No

771 42 9
                                    

"Sayang !! Kamu jadi kan ikut ke pertandingan phi malam ini ?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut pria yang bernama boss.

"Iya phi, tapi aku boleh ngajak peat dan james juga kan ?" Tutur noeul menanggapi.

Boss melempar senyum pada kekasihnya yang tengah sibuk menyantap sarapannya.

"Tentu saja boleh, nanti phi akan memberitahu fort kalau kalian akan datang. Sekalian phi ingin mengenalkanmu pada mereka" balas boss dan hanya di angguki oleh noeul.

Terdengar suara klason mobil dari luar, membuat noeul langsung membereskan tempat makannya dan berpamitan pada boss.

"James sudah datang, kalau begitu aku berangkat dulu phi " pamit noeul sedikit berlari.

Setiap harinya noeul memang akan berangkat bersama james karena selain rumah mereka yang searah, fakultas keduanya juga tidak terlalu jauh. Berbeda dengan peat yang tinggal dekat fakultasnya dan yang pasti jarak fakultasnya yang lebih jauh.

"Ohiya noeul, malam ini aku ingin mengajakmu bersama peat ke suatu tempat. Bisa ka ?" Ucap james memecah keheningan di dalam mobil.

Noeul mendengarnya, hanya saja ia tidak langsung memberi jawaban pada sahabatnya karena malam ini ia sudah berjanji pada kekasihnya.

Peat berpikir beberapa detik dan kembali sadar saat suara james kembali menginterupsinya.

"Noeul ? Ada apa ?" Tanya james melirik temannya dan kembali fokus menyetir.

"Mmm !! Maaf james, bukannya aku tidak mau hanya saja aku sudah berjanji pada phi boss untuk ikut menemaninya balapan" jawab noeul dengan nada bersalah

James hanya terkekeh mendengar jawaban temannya, entah apa yang ada dipikiran saat melihat wajah yang mirip bayi kucing. Padahal james hanya bertanya dan tidak memaksanya juga.

"Pertandingan ? Di jalan Sraxxxxxx ?" Tanya james memastikan sesuatu.

Noeul mengangguk, menoleh pada james dengan wajah yang seolah mengisyaratkan "kok tau"

"Kenapa bisa ?, jangan bilang kalau kamu....-"

"Aku juga ingin mengajakmu ke sana, sekaligus mengenalkan seseorang padamu " ucap james

"Ooo " jawab noeul singkat
Itu juga menjadi akhir dari obrolan mereka karena keduanya sudah sampai di kampus.

----
Peat baru saja keluar dari toilet dan berhenti di depan kaca yang tersedia di sana. Mencuci tangan dan membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar.

Dengan mata sedikit tertutup, tangannya meraba dinding mencari tissu yang khusus untuk wajah.

Peat tidak menyadari kehadiran seseorang yang tersenyum manis sambil menatapnya. Tangan peat terus meraba dinding mencari tissu namun tak menemukannya.

"Ckk, mana sih !! Perasaan tadi ada deh" kesal peat karena tak kunjung mendapatkan tissu.

Fort !pria yang berdiri di hadapan peat itu terkekeh melihat wajah lucu peat yang sedang kesal . Fort juga menjahili peat dengan menyembunyikan barang yang di cari peat.

Peat yang sangat kesal-pun melap wajahnya dengan tangan. Perlahan matanya terbuka dan memperlihatkan iris cantik berwarna coklat terang.
Tak hanya itu saja, peat juga membulatkan matanya karena terkejut melihat pria di hadapannya.

Jarak wajah mereka begitu dekat, sehingga peat dapat melihat tekstur wajah lembut, rahang tegas dan ketampanan fort dengan teliti.

"Kamu ? Apa yang kamu lakukan disini ?" Tanya peat menjauhkan tubuhnya

"Tentu saja untuk menemuimu ?" Balas fort dengan senyum tengilnya.

"Tapi aku tidak mau melihatmu "jawab peat.

Entah apa yang ada di otak fort, bahkan peat tak berekspresi pun terlihat lucu dan menggemaskan di matanya.
Tanpa persetujuan dari pemiliknya, fort mendekat dan mencuri ciuman pada bibir peat.

Tidak seperti adegan pada film-film romansa yang akan diam atau pasrah saat bibirnya tiba-tiba di cium.

Tangan peat dengan reflek terangkat dan meninju wajah tebal fort. Fort tidak terkejut atau marah atas perlakuan peat, ia malah terkekeh saat tak sengaja melihat bibirnya yang berdarah melalui cermin.

"Pukulanmu sangat nikmat, sama seperti saat kamu menggoyangkan pinggulmu di atasku" goda fort vulgar yang membuat peat menatapnya aneh

"Gila" sindir peat lalu berbalik meninggalkan fort.

Fort tentu saja tidak membiarkan hal itu terjadi, ia sudah rela membolos dari kelas demi menemui peat . Meskipun ia sudah sering membolos hehehe

Tangan peat di cengkram kuat, ditarik dan tubuhnya di dorong ke dalam bilik toilet. Peat merasa tubuhnya remuk karena menabrak tembok cukup keras.

Fort ikut masuk ke dalam dan mengunci pintu.
"Kenapa pakai dikunci segala ?" Tanya peat ketus

"Jangan berpura- pura ,sayang !!" Jawab fort mendekat kepada peat.

"Brengsek !! Jangan macam -macmmhhp"

Belum selesai berbicara, bibir tipis peat sudah dibungkam oleh bibir tebal milik fort. Bibir itu menghisap kuat bibir miliknya dan menimbulkan suara kecapan, belum lagi lidah keduanya yang saling bertarung.

"Mmhhlepas " ucap peat menjauhkan tubuh fort, tapi fort kembali menyambar bibirnya

Tangan nakal fort juga tidak tinggal diam, tangan itu bergerak masuk ke dalam baju peat dan mengusapnya, membuat peat melenguh apalagi saat jari fort bergerak memilin nipelnya.

Peat mendorong kuat tubuh fort sampai menabrak pintu, tatapan mata pria itu berubah tajam dan dengan cepat mendekati pria manis yang kelagapan.
Fort mencengkram leher peat dan membuat peat meronta karena sulit bernapas.

Suara-suara bising diluar membuat fort menutup mulut peat dengan tangannya, kemudian berbisik pada pria manisnya.

"Jangan melawan atau semua orang akan tau, lalu tersebar berita yang pastinya akan menghancurmu " ancaman fort tentu saja mempengaruhinya dan membuatnya menuruti kemauan dari pria gila itu.

"Mmhhh" lenguh peat saat tangan tak berpendidikan fort masuk ke dalam celananya, meremas adiknya.

Tubuh peat mengejang saat tubuh fort ikut bergerak dan membuat milik keduanya saling bergesekan. Mulutnya tak bisa bergerak karena bibirnya di bungkam.

Ciuman, lumatan dan hisapan bibir mereka itu cukup lembut karena tak ingin orang-orang yang diluar mendengarnya.

"Mmhh aahh, ja-jangan di sini" pinta peat setelah fort melepaskannya karena hampir kehabisan napas.

Peat juga berbisik dan memohon agar fort melepaskan cengkramannya pada lehernya. Sungguh !! Saat ini peat merasa ajalnya akan segera tiba jika fort tak melepaskannya.

.
.

Peat menangis di pelukan fort saat keduanya baru saja ambruk akibat pertarungan yang mereka lakukan selama 1 jam lebih.

Bukan !! Bukan karena peat merasa kotor atau jijik, ia menangis karena tidak masuk kelas. Padahal dosen yang mengajar adalah salah satu dosen killer dan tak menerima alasan apapun, dan sangat sulit untuk memberikan nilai jika mahasiswa tidak mengikuti mata kuliahnya.

"Ini semua karena phi !!! Karena phi, aku harus melewatkan satu mata kuliah" isak peat sambil memukul pelan dada fort.

Bagi fort hal itu sangatlah mudah, ia bisa menyuruh ayahnya mengatasi masalah peat. Namun fort tak mengatakan apa-apa dan hanya memeluk peat.












*
*
*
*
*

T. B. C

See you next chapter

Bad Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang