Dua Puluh

9.1K 726 29
                                    

Hana, jatuh tertidur setelah lelah menangis sepanjang perjalanan pulang. Mereka tidak jadi ke Bandung malam ini, terlalu mengundang banyak pertanyaan untuk Ibu mertuanya nanti. Bhumi tidak ingin menambah masalah lagi. Setelah mobil terparkir rapi di garasi rumah, Bhumi mematikan mesin mobil dan menunggu Hana bangun dengan sendirinya.

5 menit berlalu namun Hana masih terlelap. Bhumi memperhatikan wajah Hana dengan seksama, ada sesal terbit di hatinya telah membuat wanita itu menangis begitu lama. Tanpa sadar tangan Bhumu terulur menyentuh pipi Hana yang terasa dingin dan lembab. Tidak seharusnya ia menarik Hana diantara dirinya dan Sheira. Ah, hampir 1 tahun berlalu mengapa ia baru menyadari hal ini sekarang.

Sebenarnya bukan hanya rahasia Sheira yang terbongkar oleh Aditya yang membuat pria itu naik pitam. Ada hal jahat lainnya yang Bhumi lakukan kepada Sheira. Bhumi hanya ingin menghancurkan Sheira, tidak adil bahwa wanita itu dapat hidup bahagia begitu saja. Tetapi, melihat Sheira yang dipukuli oleh Aditya habis-habisan malah membuat dirinya tidak tega. Bhumi pendendam, salah satu sifat yang sampai saat ini sulit sekali ia singkirkan.

Hana bergeming merasakan sentuhan di wajahnya. Mata Hana terbuka pelan dan mendapati tangan Bhumi yang masih membelai wajah Hana, sontak wanita itu menjauh dari jangkauan tangan Bhumi. Bhumi menarik tangannya menjauh dan membuka pintu mobil. Hana lekas turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah dengan cepat.

Hana, mengunci kamarnya dari dalam. Ia tidak ingin satu ruangan dengan pria itu malam ini. Baru kali ini Hana, begitu merasa kecewa. Ia merasa seperti orang bodoh yang berpikir bahwa rumah tangganya dengan Bhumi baik-baik saja. Bahwa kini mereka adalah dua orang yang saling mencintai. Hana yang tidak memiliki perasaan sedikitpun pada Bhumi awalnya kini sudah terlanjur mencintai suaminya itu. Lantas Bhumi? Semua yang terjadi selama ini hanya sandiwara kah?

                                                                                               ***

Suasana dalam rumah tangga mereka kini menjadi begitu dingin, baik Bhumi maupun Hana enggan memulai percakapan lebih dulu. Mereka melalui kesibukan di pagi hari tanpa saling bertegur sapa ataupun saling memandang. Bhumi merasa bersalah kepada Hana karena sikapnya yang kekanak-kanakan. Sedangkan Hana, dengan amarahnya yang masih juga belum mereda.

"Aku antar," ucap Bhumi ketika melihat Hana telah siap dengan pakaian kerjanya. Alih-alih menjawab perkataan Bhumi, Hana langsung saja melengos pergi dan naik ke dalam taxi online yang sudah ia pesan sejak tadi. Bhumi, tidak dapat berbuat apapun kecuali memandangi taxi tersebut menghilang dari pagar komplek perumahaan.

Bhumi menghela nafas berat, bersandar pada kusen pintu, giginya bergemeletuk. Ponselnya bergetar di atas meja kecil yang berada di ruang tamu. Eri memanggil. Dengan malas Bhumi mengangkat telfonnya, "Halo,"

"Aditya sudah ketangkap, dan keluargnya minta damai."

Bhumi, menggenggam kuat ponselnya. Otot-otot wajahnya terlihat menegang. Haruskah ia melanjutkan kasus ini dan membuat Aditya mendekam di penjara seperti rencananya selama ini? Bhumi sudah berjanji pada dirinya sejak awal, ia tidak akan membiarkan laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya dapat hidup dengan tenang dan damai.

"Jangan." dia harus hancur. Batin Bhumi.

"Tapi kalau Sheiranya seetuju, kita nggak bisa-"

"Urusan Sheira biar saya yang urus. Urusan kamu hanya perlu memastikan pria itu mendekam di penjara."

Tidak lama Bhumi memutuskan sambungan telfon. Pikirannya berkecamuk antara Hana dan dendamnya. 


----Bersambung----

maaf ya nggak bisa balas satu persatu, tapi saya mau bilang thank you banget buat vote 

dan dukungannya atas cerita ini. 

Cerita ini masih on going ya, alias belum selesai jadi memang belum ada bab full nya. 

Mohon bersabar menunggu lanjutan cerita karena authornya sambil kerjaa di dunia nyata.

Heheehehehhehe

Bhumi Untuk HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang