• Chapter 7 •

2.6K 206 14
                                    

enjoy!

***

"Kamera udah, ring light udah, tripod udah..." gumam Karina yang tengah memeriksa kembali keperluan yang harus ia bawa untuk foto endorse nanti. "Oh iya! Pouch make up!" Karina menutup pintu bagasi mobilnya dan kembali berlari ke dalam rumah untuk mengambil barang yang tertinggal.

Sesampainya di kamar, gadis itu langsung mengambil pouch make up besar berwarna silver yang sudah ia siapkan di atas kasurnya. Okay, semuanya sudah lengkap. Karina memeriksa penampilannya di cermin untuk yang terakhir kali sebelum berangkat.

"Oke, meluncur!" Karina melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan riang. Siap menjalani pekerjaannya yang meski melelahkan, tapi menyenangkan itu. Kapan lagi mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan mengunjungi tempat cantik yang menghibur, mengambil foto-foto yang bagus, dengan bonus kepopuleran?

"Dek, nanti pulang jam berapa?" tanya Shanti ketika Karina berpamitan kepadanya.

Karina menimang-nimang jawaban, "Kayanya maleman, Mi. Kenapa?"

Shanti menggeleng, "Nggak apa-apa, sih. Sepi aja rumah nggak ada kamu."

"Papi kapan, sih, pulangnya?" tanya Karina, "perasaan conference di Swiss lama banget." lanjutnya.

Erlangga Satya Mahendra, papi Karina yang akrab disapa Erlangga atau Er, meniti karirnya sebagai dosen sekaligus menjabat sebagai Dekan di salah satu kampus di Jakarta. Pekerjaan dan tanggung jawabnya tersebut membuat beliau memiliki jadwal yang sibuk dan padat, juga cukup sering dinas ke luar negeri.

Seperti sekarang, papinya sudah kurang lebih dua minggu berada di Swiss menghadiri konferensi dan pelatihan sebagai salah satu perwakilan dari kampus tempat ia bekerja.

"Pelatihannya kurang dua minggu lagi katanya. Mami juga udah kangen banget sama papi."

Karina menyipitkan kedua matanya ke arah maminya, "Kangen papi atau keburu pengen oleh-olehnya?"

Shanti menabok pelan lengan anak gadisnya itu, "Kangen papilah!" ujarnya.

Karina tertawa. Karina pun pamit sekali lagi kepada Shanti dan memutuskan untuk segera berangkat karena sudah hampir memasuki jam janjiannya dengan Giselle, Wilona, dan Neisha.

Mobil Karina telah dikeluarkan oleh Gio yang ia mintai tolong sebelumya, kini abangnya itu tidur kembali. Weekend memang Gio menjadi orang yang paling malas sedunia.

Tangan Karina sudah memegang knop pintu mobil, tetapi alih-alih langsung masuk ke dalam mobil, mata gadis itu menatap sejenak ke arah rumah Wisnu yang tenang seperti biasa.

Mobil yang biasa Wisnu pakai terparkir apik di carport rumahnya, itu berarti pria dengan bahu selebar lapangan basket—julukan yang Karina asal berikan—sedang berada di rumah. Karina pastikan Wisnu kini juga sedang melakukan aktivitas seperti yang Gio sedang lakukan, apalagi selain tidur.

Karina pun masuk ke dalam mobilnya. Segera menggerakkan setir ke arah rumah Neisha untuk menjemput gadis keturunan China tersebut.

***

Matahari sudah sedikit turun, sinarnya pun sudah melembut ketika Wisnu bangun dari tidurnya yang panjang--sangat panjang. Pria itu duduk di pinggiran ranjang, melamun sebentar untuk memproses pikiran dan tubuhnya, lalu melakukan peregangan guna melemaskan tubuhnya yang sudah berbaring di kasur selama lebih dari 10 jam.

Ready to Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang