♥︎𝕬𝔫ᦋ𝕜𝖆𝔰ꪖ d̷𝖆𝔫 𝕭i̴᭢ᡶ𝔞𝖓g҇ ♥︎•°
*°•♥︎. 𝕺ɾισɳ .♥︎•°*.
.
Siang ini rumah terasa sepi, semua orang pergi dengan kesibukan nya masing-masing. Wira yang telah menerima pekerjaan di perusahaan pengiriman barang dan Shara serta sang adik yang membuat kue-kue tradisional untuk dijual ke pasar.
Bisa dikatakan hanya eyang dan angkasa yang sering berada dirumah, angkasa yang selalu berdiam diri dikamar sementara eyang menekuni jahitan baju sebagai bentuk pekerjaan sampingan.
Angkasa berjalan kedapur untuk membuat makanan saat perut nya meminta diisi. ya setidaknya yang bisa ia lakukan hanya lah membuat nasi goreng dengan bahan seadanya. Mama memang tidak meninggalkan masakan apapun karena tadi pagi mereka cukup buru-buru, jadi angkasa berinisiatif untuk membuatkan makanan untuk dirinya dan eyang. Itu pun kalo eyang sudi memakan masakan dari nya.
Angkasa menghampiri eyang dengan ragu-ragu, tapi ia memantamkan hati untuk berhadapan dengan wanita itu.
"Eyang makan dulu yuk, angkasa udah buatan nasi goreng didapur"
Namun entitas nya tidak dihiraukan sama sekali, seolah berdirinya angkasa hanya bagai makhluk tak kasat mata. Meski begitu angkasa masih ada ditempat nya tidak beranjak sama sekali, seolah menunggu eyang bangkit dan ikut makan dengannya walau tahu itu tak mungkin.
Ditengah keheningan yang semakin menambah kecanggungan itu, terbesit dalam benak nya untuk bertanya perihal maksud perkataan eyang kemarin. Ia sangat ingin tahu alasan dibalik ucapan menyakitkan eyang tentang ia hanya anak buangan, barang kali itu akan menjawab rasa penasaran angkasa tentang mengapa eyang sangat membenci nya.
"Eyang"
Angkasa memilin ujung bajunya dengan gugup.
"Apa maksud eyang kemarin kalau aku anak buangan?"
Wanita paruh baya asal jogja itu menghentikan mengayuh mesin jahit untuk tertoleh kearah entitas angkasa. Angkasa berusaha berpikir positif selama ini, mungkin saja eyang mengatakan hal itu karena beliau memang tak suka padanya.
"Kamu sebenarnya bukan anak kandung putri saya, dulu shara mengadopsi kamu karena dia baru saja kehilangan anaknya, dia sangat terpukul dan berpikir untuk mengadopsi seorang anak walau saya tidak mengizinkan nya. Jadi keberadaan kamu itu hanya sebuah pengganti untuk melengkapi kekosongan, bukan keinginan. Dari awal kamu hanya anak yang tidak diharapkan oleh orang tua mu, anak saya hanya kasihan pada kondisi kamu yang lemah saat itu, jadi dia membawa mu dari panti asuhan sampai kesini"
Bagai petir yang menyambar siang hari, angkasa Benar-benar tak menduga fakta yang dikatakan oleh eyang akan sesakit ini. Angkasa memang sudah memantapkan hati untuk mendapat lara saat bertanya hal itu, tapi angkasa tidak menyangka kalau pikiran buruknya selama ini benar. Ia memang anak tiri, pantas saja rasanya tak ada yang benar-benar sayang padanya. angkasa rasa yang kali ini ia bisa percaya pada eyang sebab orang yang membenci akan berkata kebenaran dengan harapan agar ia pergi dari hidup nya.
"Nga-nggak mungkin"
"Bukan cuma mama kamu, bahkan semua keluarga juga tahu kalo kamu itu cuma anak pungut" ujar eyang seraya mencari posisi yang pas untuk menjahit beberapa bagian baju.
"Termasuk bang wira sama bang hendra?"
Kali ini wanita paruh baya itu tidak menjawab dan hanya diam tanpa kejelasan. Angkasa menggeleng cepat ia masih sulit menerima fakta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Bintang Orion [Slow Update]
Fanfiction[lokal fiction] . Ada sosok pemuda yang begitu tegar melewati hari esok dalam lubang kegelapan usai kepergian sang ayah kepangkuan sang kuasa. Mana kala kesunyian tidak lebih buruk dari kebisingan, yang dia lakukan hanya mendengarkan isi hati nya s...