• Chapter 3 •

3.3K 247 7
                                    

enjoy! Sorry kalau kepanjangan~^^

***

"Bang Gio!!!! Printernyaa nggak mau nyetak ini gimanaa? Ayin nggak ngerti!" Karina menuruni tangga dengan terburu-buru sambil berteriak. 

Kenapa pula mesin printer di rumahnya harus mencari gara-gara ketika dia sedang terburu-buru? Menyebalkan.

"Eh?" celetuk Karina ketika mendapati Wisnu ada di rumahnya. Sedang duduk bersandar di sofa sambil bermain ponselnya yang kini menatap Karina yang baru saja turun dari lantai 2.

"Gio lagi di kamar mandi," ujar Wisnu seolah-olah tahu apa yang ingin Karina tanyakan. "Ada yang bisa dibantu?" lanjutnya.

Karina menyengir. Wisnu pasti mendengar teriakannya tadi. "Mas nu tolongin bisa? Aku lagi ngeprint tapi udah diulang-ulang tetap nggak nyetak."

"Bisa, dimana?" Wisnu mengangkat pantatnya dari sofa. Berjalan mendekati Karina yang berada di ujung tangga.

Karina pun mengajak Wisnu naik ke lantai dua, ke kamarnya.

"Permisi, ya." ujar Wisnu ketika memasuki kamar Karina yang cukup luas dengan pernak-pernik cewek dan dominan dihiasi warna biru, warna kesukaannya. Wisnu tidak mengamati lebih jauh. Tidak sopan mengamati kamar orang, apalagi ini kamar seorang perempuan.

Ia segera melangkah menuju meja dimana mesin cetak yang bermasalah itu berada.

Wisnu mulai mencoba mengotak-atiknya. Karina  di sampingnya mengamati.

"Udah, nih." ujar Wisnu setelah mengotak-atik sebentar. Tidak ada lima menit. Bibir Kari membulat. Apa sih yang tidak bisa dilakukan oleh cowok itu? Bikin dia makin terpesona aja.

"Cepat banget, Mas." ujar Karina takjub.

"Tadi printernya cuma belum nyambung," ujar Wisnu, sudut bibirnya sedikit terangkat. Tangannya mengacak-acak puncak kepala Karina. Entahlah, tidak ada maksud apapun. Namun sayangnya, perlakuan kecil tidak berarti bagi Wisnu itu tidak berlaku bagi Karina yang kini tengah membeku.

Karina memaksakan tawa untuk menutupi kegugupannya. "Duh! bego banget aku, ternyata cuma gitu doang hahaha."

Karina kembali duduk di kursi meja belajarnya. Melanjutkan mencetak dokumen yang tadi sempat tertunda. Namun, ternyata Wisnu tidak pergi. Karina sedikit melirik pria itu dari sudut matanya. Ia berdiri di samping Karina dengan tangan kanannya dimasukkan ke saku celana dan tangan kirinya menumpu di sandaran kursi yang Karina duduki.

Sial. Kenapa nggak pergi aja, sih? Karina jadi gugup setengah mati sekarang. Apalagi posisi mereka cukup dekat untuk membuat hidung Karina dapat mencium aroma parfum Wisnu yang manis itu.

Karina menggigit bagian dalam pipinya, menyembunyikan gugup. "Aku lagi nyetak poin-poin perjanjian kerjasama jadi model brand ibunya teman aku, Mas, hehe..." ujar Karina memecah keheningan. Bodo amat meskipun Wisnu tidak bertanya. Daripada keheningan dan rasa gugup ini semakin mencekiknya.

Wisnu di sampingnya mengangguk-angguk. Mata sipitnya di balik kacamata itu daritadi ikut membacanya.

"Kegiatan kamu sekarang selain ngampus, jadi model juga?" tanya Wisnu.

Ready to Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang