{🌉} Jalan Pulang.

16 5 17
                                    

Sejauh manapun kamu pergi hingga tidak lagi terlihat oleh kedua mata, aku yakini kamu, 'kan, pulang. Jalannya masih sama.

Serayu Amaya.

Jam yang melingkar di tangan Serayu sudah menunjukkan pukul 21:45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam yang melingkar di tangan Serayu sudah menunjukkan pukul 21:45. Malam semakin larut, tetapi pekan raya bertambah ramai, banyak pasangan yang berkeliaran mencari tempat sepi untuk menyalurkan kasih sembari memandang langit yang begitu indah; seolah mendukung suasana romansa, disertai alunan melody menambah kesannya.

Fariz uring-uringan mengajak Serayu pulang, karena sedari tadi Ibunya sudah menelepon hingga puluhan telepon tertolak memenuhi room chat-nya bersama sang Ibu.

"Ra, ayo pulang!" ajak Fariz menarik pergelangan tangan perempuan itu hendak membawanya keluar dari pekan raya.

Langkah Serayu dan Fariz terlihat terburu-buru mengundang tatapan aneh dari sejumlah pengunjung yang tidak sengaja melihat kelakuan mereka.

Serayu meringis seraya menutupi wajahnya dengan sebelah tangan—dia sedang malu sekarang. "Fariz pelan-pelan, woy!" tegur Serayu tidak dihiraukan lelaki itu, sampai akhirnya mereka telah berada di parkiran, dan Serayu menunggu di pinggir jalan.

"Fariz ga seru banget! Padahal masih betah," gerutu Serayu menatap malas kehadiran Fariz di atas motornya.

Fariz terkekeh melihat wajah muram Serayu, dia paham bahwa Serayu masih ingin berlama-lama di sini, tetapi batas waktu mainnya sudah melebihi ketentuan, siap-siap diceramahi Ibunya.

"Udah, ga usah cemberut gitu! Kapan-kapan aku ajak ke tempat lain yang lebih indah," bujuk Fariz.

Serayu naik ke motor Fariz, dan mengeratkan pegangannya pada jaket milik lelaki itu. "Peluk aja, Ra," titah Fariz tiba-tiba, Serayu mengangkat bahunya; menggelengkan kepala pertanda tidak setuju.

"Mau modus, ya?" tebaknya yang dibalas tawa oleh Fariz.

Lelaki itu menaik-turunkan alisnya masih dengan tawa yang renyah. "Modus? Eh, bebek, aku cuman gamau kamu kebawa angin terus nanti aku diamuk Tante Jana!" kilah Fariz tidak habis pikir.

Perempuan itu merasa malu, dan dengan perlahan memindahkan tangannya yang awalnya memegang jaket kini menjadi memeluk Fariz dari belakang.

"Ini demi kepentingan bersama!" tegas Serayu.

Fariz diam, tetapi lain dengan batinnya yang tersiksa oleh sikap Serayu. Jalanan di Jakarta menjadi sangat lama dilalui bersama motornya.

Takkan terlupa dalam ingatnya, tentang Jakarta, Pekan Raya Malam, dan sosok gadis bernama Serayu Amaya.

Yellow (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang