ADBO 🌠 - 22

163 15 7
                                    

•♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*

.

.

Angkasa telah pulang dari rumah sakit, kakinya masih harus digips untuk sementara waktu. ia memandangi sekeliling rumah kontrakan sederhana milik tiga cowok yang sudah menolong dan memberikan nya tempat tinggal.

"Kalian tinggal bareng disini? Bertiga doang?" Angkasa bertanya-tanya sebab tidak menemukan penghuni lain selain mereka.

"Kami sebenarnya anak-anak dari panti asuhan. Kami memutuskan pergi dari panti berharap punya kehidupan yang lebih baik, ya walaupun nyatanya masih sama aja sampe sekarang" rion bercerita sedikit sembari merapikan sofa yang tersampir baju-baju kotor yang belum sempat ia cuci dari kemarin. Sungguh rumah kontrakan mereka seperti kapal pecah, karena dari mereka tidak ada yang pulang untuk mengurus kontrakan, sementara rion dan ardan tiga hari harus menginap dipanti untuk menjaga adik-adik, sedangkan atreya entah pergi kemana.

Ardan kembali dari kamarnya lalu menyerahkan kunci kamar kosong kepada angkasa.

"Nih kunci kamar lo. Mulai sekarang lo bisa tinggal disini, tapi inget nggak gratis, sebulan sekali lo harus nyumbang buat bayar kontrakan dan itu harus lo dapetin dari duit hasil jerih payah lo sendiri, nggak boleh nyolong atau ngerampok harus pakek duit halal"

Enak saja dikira angkasa orang kriminal kali bisa melakukan perbuatan tercela yang disebutkan oleh ardan barusan. Eh, tapi kan angkasa baru keluar dari penjara, itu artinya ia memang termasuk mantan kriminal. Tapi ia berakhir disana kan bukan karena merampok atau mencuri.

"Gue izinin lo tinggal disini cuma sampe kaki lo itu sembuh, setelah lo punya pekerjaan tetap dan bisa hidup sendiri silahkan pergi dari sini, cari tempat tinggal lain"

Ardan seperti nya sangat tidak suka dengan kehadiran angkasa dikontrakkan nya. Angkasa menyadari itu, ia juga tidak keberatan untuk pergi dari rumah mereka. Toh, ia juga tidak ingin terus-terusan merepotkan orang lain.

"Iya, iya. Setelah ini gue akan pergi. Lo tenang aja, gue nggak akan selamanya tinggal disini kok" ucap angkasa.

"Bagus itu, kebetulan gue juga punya kenalan dokter yang mungkin bisa nyembuhin kaki lo  dengan cepet, nanti gue kenalin" ardan kembali bersuara.

"Siapa?"

"Namanya raga, dia 2 tahun lebih tua dari gue. Gue udah hubungin dia tadi mungkin bentar lagi bakal datang kesini, dia lagi sibuk banget dirumah sakit. Magang jadi dokter spesialis tulang dan syaraf"

"Hebat banget bisa kenal sama dokter, kenalnya dimana? Dirumah sakit ya?" Tanya angkasa sambil mengedarkan tatapan pada ketiga cowok disekelilingnya sekarang.

"Enggak, kita temen dari kecil, waktu itu kita lagi ngamen di perempatan lampu merah dan kebetulan kita nyamperin mobil bang raga yang baru dijemput sekolah. Bang raga baik dan ramah, dia nyapa kita duluan dan minjemin mobil mainannya yang mahal-mahal itu ke kita" jawab rion mewakili ardan.

"Jadi si raga itu anak orang kaya ya?"

"Ya gitu deh, cuma nasib kita beda jauh. dia berpendidikan sedangkan gue dan adik-adik gue anak jalanan yang ngga punya orang tua. Bang raga hidupnya mapan, mau masuk kuliah kedokteran pun bakal mampu bayar nya" ardan masih sibuk menceritakan tentang raga yang ia kagumi akan ketulusan pemuda itu.

"Iya sih, fakultas kedokteran itu mahal, untung nya abang gue punya otak cerdas makanya dia bisa dapet beasiswa masuk perguruan tinggi, jadi ya lumayan buat meringankan beban ortu"

Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang