enjoy!
***
Wisnu memelankan laju mobilnya dan menghentikannya tepat di depan rumah bergaya eropa modern klasik dengan ciri khas didominasi oleh warna putih dan memiliki banyak jendela. Rumah tersebut memiliki luas dua kali lipat dari rumahnya.
Teressa yang duduk di sampingnya bergerak membuka seatbelt-nya dan bersiap untuk turun karena sudah sampai di depan rumahnya.
Gadis itu memberikan senyumnya sebelum turun, "Thank you for the ride, Wisnu."
Wisnu mengangguk seraya tersenyum kecil, "As I should, Re."
Namun, rupanya gadis itu belum ingin keluar dari dalam Mercedes Benz Wisnu. Gadis itu masih betah menatap pria di depannya yang seperti biasa terlihat tenang dan diam.
Gadis itu ingin menikmati waktunya sedikit lebih lama lagi dengan pria tersebut karena mungkin ini yang terakhir. Tentu saja ia tidak berharap demikian. Namun sepertinya tidak berlaku sebaliknya.
<flashback>
"Wisnu."
Wisnu menghentikan gerakan tangannya yang tengah memotong steik ketika Teressa memanggilnya. Janji yang dimaksud Wisnu adalah janji dinner bersama Teressa.
"Iya?"
Teressa terlihat menegakkan tubuhnya, membetulkan posisi duduknya. Gadis itu menatap langsung pada kedua mata sang pria yang duduk di hadapannya. Gadis itu berujar, "Wisnu, mungkin ini terlalu cepat atau bisa jadi mungkin ini waktu yang tepat. I just want to make sure, kamu ingin hubungan kita ini ke depannya gimana? I want to make it all clear, agar apa yang kita jalani ke depannya nggak sia-sia." ujar Teressa dengan lancar mengatakan hal yang tidak biasa diungkapkan langsung oleh pihak perempuan.
Teressa ingin meminta kepastian mengenai hubungan mereka. Keduanya bukan lagi remaja dua puluh tahun-an yang dapat melalui masa PDKT berlama-lama tanpa kepastian yang jelas. Teressa serius mengenai hubungannya dengan Wisnu. Jika pria itu memang ingin serius dengannya, maka ia harus mengatakannya dengan jelas pada Teressa.
Wisnu terkejut dalam diamnya. Ia tidak mengira akan diajukan pertanyaan demikian oleh Teressa. Gadis itu sungguh to the point dan sangat berani hingga membuatnya kehilangan kata-kata.
Namun, bagaimanapun Wisnu harus menanggapinya dengan jelas. Wajar jika gadis itu bersikap demikian, mengingat mereka sudah sebulan lebih mencoba mengenal satu sama lain. Bagi sebagian besar orang, waktu tersebut terhitung sangat singkat untuk mengenal satu sama lain. Namun, bagi keduanya itu sudah cukup untuk menentukan hubungan ini ke depannya akan dibawa kemana.
Wisnu meletakkan garpu dan pisau yang semula masih ia genggam. Pria itu diam sebentar, menata kata-kata.
Wisnu menghirup napas dalam-dalam sebelum akhirnya menatap Teressa sambil tersenyum kecil dan berkata, "Aku ngerti maksud kamu, Teressa. Kita berdua memang sama-sama ada di umur dimana tidak ada waktu untuk bermain-main." jelasnya. "Aku senang berkenalan dengan kamu. Kamu baik, sopan, dan perempuan yang hebat. Aku kagum sama kamu. Tapi mohon maaf, perasaan aku hanya sebatas itu. Untuk saat ini dan tidak tahu kapan, aku nggak bisa menjanjikan apapun ke kamu."
Wisnu menggerutu di dalam hati. Pasti dia terdengar seperti pria brengsek takut komitmen yang hanya berkenalan dan meninggalkan tanpa kejelasan. Pasti dia terlihat payah. Tetapi dia harus jujur. Untuk saat ini memang dirinya tidak bisa menjanjikan apa-apa terhadap Teressa. Ia tidak mau memaksakan dan memalsukan perasaannya. Mungkin ini terdengar seperti pembelaan. Namun, begitulah adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready to Love? [COMPLETED]
FanfictionWisnu adalah laki-laki yang tinggal di seberang rumahnya yang ia tidak tahu akan menjadi sosok abangnya yang ketiga, seperti tidak cukup dengan dua abangnya di rumah. Karina adalah gadis cantik di seberang rumah barunya yang ketika kecil sudah sena...