ADBO 🌠 - 25

93 17 29
                                    

°•♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*

.

.

Sepulang dari rumah sakit kondisi angkasa justru tak kunjung membaik. Ini disebabkan karena ia memakan makanan yang seharusnya menjadi pantangan nya. Sebelum memakan obat yang ia beli diapotek, angkasa sudah terserang demam. Ia harus terbaring dikamar sepanjang waktu, ditemani sakit yang mendera sekujur tubuhnya saat ini.

Rion masuk dengan sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan obat resep dari apotek yang ia beli kemarin. Ia mendaratkan pantatnya dipinggir kasur sebelah angkasa. "Bang gimana kondisi lo? Masih nggak enak? Gue buatin bubur nih. Makan dulu yuk"

"Gue nggak selera makan, ri. Lo pergi aja" angkasa membalikkan badan nya, memunggungi Rion.

"Bang, maafin gue udah buat lo kayak gini. Ini salah gue, andai aja gue nggak ajak lo makan— "

"Udah gue bilang ini bukan salah lo, imun tubuh gue aja yang lemah" ucap nya pelan. Sebenarnya banyak penyebab yang mempengaruhi kondisi kesehatan nya. Selain alergi itu, angkasa masih memikirkan soal pertemuan nya dengan Hendra dirumah sakit.

Apa selama ini ia sudah membebani Hendra terlalu keras sampai-sampai pemuda itu bahkan sudah tidak ingin peduli lagi pada nya. Sisa kecewanya pada Hendra masih membekas sampai sekarang, dan itu membuat angkasa sampai drop.

Helaan nafas keluar dari bibir Rion.
"Gue tinggal di sini ya makanan nya. Jangan lupa dimakan"

Sebelum akhirnya Rion memilih pergi meninggalkan angkasa di kamar seorang diri.

.

Usai kepergian Rion dan Ardan dari kontrakan. Kini tersisa lah angkasa dan bintang. Bintang tak berangkat kerja karena ia ingin menjaga angkasa yang sedang sakit.

Saat ini ia sedang ada di ruang tamu, menghitung uang hasil semir sepatu kemarin yang jumlahnya tak seberapa itu.

Sementara disisi lain, angkasa memutuskan bangkit dari baring nya. Kepala nya masih pening, tubuhnya juga lemas seakan tidak ada energi untuk meninggalkan kasur. Ia berniat untuk mandi karena tubuhnya terasa lengket karena dari kemarin hanya terus berbaring dikasur. Sebelum berdiri, angkasa tatap jendela kamarnya yang terbuka lebar. Suasana langit yang nampak gelap, hembusan angin yang menerpa kencang, dan guntur yang terdengar dari kejauhan.

Angkasa lelah berulang kali menghalau mendengaran nya agar tak mendengar sautan petir yang lagi-lagi bukan hanya mengganggu pendengaran tapi juga jiwa nya yang sudah lama koyak sejak kejadian itu.

Langkah angkasa perlahan mendekati lemari tempat pakaian nya tersimpan. Memang tatanan baju angkasa tidak serapi saat ia masih menempati rumah milik adirajasa, dulu mama yang akan selalu merapikan lemari baju nya, sekarang angkasa harus merapikan nya sendiri. Tidak dibantu oleh siapapun.

"Rasanya males banget mau beres-beres" monolog angkasa saat ia tengah sibuk mencari pakaian ganti. Namun saat ia akan mengambil baju yang sedang ingin ia pakai, baju itu ada tengah-tengah tumpukan baju lain. angkasa pun menarik baju nya sekuat tenaga dan membuat tumpukan baju nya yang lain justru berjatuhan kelantai.

Angkasa dengan wajah cengo lantas mengumpat.

"Anjing, nambahin pekerjaan gue aja" cowok itu mengusak rambutnya frustasi. Sebelum ia membungkukkan badan memungut baju-baju nya yang berjatuhan di atas lantai. Namun saat itu lah ia tak sengaja melihat laci besar dibawah lemari nya sedikit terbuka. Sebenarnya sudah lama juga angkasa penasaran dengan isi didalam laci itu, tapi ia diminta agar tidak pernah membuka nya oleh penghuni kontrakan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang