Spesial Chapter [1.1]

2K 146 12
                                    

enjoy!

***

"Mamii!!" Nathan dan Nayla langsung menubruk Karina dengan pelukan begitu melihat maminya menjemput di depan gerbang sekolah.

"How was your school today, guys?" Karina memeluk keduanya sambil mencium dan mengusap-usap pucuk kepala mereka satu per satu.

"Good, Mom! Tapi tadi Ata hampir bikin masalah lagi." Nayla melirik Nathan. Nathan mendelikkan matanya pada saudara kembarnya yang gemar mengadu itu.

Karina langsung menatap Nathan. Yang ditatap menunduk ciut. Karina menghela napasnya. Semakin besar mereka, tingkah mereka ternyata semakin memusingkan. Pusingnya memang bukan lagi rewel, menangis, dan lain-lain. Tetapi tingkah mereka yang mulai bermacam-macam.

Saudara kembar itu kini menduduki kelas tiga SD. Waktu memang berjalan sangat cepat, bukan? Karina pun mulai bekerja lagi sebagai model sejak twins masuk ke sekolah dasar. Tetapi Karina mengambil job tidak terlalu banyak agar tidak menyita waktunya untuk keluarga.

Nathan dikenal sebagai sifat heroiknya. Oleh karena itu, ketika dia melihat sesuatu yang tidak adil, dia langsung mengambil posisi. Akan tetapi, hal tersebut membuat dia banyak terlibat masalah. Entahlah sifat itu menurun dari siapa, mengingat bapaknya pendiam tapi anaknya banyak tingkah. Atau jangan-jangan Karina, ya? Tapi seingatnya dia nggak begitu-begitu amat dulu.

Terakhir kali ribut, ketika jam olahraga Nathan menemukan temannya dirundung karena diejek payah olahraga, akhirnya terjadilah baku hantam antara bocah-bocah itu. Alhasil, selain dapat apresiasi karena telah menyelamatkan temannya, memar dan benjut di kepala juga dia dapatkan.

Ditambah lagi omelan Karina dan Wisnu. Wisnu sih kalau marah banyak diamnya, tapi nyeremin. Kalau kata Nathan, marahnya Wisnu dia juluki silent death. Tetapi hal tersebut nggak membuat dia kapok. Malah lanjut part 2 sampai sekian.

"Abang jangan diulangi lagi ya. Kalau mau bela teman atau yang lain kan bisa langsung panggil guru. Nggak boleh main hakim sendiri. Mami kecewa lho kalau Abang kaya gitu lagi."

"Iya, Mom. Nathan usahain. Lagian mereka yang duluan cari gara-gara." Karina menggeleng-geleng. Adaa aja jawabannya. Heran.

Mereka bertiga pun langsung memasuki mobil yang dikendarai oleh sopir. Pak Ucok. Sejak Karina bekerja, Wisnu mempekerjakan sopir untuk memudahkan mobilisasi keluarganya ketika dia tidak ada. Mencegah Karina kelelahan juga.

"Ayah kapan pulangnya, Mi?" Nayla bertanya.

"Mami juga nggak tau, Kak. Kakak kangen ya sama Ayah? Mami juga..."

"Abang juga kangen Ayah..."

Pak Ucok melihat ketiga majikannya itu dengan senyum prihatinnya. Masalah orang kaya memang nggak jauh-jauh dari kata kangen satu sama lain.

Perusahaan periklanan Wisnu berkembang sangat pesat beberapa tahun ini. Hal tersebut tentu sangat menggembirakan. Going Company semakin besar. Ekspansi sampai ke luar negeri, yaitu ke Singapura. Di sana, Wisnu berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan periklanan milik teman kuliah S2-nya. Oleh karena itu, Wisnu harus pergi dinas ke Singapura selama kurang lebih sebulan untuk mempersiapkan pembukaan Going Company disana.

"Mami kenapa?" Nayla dan Nathan menyahut bersamaan ketika melihat Karina yang mengerutkan dahi sambil memegangi kepala dan perutnya.

Ready to Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang