Tiga

7.1K 571 19
                                    

Keadaan tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan oleh Sheira. Bhumi ternyata tidak mudah mundur begitu saja. Lelaki keras kepala itu bersikeras ingin tahu alasan Sheira memutuskannya tiba-tiba. Berkali kali Bhumi datang ke kost an Sheira namun wanita itu tidak ada. Pernah satu kali Bhumi menunggunya di tempat biasa ia menjemput wanita itu di kantor, namun lagi-lagi Sheira menghindar dan membuat Hana yang menemuinya.

Hingga suatu hari, akhirnya Bhumi berhasil memergoki Sheira bersama Aditya yang keluar bersama pada jam istirahat ke Grand Lucky. Bhumi mengirimkan foto itu ke Hana dengan caption 'Teganya kalian membohongi saya selama ini'

Menginjak bulan ke-2, Bhumi kembali datang ke kos tan mereka namun Sheira sudah tidak disana, wanita itu sudah pindah. "Kamu pasti tahu dia pindah kemana kan Na. Tolong kasih tahu saya, ada yang ingin saya sampaikan sama dia."

Hana menggeleng "Saya nggak tahu Bhum, beneran. Dia nggak bilang kemana dia pindah."

Wajah Bhumi yang biasa terlihat macho kini terlihat begitu frustasi. "Bohong! Jujur sama saya sudah berapa lama dia selingkuh di belakang saya Hana." Bhumi berteriak kepada Hana, membuat wanita itu beringsut takut. Beberapa tetangga keluar mendengar keributan ini.

"Bhumi, please tenangkan diri kamu. Aku nggak mau sampai terjadi apa apa disini dengan kamu, lihat pemilik kost bahkan melihat ke arah kita sekarang." Cicit Hana.

Namun Bhumi tetap tidak perduli. Wajahnya terlihat menegang dan menatap Hana dengan penuh kebencian. "Nggak nyangka saya sama kamu Han. Wajah polos begitu bisa – bisanya pandai berbohong sama orang lain. Bisa tega begitu ya kamu sama saya, ngebohongin saya selama ini. Menutupi perselingkuhan mereka." Bhumi berdecak sambil berkacak pinggang.

"Lihat apa yang bakal saya lakuin sama kalian berdua. Khususnya kamu yang sudah berhasil ngebohongin saya terus selama ini." Bhumi menunjuk ke arah wajah Hana. Tidak lama pria itu pun akhirnya pergi. Hana lekas menutup pintu dan beringsut jatuh. Ia menangis karena takut.

***

"Maafin Gue ya Han, lo jadi yang kena getah gara-gara ulah Gue." Sheira memohon maaf pada Hana.

"Nggak perlu minta maaf sama Gue Ra, yang perlu lo lakuin sekarang adalah temuin Bhumi dan bicara sama dia baik-baik, tegaskan juga kalau gue nggak ada hubungannya sama masalah kalian."

"iya tapi bagaimana cara ngomongnya sama dia, Han. Lo sendiri sudah lihat kan bagaimana kalau dia lagi emosi. Gue takut,"

"Terus bagaimana dengan Gue Ra!"

"Pindah saja sih Na dari sana, cari kos tan baru yang dia nggak tahu. Atau lo mau ikut tinggal sama Gue dulu sementara waktu ini?"

Hana, mendengkus kesal. "Bukan itu solusinya,"

"Ya habis bagaimana dong, bulan depan Gue Nikah sama Adit."

Hana menatap sahabatnya itu dengan sebal-sesebal-sebalnya.

***

Hampir 1 bulan Bhumi tidak mengganggunya, Hana pikir pria itu akhirnya sudah move on. Namun hari ini, hari pernikahan Sheira dengan Aditya, Bhumi kembali muncul di depan rumah Hana. Pria itu sedang duduk sambil menghisap cerutunya masih dengan seragam kerjanya. Jantung Hana jadi kembali berdebar kencang. Pukul 11 malam, untung saja kost-an lumayan ramai pada malam minggu ini.

Bhumi menepuk tangan dengan keras melihat kedatangan Hana yang mengenakan kebaya semi dress berwarna gold berpadu hijau muda. "Wuih, yang habis kondangan lama banget pulangnya." Bhumi mematikan rokoknya.

"Mau apalagi kamu kesini?"

"Loh kok jadi jutek begitu. Apa karena saya sudah bukan pacarnya Rara?"

Hana, tidak menggubrisnya dan memilih melewati pria itu lantas membuka pintu kamar kost nya. Saat Hana hendak menutup pintu, Bhumi menahan pintu itu dengan tangannya dan dengan tidak sopan main masuk ke dalam begitu saja.

Hana yang begitu terkejut sedikit mundur menjauh dari pria itu dan terpekik "Kamu mau apa? Keluar dari kamar saya, kalau tidak saya akan teriak!" teriak Hana dengan suara bergetar. Dadanya naik turun, ia sungguh takut kejadian mengerikan akhirnya terjadi juga padanya seperti yang sering ia lihat di berita-berita.

Bhumi menatap Hana. Rambut pria itu tampak gondrong, pria itu berjalan mendekat ke arah Hana, sedangkan wanita itu mundur perlahan. Bhumi duduk di atas lantai beralaskan permadani. Hana menggunakan kesempatan itu untuk pergi keluar kamar dan berdiri diluar pintu. "Saya capek Han, saya numpang istirahat disini sebentar." Suaranya terdengar parau.

Bhumi sudah meringkuk begitu saja di atas permadani. Sedangkan Hana, menangis pelan di depan pintu. Ia takut setengah mati. Meski kost ini lumayan bebas namun tetap saja, bagaimana pandangan orang lain tentang dirinya yang berjilbab dan malah membiarkan seorang pria asing menginap dirumahnya. Terlebih Hana belum pernah sekalipun membawa pria ke dalam kamar kost nya.

"Bhum, bagaimana nanti kalau kita di gerebek warga." Hana mencoba menakut-nakuti Bhumi.

"Paling nanti sama mereka kita dinikahin," balasnya acuh. Mata pria itu mulai menutup.

"Bhumi, saya serius."

"Saya juga serius. Apa saya seburuk itu sampai kalian berdua nggak mau menikah dengan saya?"

Hingga pukul 12, Hana tetap berada diluar dan Bhumi mulai terdengar mendengkur di dalam kamarnya. Hana akhirnya masuk ke dalam kamar, menyalakan obat nyamuk elektrik, mengambil selimut untuk menyelimuti Bhumi dan mengambil sweater untuk dirinya sendiri. Ia tetap pada penampilannya sepulang dari kondangan hingga pukul 2 dini hari. Ia memilih duduk di depan pintu dan membiarkan pintunya terbuka hingga tanpa sadar matanya terpejam.

Seseorang menggerakkan tubuhnya, dan ternyata Bhumi berada tepat di hadapannya. Posisi Hana yang memeluk dirinya sendiri terlihat kedinginan. Ia tidak biasa begadang. "Masuk ke dalam Na, angin malam bisa bahaya buat kamu."

"Asal kamu pergi," gumam Hana, mengucek matanya.

"Saya nggak berani pulang di jam segini, takut begal. Saya ijin sampai jam 5 pagi ya,. Kamu nggak akan saya apa-apain, percaya sama saya. Kita biarin pintunya terbuka sedikit kalau kamu takut.

Hana tetap menggeleng, "Saya nggak mau merusak citra agama saya, Bhum. Saya wanita berjilbab."

Bhumi sedikit tersentuh dengan ketegasan Hana. Akhirnya Bhumi menyerah. "Baiklah, saya pergi darisini. Tapi besok saya akan datang lagi,"

Mata Hana kini membulat sempurna "Mau apa lagi?"

"Saya sudah terlanjur berjanji sama Ibu saya bahwa saya akan menikah sebelum akhir tahun tiba,"

"Terus hubungannya sama saya apa?"

"Kamu yang harus membayar semuanya. Sheira sudah menjadi istri orang lain, sudah tidak mungkin lagi saya perjuangkan, saat ini saya cuma punya kamu untuk membantu saya dalam masalah ini."


----to be continue--- 

Bhumi Untuk HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang