Tok..Tok..Tok..
Suara ketukan palu di meja hakim terdengar, dengan begitu mereka telah resmi bercerai. Hana, menguatkan hatinya sekaligus memberanikan diri untuk menoleh ke arah samping. Dimana disana ada mantan suaminya Mas Bhumi Putra Semesta. Raihana mencoba menarik sudut bibirnya membentuk senyum tipis ke arah Bhumi. Sedangkan Bhumi, sebaliknya. Pria itu masih tetap memandang ke arah Hana dengan dingin.
Raihana, mencoba bangkit dengan tertatih. Ia sedang berusaha sekuat tenaga agar dirinya tidak terlihat rapuh dihadapan Bhumi. Bhumi bergerak teratur ke arahnya. Ia mengulurkan tangan ke arah Hana. "Saya doakan yang terbaik untuk kamu,"
Hana, tepekur sesaat melihat uluran tangan Bhumi untuknya. Hana mengatupkan kedua tangannya di dada. "Terima kasih, saya doakan yang terbaik untuk kamu juga." Jawab Hana dengan pelan.
Bhumi, mengetatkan rahangnya dan mengepalkan jemari tangannya. Ia lupa, Hana sudah bukan lagi istri yang dapat ia sentuh seenaknya lagi. "Saya akan mentransfer sejumlah uang seperti yang diputuskan oleh hakim selama masa Iddah kamu," jelas Bhumi.
Hana mengangguk kecil, "Kalau begitu, saya pergi dulu." Bhumi sedikit menjauh dari Hana sebelum akhirnya ia berjalan keluar dari ruang sidang. Tubuh Hana terasa lemas seketika. Ia berpegangan pada kursi kayu yang sejak tadi ia duduki. Air matanya perlahan jatuh.
"Hana,..." terdengar beberapa orang memanggil namanya. Wulan, sahabat sekaligus saudara sepupunya memeluk bahu Hana. "Lo pasti bisa melalui ini semua Han, gue yakin."
"Iya,.. Lo enggak sendirian. Kita semua ada disini buat lo." Erika salah satu sahabatnya, wanita berambut lurus dengan cat berwarna pastel ikut menyemangati. Terakhir ada seorang wanita berusia 55 tahunan di hadapannya. Mereka saling menatap satu sama lain. Wanita itu tidak lain adalah ibunya sendiri. Wanita berhijab cokelat polos itu lantas memeluk Hana putrinya.
"Ikut pulang saja sama Ibu ke Bandung ya, Han." Ujar sang ibu dengan suara parau.
Hana, mengangguk kecil dan menumpahkan air matanya disana.
***
"Kamu hamil?" tanya Ibu dengan terkejut saat melihat catatan buku kehamilan, vitamin dan kotak susu untuk ibu hamil. Ketiga wanita itu kini tengah membantu Hana mengepak barang-barangnya dari rumah yang dulu ditempatinya bersama Bhumi. Sejak memutuskan akan bercerai, Bhumi mengalah keluar dari rumah itu selama proses perceraian mereka berlangsung. Meski Bhumi mengatakan bahwa Hana berhak atas rumah itu, namun Hana memilih untuk tidak menerimanya.
"Nak Bhumi tahu soal ini?" lanjutnya. Kini Hana, duduk dengan tatapan terkejut yang dilemparkan oleh ketiga wanita itu kepadanya. Ia begitu rapat menjaga rahasia ini agar tidak satupun diantara mereka mengatakannya kepada Bhumi. Hana menggeleng menjawab pertanyaan Ibunya.
"Ya Allah, Hana. Kenapa kamu harus sembunyikan hal ini dari suamimu?"
"Hana pasti punya alasan tersendiri Bu. Iya kan Han?" Wulan mencoba menenangkan.
"Hana cuma enggak mau mas Bhumi jadi terpaksa hidup lebih lama lagi dengan Hana, Bu."
"Ibu harus beritahu Bhumi soal ini,"
Hana menatap nanar ke arah Ibunya, "Enggak Bu, jangan. Hana tidak mau menambah beban hatinya Mas Bhumi lagi. Tolong Bu, jangan beritahukan kepada Mas Bhumi. Hana yakin bisa membesarkan anak ini meski seorang diri."
"Iya tapi itu hak-nya Bhumi juga untuk tahu!" semprot Ibunya "Itu darah dagingnya, anak kandungnya!"
Hana mengangguk setuju, "Pasti akan Hana beritahu nanti kalau waktunya sudah tepat. Tolong Bu, untuk saat ini simpan saja dahulu rahasia ini dari Mas Bhumi. Hana, cuma ingin hidup tenang sama ibu di Bandung saat ini."
Baik Wulan ataupun Erika yang mengetahui kenapa Hana melakukan hal ini turut iba melihat sahabatnya seperti itu. Mereka memeluk bahu Hana dengan kuat dan saling bersandar satu sama lain. Wulan pun mencoba menenangkan Ibu Hana yang tidak lain adalah bibinya sendiri.
Semua ini bermula dari salah seorang rekan kerja Hana bernama Sheira.
-----to be continue----
KAMU SEDANG MEMBACA
Bhumi Untuk Hana
RomanceBerawal dari seringnya Hana menutupi kebohongan Sheira dari kekasihnya Bhumi, membuat Hana harus terkena getahnya ketika Sheira justru lebih memilih selingkuhannya untuk dan mencampakkan Bhumi begitu saja. Bhumi yang tidak terima dicampakkan begitu...