Dalam perjalanan menuju Tanggerang Hana tidak bersuara sama sekali. Diamnya adalah sebagai protes atas sikap Bhumi yang seenaknya menganggap dirinya sebagai calon istri.
"Minggu depan kita ke Bandung, saya mau menemui Ibu kamu." Bhumi buka suara.
Hana menatapnya tanpa bersahabat sama sekali "Ini apa sih maksudnya?"
"Saya mau melamar kamu, saya sudah jelaskan dari kemarin kan!"
"Kamu jangan ngaco ya Bhum. Menikah itu harus persetujuan kedua belah pihak. Menikah itu bukan permainan sesaat. Diantara kita juga tidak ada rasa saling mencintai, jadi kamu jangan macam-macam dengan pernikahan!"
"Saya sudah memutuskan,"
"Tapi saya tidak mau menikah sama kamu! Jangan bawa-bawa saya dalam permasalahan kamu."
"Kamu sudah terlanjur terlibat,"
"Psiko kamu Bhum," semprot Hana, "Berhentiin mobilnya saya mau turun disini." Hana melepas seatbelt.
"Na, kita lagi di toll sekarang kamu jangan sembarangan buka seatbelt."
"Berhenti saya bilang!"
Bhumi menepikan mobilnya ke jalur darurat.
"Buka pintunya," Hana tidak bisa membuka pintu mobil karena masih terkunci otomatis oleh Bhumi.
"Na,..." Bhumi mencoba meraih tangan Hana dan baru itulah dia sepertinya berhasil menyentuh tangan Hana yang lembut. "Hana, stop! Kita di Toll sekarang."
"Kamu yang berhenti sama sikap konyol kamu. Kamu nggak bisa seenaknya memaksa saya menikah sama kamu hanya karena saya pernah menutupi kebohongan Sheira." Tangis Hana akhirnya pecah. Ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan menangis seperti anak kecil.
"Saya hanya ingin membahagiakan ibu saya di sisa akhir hidupnya, Na. Kamu sudah lihat sendiri bagaimana keadaannya tadi. Saya berjanji akan menikahi Rara sebelum akhir tahun. Bahkan belum sempat saya membawanya bertemu dengan Ibu, Rara sudah menikah dengan pria lain! Jadi bagaimana mungkin saya menjelaskan bahwa wanita yang saya pacari selama 3 tahun ini telah menjadi istri orang lain. Keadaannya akan semakin drop, Na."
"Iya tapi kan nggak harus saya Bhum, wanita lain banyak diluaran sana. Saya yakin banyak yang suka sama kamu."
"Tapi wanita yang saat ini saya kenal ya cuma kamu! Saya nggak mungkin membuang buang waktu lagi hanya untuk tahap pengenalan atau pedekate. Kamu tahu saya sudah 31 tahun sekarang."
Hana menatap Bhumi dengan wajahnya yang basah oleh airmata. "Bagaimana kalau saya tetap menolak?"
"Kamu akan menyesal kalau harus memaksa saya menggunakan cara kotor yang lain."
Hana kembali tersedu-sedu. Harusnya dia tidak ikut campur dalam asmara mereka berdua, harusnya ia tidak terlalu dekat dengannya. Harusnya,....
***
"Besok saya jemput, kamu pulang jam berapa?" tanya Bhumi begitu mereka sampai di depan rumah Wulan saudara sepupu Hana.
"Terima kasih, tapi saya bisa pulang sendiri!" Hana, menutup pintu dengan kencang dan masuk ke dalam rumah. Awalnya Bhumi bersikeras mau mampir kerumah saudara Hana. Namun Hana menolak keras. Merasa kasihan melihat Hana yang cukup shock akan hari ini, akhirnya Bhumi yang mengalah. Pria itu pun pergi setelah sosok Hana menghilang.
Entah apa yang sedang ia lakukan. Mengapa ia harus melampiaskan kemarahannya kepada Hana. Bhumi terlalu sakit hati mendapati kenyataan bahwa selama ini wanita yang ia cintai berselingkuh di belakangnya. Hana, yang ia rasa cukup terpercaya ternyata juga membantu Rara menutupi kejahatannya. Bhumi tidak tahu harus bagaimana bersikap akan rasa kecewanya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah menikah dengan Hana, melaksanakan janjinya kepada Ibunya sekaligus membuat Hana menderita. Seperti sakit hati yang tengah ia derita.
-----to be continue----
KAMU SEDANG MEMBACA
Bhumi Untuk Hana
RomanceBerawal dari seringnya Hana menutupi kebohongan Sheira dari kekasihnya Bhumi, membuat Hana harus terkena getahnya ketika Sheira justru lebih memilih selingkuhannya untuk dan mencampakkan Bhumi begitu saja. Bhumi yang tidak terima dicampakkan begitu...