Happy Reading
.
.
.
.
.Sejak kejadian sebulan yang lalu, dimana pertengkaran hebat itu terjadi di ruang kerja net. Kehidupan persahabatan mereka juga bagai angin yang berhembus.
Saat kejadian itu, peat marah besar pada net dan tak pernah lagi berhubungan dengannya. Ia bahkan memutuskan memblokir kontak net, peat berusaha meminta maaf dan mengajak james berbicara namun rasa sakit pria itu belum sembuh.
James terus menghindari peat, ia juga tidak membiarkan peat masuk ke rumahnya. Noeul ? Sahabatnya yang satu itu tidak tahu menahu soal masalah keduanya karena memang mereka tak ingin menambah beban noeul.
Noeul juga saat ini tinggal di rumah orang tuanya karena hubungannya dan boss yang semakin ruam.
#################
Fort sudah seminggu lebih tidak masuk kantor karena harus menjaga dan merawat peat yang sakit. Fort tetap peduli pada kekasihnya meskipun rasa kecewanya masih membekas mengingat alasan peat menjadi seperti ini.
Pada hari kejadian itu, peat pulang dengan wajah berantakan dan pipi yang memerah, sudut bibirnya sedikit terluka akibat tamparan james. Fort yang kebetulan sudah pulang kantor pun terkejut dan khawatir melihat penampilan peat-nya.
Peat tidak mengatakan apapun, ia dengan tatapan kosongnya masuk ke dalam kamar mandi dan mengabaikan kehadiran fort.
Cukup lama peat berada di dalam sana hingga membuat fort semakin khawatir, namun semenit kemudian peat keluar dan memutuskan untuk tidur. Fort tidak mengatakan apa-apa karena paham keadaan peat sekarang.
Darimana fort tau ?, saat berangkat bersama james tadi kebetulan peat memakai tas yang berisi alat penyadap suara yang fort pasang sebelum-sebelumnya jika ingin menjebak musuhnya.
Fort juga tidak tau jika peat akan memakai tas tersebut karena tas itu sangat jarang peat sentuh. Makanya fort menaruhnya di sana.
Merasa penasaran dengan yang terjadi, fort mengeluarkan ponselnya dan memutar rekaman suara yang tersimpan otomatis pada ponselnya.
"Kenapa sakit sekali ?apakah aku harus marah seperti james ?atau menyimpannya sendiri ?" Ujar fort dengan suara tertahan sembari memegang dadanya yang terasa sesak.
"Haruskah aku melenyapkan net atau melenyapkan kalian berdua ?" Gumam fort dan berjalan ke arah kamar dimana peat berada.
Tangan itu mengepal kuat, matanya menatap pria yang sedang tertidur dengan tajam, sendu. Di dudukkannya tubuh itu di ranjang tepat di samping peat.
"Selama ini aku diam saja saat mengetahui bahwa kamu bekerja sebagai penghibur. Aku tidak marah atau berlaku kasar padamu karena aku mencintaimu, aku percaya dan yakin jika kamu akan berubah" ujar fort menatap peat dalam dan mengusap surai rambutnya.
"Tapi hari ini...."
"Hari ini pria yang kucintai benar-benar menghancurkanku. Apakah aku masih bisa mencintaimu peat ?" Sekali lagi fort mengatakan hal tersebut, air matanya sudah tidak bisa ia tahan.
Sore itu fort terus menangis, ia memutuskan untuk kembali ke apartmentnya tanpa pamit ke peat.
##########
Fort benar-benar kacau. Ia tidak masuk ke kantor selama seminggu atau bekerja di rumah sehingga selama 3 hari ia mendapat ocehan dari sang ayah.
Fort menghindari semua orang, pertandingan besar dan penting juga ia lewatkan karena tidak ingin bertemu siapapun termasuk net temannya ?
Peat yang selama seminggu itu juga terus menelponnya namun tidak dihiraukan.
James masih tinggal bersama net, hanya saja james tidak pernah keluar dari kamar dan mengunci kamarnya . Awalnya net tidak peduli namun mengetahui james tidak makan apapun selama seminggu dan mengurung diri di kamar membuat hati kecilnya merasa tidak tega.
Net tidak tau jika james akan seterpuruk ini mengetahui tentang kebenarannya, hanya saja net tidak benar-benar berniat seperti itu.
Ia hanya ingin membalas dendam dan membuat peat merasa menyesal karena menyakitinya. Ia ingin peat merasakan apa yang ia rasakan dan kejadian itu benar-benar di luar perkiraannya.Ia menghancurnya hati orang yang ia sayangi dan cintai karena egonya. Beberapa kali net mendapati peat datang ke rumahnya untuk meminta maaf tapi james tidak pernah membuka pintu.
Net juga tidak bisa membantu apapum, jika ia membujuk james maka hati kekasihnya akan semakin hancur dan jika ia mendekati peat maka pria itu akan semakin membencinya.
"Apa kamu makan dengan baik saat aku tidak ada, hm ?lihat lah pipimu semakin tirus dan tubuhmu semakin kurus" gumam fort pada peat yang kini tertidur sambil memeluknya.
Fort mencium kening peat lama, dapat fort rasakan panas tubuh kekasihnya belum juga turun dari 3 hari yang lalu.
"Maaf karena phi pergi tanpa mengatakan apapun, maaf karena menyakitimu" ucap fort
Peat yang merasakan kehadiran fort bergerak gelisah, keningnya mengkerut dan suhu tubuhnya semakin tinggi.
"Baby ,tenanglah !! Phi disini, phi tidak kemana-mana" fort berusaha menenangkan.
"Phi fort ~~ james maafkan aku" gumam peat dalam tidurnya.
"Phi sudah memaafkan mu sayang" entah peat bisa mendengarnya atau tidak, tapi fort tetap menyahuti apapun yang peat katakan.
"Jangan tinggalin aku phi, jangan tinggalin aku"
Peat terus menggumam , berteriak menangis membuat fort sedikit kualahan tapi ia tetap berusaha sabar dan mengerti kondisi peat.
"Sayang !! Phi ada disini, phi fort ada di sini" lagi-lagi kata-kata itu keluar dari mulut fort.
Mata yang semua terpejam perlahan terbuka, menatap fort dengan tatapan rindu.
"Phi – phi fort ?" Tanya peat, fort mengangguk dan tersenyum.
Peat lalu menarik fort kedalam pelukannya, sangat erat seolah tidak membiarkan pria itu pergi meskipun hanya sedetik.
15 menit lamanya peat memeluk fort dan menangis tersedu-sedu, akhirnya tertidur juga. Tapi fort tetap tidak bisa bergerak bebas karena pelukan peat sangat erat memeluknya.
Wajah pria itu terbenam di dada bidang fort, fort yang memang tidak memakai atasan dapat merasakan hembusan napas panas peat serta suhu tubuhnya yang perlahan turun.
Fort benar-benar merawat peat dengan baik, ia bahkan memastikan peat benar-benar tenang sebelum pergi ke kamar mandi ataupun ke dapur.
"Phi fort !!" Teriakan dari dalam kamar membuat langkah fort semakin cepat.
Ia baru saja masuk keluar dari kamar mandi dan mendengar tangisan serta teriakan kekasihnya.
"Baby ~~ hei !! phi tidak pergi , phi hanya ke kamar mandi" ujar fort lembut dan memeluk peat sayang.
Peat tidak mengatakan apapun lagi dan hanya membalas pelukan fort.
Helaan napas lega fort rasakan ketika peat kembali memasuki alam mimpi, mengurus peat cukup menguras tenanganya tapi fort tidak pernanh mengeluh ataupun marah.
Melihat peat seperti ini saja menyakitkannya, lalu bagaimana bisa ia menyakiti hatinya ?
"Apakah phi jahat jika menginginkanmu seperti ini saja ?phi tidak ingin kamu berhubungan dengan pria lain ataupun net lagi. Jadi bolehkan phi egois kali ini ?"
"Mmmmmm" erang peat dalam tidurnya.
"Apa kamu sedang memarahi phi, sayang ?" Tanya fort sedikit terkekeh, terlebih melihat raut wajah peat yang menurutnya lucu dengan kening yang mengkerut, bibir yang mengerucut serta mata yang seperti dipaksa agar tertutup.
.
.
.
.
.
.T. B. C
Hujat aja, engga apa-apa kok !😁😁