Setelah menceritakan masalahnya kemarin kepada saudara sepupunya Wulan, maka saran yang berhasil ia dapatkan adalah 'pindah' ya hanya itu satu-satunya jalan menghindarai Bhumi yang mulai gila. Hana memilih pindah ke daerah Tanjung Duren. Karena harganya yang tidak jauh berbeda dengan tempat kostnya yang lama. Tidak banyak barang yang dibawa Hana, karena dia selalu mencari kost yang full furnished. Alias sudah tersedia Bed, lemari, Ac dan perlengkapan lain.
Wulan dan Sheira membantunya pindah. Berkali – kali Sheira meminta maaf dan mengutarakan penyesalannya kepada Hana. Tapi semua sudah terjadi, dan tidak ada yang dapat diubah. Seminggu tanpa Bhumi rasanya hidup Hana kembali damai seperti semula. Pria itu terus menghubunginya namun Hana selalu menekan tombol reject.
"Halte GBK," terdengar suara petugas Bus Transjakarta. Hana, bersiap turun dari Bus dan berjalan menikmati harinya yang damai seperti dahulu. Lagu Every heart – Boa melantun dengan lembut di telinganya. Kata – kata 'Menikah' tiba tiba tanpa diundang datang begitu saja dalam benakknya. Kalau dipikir-pikir, Ibunya pun telah memaksanya untuk terus menikah. Usianya menginjak 26 tahun bulan depan.
Tapi menikah disaat karir nya sedang naik, rasanya sungguh tidak terpikir olehnya. Hidupnya sedang dalam fase damai dan tentram. Apapun yang ia ingin beli dapat ia beli. Apapun yang ingin ia lakukan dapat ia lakukan sesuka hati. Lantas, menikah? Terlebih lagi dengann pria seperti Bhumi Putra Semesta? Bulu kudukknya berdiri seketika.
Wajah cerianya hanya sampai di pintu kantor. ia melihat Sheira dan Bhumi? Hah, Bhumi datang ke kantor mereka? Di ruang depan meja receptionist. Hana yang berniat ingin kabur terlanjur tertangkap basah oleh sudut mata Bhumi. "Kamu mau kemana lagi Na?" teriak pria itu.
Hana berbalik dan pandangan mereka bertemu. Bhumi mengalihkan tatapannya ke arah Sheira. Ekspresi hangat di mata pria itu sudah tidak ada lagi, Bhumi menatap Sheira dengan dingin dan penuh kebencian. "Aku nggak kesini untuk mencari kamu, jadi kamu nggak usah takut, Aku kesini mencari Hana." Ucapnya tegas. Setelah itu, berjalan menghampiri Hana yang sedang berdiri dengan gemetar.
"Saya nggak nyangka kamu main pergi begitu saja," ujar Bhumi datar. Pria itu bahkan masih mengenakan seragam mekaniknya. Tampaknya Bhumi baru pulang sehabis dinas malam.
"Kamu mau kita bicara disini atau di tempat lain?" lanjut Bhumi. Hana melirik arlojinya dengan gemetar "Tapi sudah jam 9 lewat," jawab Hana.
Bhumi mengangkat bahu, "Kamu yang tentuin kita bicara dimana?"
Hana bertukar pandang dengan Sheira yang memberi kode dengan tangan silang artinya jangan mau. Tapi ekspresi wajah Bhumi kali ini terlihat berbeda. Tampaknya pria itu bertambah marah seiring kejadian Hana yang pindah diam-diam.
"Sehabis pulang kerja saja, di senayan city."
Bhumi mengangguk, "Jam berapa kamu pulang,"
"Jam 5 lewat,"
"Kita ketemu dibawah saja, saya jemput kamu." Putusnya "dan jangan coba-coba untuk kabur lagi. Saya paling benci orang yang pembohong!" setelah mengatakan hal itu dengan begitu serius akhirnya pria itu pun melangkah pergi.
***
"Fix, kita laporin saja ke polisi!" usul Sheira menggebu-gebu. Seolah Bhumi tidak pernah ada dalam hidupnya.
"Pasal apa yang mau dilaporin?" timpal Erika, sahabat lama Hana sejak di bangku sekolah menengah atas yang kini bekerja di salah satu konsultan hukum. Ia meminta bertemu dengan wanita ini di salah satu cafe kawasan SCBD pada jam istirahat. Untungnya kantor mereka berdekatan. Wanita bermata bulat dan rambut ikal itu menatap bingung. "Dia melakukan kekerasan sama Lo?"
Hana menggeleng,
"Dia nipu?"
Hana kembali menggeleng,
"Lantas apa?"
"Dia meneror Hana!" seru Sheira.
Hana mengangguk-angguk putus asa.
"Dia mengancam mau menyakiti atau ngebunuh begitu?"
Hana sedikit berpikir lantas menggeleng. "Nggak sih. Dia Cuma maksa Gue buat nikah sama dia."
"Ya elah,.. gue kira dia ngancam mau ngebunuh Lo, Na!"
"Itu bukan hal sepele, Eri!" protes Hana yang merasa kasusnya di sepelekan. "Siapa dia maksa Gue buat nikah sama dia. Lo kan tahu Gue masih mau fokus sama karir, Gue masih muda dan belum niat menikah untuk saat ini, terlebih lagi Gue sudah punya seseorang buat masa depan Gue kelak."
"Mas Imam? Masih saja Lo nungguin dia." Ejek Erika, yang berujung cubitan kecil dari Hana di pinggang wanita muda itu sampai Eri menjerit kesakita dan minta ampun.
"Kita bisa kan laporin dia dengan pasal pemaksaan?" tanya Sheira.
"Hana, harus punya bukti kuat terlebih dahulu kalau soal mau lapor. Tapi, lo tahu kan Na berhubungan dengan hukum di negara kita itu agak – agak bagaimana gitu. Misal lo korban pelecehan seksual saja pasti pas lagi bikin laporan ditanya-nya begini 'tapi apakah Anda menikmatinya?' ngga kuat mental mah malah Lo yang jadi sinting!"
Hana dan Sheira saling bertukar pandang dan menarik nafas panjang.
"Saran Gue, coba bicara dulu baik-baik deh sekalian kumpulin bukti. Kalau memang benar terjadi pemaksaan yang berujung kekerasan atau pelecehan, Gue sebagai sahabat lo ini akan ngebantu sekuat tenaga. Percuma dong punya teman lawyer kalau nggak guna!"
"Ya itu makanya Gue minta ketemu sama lo!" balas Hana.
"Tapi btw, bukannya mantan Lo Ra, itu lumayan ganteng ya? Kerjaannya juga oke kan? Terus kenapa lo nggak mau?" tanya Eri. Hana dan Sheira bertukar pandang.
"Lo tanya Gue apa Hana?" tanya Sheira balik.
"Ya Hana. Tapi lo sendiri kenapa malah nikah sama orang lain? Itu cowok kenapa memang sih?"
Hana dan Sheira kembali bertukar pandang dan menjawab bersamaan "Dia itu psiko,.."
----to be continue----
KAMU SEDANG MEMBACA
Bhumi Untuk Hana
RomanceBerawal dari seringnya Hana menutupi kebohongan Sheira dari kekasihnya Bhumi, membuat Hana harus terkena getahnya ketika Sheira justru lebih memilih selingkuhannya untuk dan mencampakkan Bhumi begitu saja. Bhumi yang tidak terima dicampakkan begitu...