Begitu keluar dari lift apartmen, fort kembali meraup bibir peat dan di balas oleh pria itu. Keduanya bercumbu dan menimbulkan suara- suara aneh di lorong itu.
Fort membuka pintu tanpa melepaskan tautannya dari peat, begitu pintu terbuka fort langsung menganggat tubuh peat ala koala dan menutup pintu dengan cara menendangnya.
Tubuh peat di dudukkan di dapur. Fort melepaskan tautannya dan membuka baju peat serta baju miliknya.
Kemudian kembali menggendong tubuh itu menuju sofa. Mereka saling melumat dan menghisap di sana.
Ciuman fort turun ke leher, meninggalkan bekas untuk kesekian kalinya. Lidah fort menjilat leher itu, turun ke area dada dan memainkan dua choco chips yang berwarna sedikit kecoklatan.
Tubuh peat semakin menegang saat lidah hangat itu menyentuh dan menghisap bukit kembarnya.
"Aahh, jangannh di gigitt...." keluh peat saat fort menarik dan menggigit choco chips nya.
Fort terus menerus mencumbui tubuh peat, saat merasa cukup fort berdiri dan menarik celana peat.
"Angkat pantatmu..." pintanya dan diikuti peat.
Tangan besar itu memenang peat kecil yang sudah berdiri dan sedikit basah. Lalu menggerakkannya membuat sang empu mendesah keenakan.
"Sangat kecil...." ucap fort terkekeh melihat leat kecil. Peat tidak memedulikan ucapan fort dan terus mendesah sambil menggigit bibirnya sesekali.
Tangan fort turun dan menyentuh titik sensitif milik peat. Tubuh itu mengejang dan pinggulnya terangkat.
Fort terus bermain di lubangnya, memasukkan satu persatu jarinya dan membuat peat berteriak keenakan.
"Aku akan memulainya...." ujar fort, mengambil satu kecupan sebelum membuka celana miliknya.
"Dimana kondomnya...?" Tanya peat, membuat fort yang baru saja membuka resleting celananya menoleh.
"Di bawah bantal...." jawab fort menunjuk bantal sofa yang peat kenakan.
Peat berbalik dan mengangkat bantal itu, dan terperangah melihatnya.Peat berpikir apa pria itu sudah sering melakukannya ? Begitu banyak pengaman dan ukurannya...
"What...?" Gumam peat melihat ukuran kondom yang ada di tangannya itu.
"Uih..." ucap peat kaget saat fort membalik kembali tubuhnya. Matanya membelalak melihat batang besar hitam yang sepertinya sangat siap untuk memasukinya.
Fort tak mengatakan apapun, ia menindih tubuh peat dan membuka bungkus permen itu menggunakan mulut, sebelum melumat bibirnya kembali.
"Ah, tahan sebentar. Ini akan terasa sakit..." ucap fort pada peat.
Peat sendirj sudah merinding dan takut melihat benda itu, ia baru kali ini melihat ukuran sebesar itu. Peat mendesah dan meracau saat batang itu mencoba meneroboh miliknya.
"Ah, sa–sakithh...." adu peat. Fort juga mengerang karena titannya kesulitan untuk masuk.
Fort mencium peat dengan lembut agar pria itu tenang. Ia bisa sakit memasukkan titannya dengan sekali dorongan, namun ia tidak mau memaksa.
Merasa peat sudah sedikit tenang, karena milik pria itu juga sepertinya melemah membuat kepala titan fort masuk sedikit.
"Arghhh,,," teriak peat dan fort bersamaan. Peat memeluk tubuh fort erat dan mencakarnya.
"Tenanglah,,,," ucap fort dan mengerang karena lubang itu menjepit miliknya sangat erat.
"Gerakin pen*s nya...." pinta peat namun fort tetap diam .
"Aku tidak bisa bergerak jika kamu masih tegang begitu baby...." ucap fort membuat peat menarik napas panjang agar tenang.
Jika ia tidak tenang, maka yang tersiksa bukan hanya fort tapi dirinya juga.
.
Fort mengerakkan dan menggoyangksn pinggulnya dengan pelan, mencoba membuat milik peat terbiasa dengan gerakannya."Lebih cepathh...." pinta peat lagi, ia harus bekerja besok pagi dan pergulatan ini tidak mungkin selesai jika pria di atasnya sangat lamban.
"Akuh menyuruhmu untuk lebih cepathh ahh...." ucap peat marah dan mendorong tubuh fort hingga penyatuan mereka terlepas.
Fort terduduk di lantai karena dorongan itu membuat peat bangkit dan merasa bersalah. Ia berdiri dan berniat membantu fort, namun fort mendorongnya dan menyuruhnya untuk menungging.
Tanpa aba-aba, fort memasukkan titannya ke dalam lubang milik peat dengan sekali dorongan, membuat peat berteriak dan menjeritan kesakitan.
Fort memaju mundurkan pinggulnya cepat dan kasar, hingga menimbulkan suara penyatuan dari tubuh mereka.
Peat tidak berhenti berteriak dan mendesah, fort tidak memberinya ampun dan terus menggempurnya dengan kecepatan full.
Kali ini ia tidak lagi menungging dan bertopang pada meja, ia kembali tidur terlentang di sofa dengan fort yang terus menubruknya.
Suara tangisan dan teriakan tadi berubah menjadi desahan dan suara kenikmatan. Peat sangat menikmati permainan ini, apalagi wajah fort yang dipenuhi keringat terlihat sangat seksi baginya.
Mereka terus melakukannya dan berpindah- pindah tempat serta posisi. Entah sudah berapa kali mereka berpindah tempat, hingga mereka melakukan permainan panas itu di ranjang.
Suara penyatuan dan decitan ranjang yang bergesekan itu terdengar merdu dan membuat libido pria bongsor itu semakin menjadi- jadi.
"Ah ahh haaahh, aku akan sampai....." fort mengerang saat hampir mencapai puncaknya. Peat yang mendengarnya lega karena fort baru keluar satu kali, sementara ia mungkin sudah 3 atau 4 kali.
Fort memeluk tubuh peat erat saat cairan miliknya keluar, ia juga menatap peat dengan mata sayunya sebelum melumat bibir yang sudah menjadi candunya.
Peat pikir permainan itu sudah selesau, namun fort kembali memasukkan batangnya yang sudah di bungkus pengaman yang baru.
"Ah mmphh, aku harus pulang...." ucap peat saat fort kembali menubruk miliknya.
Fort tidak mengatakan apapun dan terus menggoyangkan pinggulnya. Kali ini peat merasa permainan fort sedikit lebih kasar dari sebelumnya, bahkan tubuhnya ikut terpental dan bergerak cepat mengikuti gerakan fort.
Fort membalik posisi mereka dimana peat berada di atas perutnya.
"Bergerak..." ucap fort terdengar memerintah, peat merasa perutnya terisi sangat penuh dan lebih nikmat karena seluruh batang besar itu masuk ke tubuhnya.
Peat menggoyangkan pantatnya membuat pria yang berada di bawah mendesar dan mengerang kenikmatan.
Merasa cukup, peat menggoyangkan pinggulnya maju mundur , atas bawah hingga menimbulkan suara penyatuan yang lebih merdu.
Fort mengangkat bokong peat dan menggerakkan pinggulnya cepat. Peat hanya bisa berteriak dan mendesah merasakan permainan fort.
Entah berapa kali fort pelepasan, pengaman yang berada di kotak itu sudah habis. Dan plastik permen itu ada di mana-mana, bahkan mereka tidak sempat membersihkan tubuh dan tertidur.
Peat benar- benar tidak tau, ia ketiduran karena lelah. Saat bangun fort masih menggempur lubangnya dengan posisi berbaring dan memeluknya dari belakang.
Peat tidak sempat mengatakan apapun karena ngantuk dan lelah, namun ia melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 07:39.
.
.
.
.
T. B. C