°•♥︎ 𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*.
.
.
Netra bulan sabit milik angkasa mulai bergerak, wira dan hendra yang menyadari hal itu segera mendekatkan diri untuk berada disamping ranjang angkasa menanti kesadaran adik kecil mereka. Perlahan mata cowok pipi bulat itu terbuka, ia mengerjap menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke retina, kemudian matanya bergulir melihat presensi kedua kakaknya yang berdiri disamping tempat tidur nya.
"lo udah bangun, sa?"
"ada yang sakit?" hendra dengan segala kepanikan nya setelah menerima kabar sang adik dilarikan ke unit emergency.
Pemuda bermata senyum itu menatap sekeliling dengan bingung, Hendra yang menyadari tatapan itu pun segera menjawab tanpa diminta.
"Lo lagi dirumah sakit. tadi subuh ada orang yang nemuin lo pingsan di jalan"
"Pingsan? Emang apa yang terjadi?"
Wira dan hendra terdiam tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Angkasa mengeryit mencoba mengingat apa yang terakhir terjadi pada dirinya sebelum ia berakhir diruangan putih ini.
.
"PAPA!"
.
"Papa... Gue mau ketemu papa!" Angkasa akan bangkit dari ranjang namun lengan nya dicekal lebih dulu oleh hendra.
"Lo mau kemana, sa?"
"Ketemu papa, gue kan udah bilang gue mau ketemu papa. Kemana papa? Biar gue cari kamar rawat nya"
Wira dan hendra menunduk menahan diri untuk tetap bisa berdiri tegak didepan sang adik meskipun hati mereka sendiri tengah remuk. Baru melihat angkasa dalam kondisi baik-baik saja sungguh membuat mereka berdua bersyukur, namun disisi lain mereka memikirkan bagaimana caranya mereka bisa menyampaikan kabar duka kepada angkasa sementara respon yang diberikan angkasa saja terlihat sangat berharap akan bisa melihat papanya kembali.
"Kemana papa!!"
"tenang dulu, sa. lo jangan kayak gini"
"Gue mau ketemu papa?! Lo berdua ngga berhak halangin gue!" Angkasa baru akan mencabut jarum infus yang menancap dipunggung tangan nya, namun wira dengan sigap mencekal pergelangan tangan angkasa untuk menghentikan aksinya.
"Lo baru aja siuman, sa. Seengga nya tunggu sampe keadaan lo bener-bener pulih"
"Engga, gue mau ketemu papa, bang" angkasa hampir akan beranjak dari tempat tidur tapi tenaga wira lebih kuat dari dirinya, angkasa tidak dapat melepaskan diri dari jeratan tangan wira membuatnya harus kembali terduduk diranjang.
"Mending lo turutin apa kata bang wira, sa. Ini juga demi kebaikan lo, kalo lo masih sakit lo ngga bisa temui papa, jadi lo harus sembuh dulu" bujuk hendra.
Kali ini angkasa menurut, ia membaringkan tubuhnya kembali, helaan nafas berat terdengar begitu lemah dari bilah bibirnya.
"Lo istirahat dulu ya, tadi dokter bilang lo habis demam tinggi gara-gara kehujanan " jelas hendra.
"Sekarang gimana? Masih pusing ngga kepalanya?" Hendra memegang dahi angkasa yang masih terasa hangat.
Si empu tak menggubris pertanyaan hendra, ia hanya terdiam dengan pandangan kosong kedepan, seolah jiwanya sedang melayang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]
Fanfiction[lokal fiction] . Ada sosok pemuda yang begitu tegar melewati hari esok dalam lubang kegelapan usai kepergian sang ayah kepangkuan sang kuasa. Mana kala kesunyian tidak lebih buruk dari kebisingan, yang dia lakukan hanya mendengarkan isi hati nya s...