ADBO 🌠 - 19

147 15 16
                                    

°•♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*

.

.

Sudah terhitung hampir 6 jam tubuh kecil nya terbujur lemah tak berdaya usai dilempar masuk kegudang tempat penyekapan.

Anak-anak lain hanya dapat menatapnya dan kembali menangis ketakutan, tangisan yang menggema di sudut-sudut ruangan mampu membangunkan angkasa dari alam bawah sadarnya.

Seorang pemuda dan seorang anak laki-laki pun menghampiri nya, pemuda itu terlihat menaruh khawatir pada angkasa yang baru saja terbangun dari pingsan, raut wajahnya tergambar samar akibat pencahayaan yang remang-remang di ruangan itu.

"Isshh... Sakit "

"Kakak nggak papa?"

Angkasa mengedarkan pandangan ke sekeliling berusaha mengais cahaya yang hampir tak terlihat dalam ruangan itu, gudang ini memang sangat gelap hampir tidak ada cela cahaya yang masuk keruangan dan membuat tempat ini pengap dan lembab.

"Ini dimana?"

"Kita lagi ada digudang bekas pabrik tua, kak, om-om tadi yang bawa kakak kesini" ucap seorang bocah 11 tahun yang terkurung didalam gudang gelap tanpa penerangan ini.

Angkasa memijat pelan kepalanya yang masih berdenyut sakit, Ia juga merasakan sakit di kaki akibat pukulan preman tadi yang mengenai tulang keringnya.

"Akh.. "

Mendengar erangan yang menyakitkan dari angkasa membuat salah satu anak menoleh kepada nya. "kak, itu kakinya kenapa bisa sampe kayak gitu ?"

Kedua kelereng kecil terpaku melihat memar dikaki angkasa.

"Nggak papa, ini karena jatuh aja tadi" angkasa menyakinkan si kecil dengan alibinya, tidak mungkin kalau ia mengatakan ia terluka karena pukulan preman.

Anak kecil itu masih menatap dengan tatapan polosnya, Tubuh kecil nan kurus terlihat jelas dari sebalik cahaya yang menembus lubang fentilasi. Melihat keadaan yang begitu memprihatinkan itu rasanya sakit dikakinya tidak lah sebanding dengan penderita 12 anak-anak kecil ditempat ini yang mengalami kondisi gizi buruk.

"Nama kakak siapa?" Atensi nya langsung mengarah pada seorang bocah yang baru saja bertanya.

"Angkasa"

Bocah mungil itu lantas menarik seorang pemuda untuk lebih mendekat pada nya, "Kenalin, Ini kakak ku, namanya kak bintang " bocah itu lantas menatap bintang dan angkasa secara bergantian, tetapi keduanya tak merasa ditatap penuh tanya oleh bocah itu.

"Kayaknya kalian berdua seumuran"

Angkasa alihkan pandangan nya mengarah pada pemuda yang masih setia berdiri diam didepannya. Berperawakan tinggi dengan mata hazel yang tajam, angkasa sedikit familiar saat melihat nya.

Melihat sendiri memar di kaki angkasa, bintang pun menyampaikan maksud nya lewat bahasa isyarat yang sayangnya tak bisa dimengerti oleh angkasa.

"Kata kak bintang, dia mau bantu periksa kaki kakak yang cidera itu, takutnya ada yang patah atau apa biar kak bintang kasih pertolongan dulu" seorang bocah menerjemahkan kata-kata bintang.

Pemuda bernama bintang itu mencoba mengecek kondisi kaki angkasa yang bengkak, tapi selanjutnya ia justru bangkit menuju ketumpukkan kayu.

Angkasa hanya menatap heran bintang yang dari tadi tidak mengeluarkan suara, dan justru menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.

Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang