"Selamat pagi Raihana yang cantik dan juga baik hati," suara ceria Sheira terdengar begitu Hana membuka pintunya.
"Tumben masih disini, biasanya sudah berangkat duluan diantar sama pujangga-pujangganya." Sindir Hana,
Sheira terkikik geli, cat rambutnya berwarna pastel dan itu hampir saja membuat Hana iri karena tampak begitu memukai dengan kombinasi putih di bagian depan dan agak abu abu di bagian belakang. Hana mengangsurkan bungkusan plastik ke arah Ira. "Titipan dari Doi semalam. Lo pulang jam berapa sih semalam, gue tungguin sampai ketiduran."
"Balik jam 11 lewat kok, lo nya saja yang anak bocah jam segitu sudah pulas." Sheira memainkan rambut bergelombangnya.
"Aditya ngelamar Gue Han," bisik Sheira. Membuat kunci kamar kost yang sedang di pegang Hana terjatuh.
"Ngelamar? Maksudnya ngajak lo Nikah begitu?" mata Hana membelalak kaget mendengarnya.
Sheira tanpa ekspresi bersalah mengangguk-angguk ringan dengan rona bahagia di wajahnya. "Lah terus Bhumi bagaimana?"
Wajah Sheira seketika berubah, "Gue sudah memutuskan sepertinya lebih milih Aditya deh Han. Aditya lebih bisa mengontrol emosinya sih dibanding Bhumi yang kadang meledak-ledak."
"Lo pacaran sama Bhumi 3 tahun, dan baru juga deket sama Aditya 6 bulan. Lo lebih memilih Aditya? Sinting Lo Ira!" Semprot Hana, dan berjalan melalui Sheira setelah berhasil mengunci pintu kamarnya. Sheira mengejar Hana dengan susah payah.
"Gue pacaran sama Aditya memang baru 6 bulan Han, tapi Gue juga sudah kenal lama sama dia lebih dari 3 tahun sejak Gue kerja di kantor ini." Sheira membela diri, "Aditya itu lebih dewasa ketimbang Bhumi yang posesif terhadap Gue."
Mereka berjalan cepat, karena sadar tidak sadar entah mengapa Hana merasa begitu marah terhadap sikap Sheira yang seenaknya. "Terus kapan Lo bakal kasih tahu Bhumi tentang ini?"
"Yang pasti Gue harus kasih tahu dia secepatnya. Karena, Adit maunya kita melangsungkan pernikahan 3 bulan ke depan."
Langkah Hana terhenti, menatap sebal ke arah Ira. "Ra, lo itu punya hati nggak sih?"
Sheira terdiam oleh kata-kata terakhir Hana. Mengenal Hana hampir 3 tahun belum pernah ia melihat wanita itu begitu marah seperti saat ini. "Lo pacaran sama dia selama 3 tahun, selingkuh di belakang dia berbulan-bulan dan tiba-tiba nikahnya mau sama orang lain! Gue Cuma nggak kebayang saja sih perasaan Bhumi nanti bagaimana pas tahu semua ini."
Setelah mengatakan hal itu Hana kembali berjalan lebih dulu meninggalkan Ira di belakang. Sheira kembali mengejar Hana. Mereka mulai masuk ke stasiun bawah tanah untuk naik MRT "Dan gue sepertinya bakalan pindah kost setelah berhasil putus sama Bhumi, Han. Adit mau Gue pindah darisitu."
"Ya ya, whatever lah."
"Hana, please jangan marah kek gini sama Gue!" kini Sheira yang mulai emosional. Mata berbinar gadis itu kini berganti dengan rasa bersalah dan cemas. Air mata mulai mengambang di pelupuk matanya.
Dada Hana mengembang, wanita itu membuang nafas dengan kasar. "Sorry, gue nggak seharusnya sih ikut campur. Gue turut seneng kalau lo bahagia, semoga semuanya lancar."
***
Pukul 9 malam ponselnya terus berdering. Bhumi menelfonnya. Sudah sejak lama memang mereka bertukar nomor telfon. Beberapa kali juga Hana pernah ikut pergi bersama Bhumi dan Sheira. Disanalah mula awal hubungan pertemanan antara dirinya dan pacar sahabatnya itu. Ini adalah panggilan ke-5 sejak ponselnya terus berdering. Dengan ragu Hana mengangat telfon itu pada akhirnya.
"Assalamualaikum," jawab Hana pelan.
"Hana, Rara ada sama kamu atau tidak sekarang?"
Hana menelan ludah, dia bingung harus jawab apa. "Nggak, kenapa Bhum?"
"Aku nggak tahu kenapa tiba-tiba Rara ingin hubungan kami putus begitu saja." Suara Bhumi terdengar panik. "Hana, aku nggak bisa datang kesana malam ini karena ada project di luar kota, tapi aku janji akan langsung kesana besok siang setelah kerjaan disini selesai. Bisa tolong kamu bicara baik-baik sama Sheira kenapa dia tibat-iba seperti ini? Dan sekarang telfonnya mati."
Terbersit rasa Iba di hati Hana. "Iya, nanti aku coba bicara sama Ira saat dia sampai di rumah ya."
"Thanks Na, maaf kami selalu merepotkan kamu."
Setelah sambungan telfon terputus Hana merasa sekujur tubuhnya melemas.
-----to be continue----
KAMU SEDANG MEMBACA
Bhumi Untuk Hana
RomanceBerawal dari seringnya Hana menutupi kebohongan Sheira dari kekasihnya Bhumi, membuat Hana harus terkena getahnya ketika Sheira justru lebih memilih selingkuhannya untuk dan mencampakkan Bhumi begitu saja. Bhumi yang tidak terima dicampakkan begitu...