepotin lo"
Lagi-lagi wira mendengus lelah, "terserah lo deh, yang penting lo bahagia"
Ia pun pasrah, dan itu membuat angkasa mengulas senyum senang karena kini ia tidak akan merepotkan keluarga angkat nya lagi, ia telah hidup mandiri disini, bersama orang-orang baru.
"Sa, gue penasaran sama temen lo yang namanya bintang itu. Dari tadi dia nggak ada suaranya. Kenapa ya?"
"Oh, bintang. Dia memang punya masalah pendengaran sama bicara, bang. Jadi dia akan ngomong pakek bahasa isyarat"
Setelah mendengar penjelasan angkasa wira terdiam dengan tatapan prihatin yang mengarah pada bintang. Bintang pun berjalan mengambil alat tulis dan buku dimeja tamu. Lalu menuliskan sesuatu disana.
'Aku tunawicara dan tunarungu sejak kecil. Aku dan teman-teman ku dari panti asuhan, kami udah 2 bulan tinggal disini. Salam kenal namaku bintang'
"Oh ya, salam kenal juga. Nama gue wira" jawab wira dengan sedikit kaku.
"Sa, kayaknya gue nggak bisa lama. Gue harus balik kerja, nanti kalo kerjaan gue udah beres gue pasti bakal main kesini lagi"
"Oh gitu, ati-ati ya, bang"
"Iya" Wira lalu melenggang pergi keluar rumah angkasa dan bintang. Angkasa lantas mengantar wira kedepan.
"Jangan lupa makan tepat waktu, dijaga kondisinya"
"Sejak kapan lo jadi perhatian gini sama gue?"
"Mulai sekarang gue akan lebih perhatian sama lo, karena sekarang kita nggak lagi tinggal seatap. Dan gue mungkin bakal kesepian karena nggak ada lo dan hendra dirumah"
"Kalo gitu lo bisa sering-sering main kesini kok, bang. Tapi hubungin gue dulu, biar gue ada persiapan buat beres-beres rumah biar lo nggak lagi liat pemandangan kapal pecah kayak tadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]
Fanfic[lokal fiction] . Ada sosok pemuda yang begitu tegar melewati hari esok dalam lubang kegelapan usai kepergian sang ayah kepangkuan sang kuasa. Mana kala kesunyian tidak lebih buruk dari kebisingan, yang dia lakukan hanya mendengarkan isi hati nya s...