Tiga Belas

7K 480 12
                                    

3 bulan berlalu sejak Hana masuk rumah sakit. Bhumi menepati janjinya untuk berubah dan menahan emosinya. Kadang kala pria itu terlihat merapatkan bibirnya saat Hana dengan sengaja membuatnya jengkel. Hana ingin menguji sejauh mana pria itu berusaha menahan amarahnya.


Dapat dikatakan, rumah tangga mereka kini terlihat seperti rumah tangga pada umumnya. Baik Hana maupun Bhumi mulai berjalan ke masa depan dan perlahan melupakan masa lalu mereka. Diakui atau tidak, mulai tumbuh benih cinta di hati Raihana untuk suaminya. Tetapi hingga saat ini, entah mengapa Hana ragu apakah pernikahan yang terjalin dengan cara kotor dapat bertahan selamanya? Ataukah memang ini merupakan jalan jodohnya mereka dari Yang Maha Kuasa?


Meski Hana belum juga mengandung, mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Hana ini berjalan dengan santai dan tidak terburu-buru. Ia berharap rumah tangganya kokoh terlebih dahulu untuk kelak siap menerima buah cinta mereka.


Seseorang menekan bel pintu. Sudah pasti itu bukanlah Bhumi, karena mereka sama sama memegang kunci rumah. Dengan tergesa Hana mematikan kompornya dan berlari ke luar rumah. Tubuhnya kaku seketika. Matanya menatap nanar pria yang kini ada di hadapannya. Bibirnya tergetar dan matanya mulai berair. "Aa,." Panggilnya, dan mulai terisak, sudah 2 tahun lebih dia tidak melihat pria yang harusnya menggantikan posisi ayahnya ketika menikah dengan Bhumi waktu itu.


Hana, berlari kecil dan memeluk kakak lelakinya dengan erat dan penuh kerinduan "Ya Allah, a Ramzi," suaranya parau "Tega Aa enggak pulang saat Hana nikah." Dan airmata wanita itu tumpah begitu saja.


Ramzi membelai wajah adiknnya dengan penuh kerinduan dan kelembutan. Adik satu-satunya, ia berjanji akan menjaga wanita itu di hadapan almarhum ayah mereka waktu itu. "Aa, nggak dapat ijin pulang. Maaf ya, Na."


Namun keharuan itu berubah dalam sekejap saja. Bhumi yang pulang tidak lama berselang melihat Hana ke dalam pelukan pria lain di depan pria itu menjadi naik pitam. Ia tidak pulang 2 hari karena ada urusan pekerjaan di luar kota dan begitu merindukan Hana. Tapi pemandangan yang disuguhkan wanita itu benar – benar membuat darahnya mendidih. Amarah yang selama ini ia pendam dan buang jauh-jauh lagi lagi naik ke permukaan.


"Kurang Ajar!" Bhumi melepaskan motornya begitu saja hingga membuat mereka yang ada di sana tersentak kaget. Hana yang tidak menyangka Bhumi akan membanting motor PCX 150 cc nya itu. Belum sempat Hana menyayangkan aksi Bhumi yang asal banting kendaraan, kini wajah kakak lelakinya tercinta sudah terkena tinju dari kepalan tangan Bhumi.


Hana spontan menjerit, "Mas Bhumiiii!!"


Bhumi bak kesetanan, melihat Ramzi yang tersungkur jatuh ke tanah tidak membuatnya iba. Pria itu bahkan kembali ingin melayangkan pukulan di wajah Ramzi. Namun tubuh Bhumi tertahan dari belakang, seseorang memeganginya. Seolah baru sadar akan kehadiran pria satunya lagi di teras rumah Hana, wanita itu kini kembali terperanjat kaget. Mas Imam?


"Eiitss, tunggu dulu. " kata Imam yang kini berada di tengah-tengah Bhumi dan Ramzi. "Jaga dulu Emosi Lo Bro, dia ini kakak kandung Raihana!" teriak Imam. Wajah gelap Bhumi sepersekian detik berubah. Dia melempar pandangan ke arah Hana dan Ramzi secara bergantian.


"Apaaa?" hanya itu yang keluar dari mulut Bhumi yang bergetar.


Kini, barulah Imam dan Hana bertemu tatap setelah sekian lama. Ternyata jantungnya masih berdebar seperti dulu. 


-----Bersambung----

maaf ya agak lama update..

benar benar tersita sama kerjaan banget... huhuhuhu

Bhumi Untuk HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang